Beberapa hari kemudian aku mendapatkan tugas dari guru bahasa sundaku untuk membuat tarian tradisional sekreatif mungkin.
"Anak-anak untuk pembelajaran sekarang yakni ujian praktek. Ibu mau kalian buat kelompok yang setiap kelompoknya minimal 2 orang. Buat orang-orangnya kalian bebas mau sama siapa aja " ucap guruku
Lagi-lagi aku disuruh untuk membuat seni tradisional. Tapi jujur aku lebih suka praktek daripada materi, maka dari itu dengan senang hati aku mengerjakan tugasnya. Aku mulai membuat sebuah kelompok yang didalamnya adalah aku, Yadi, Maulana dan Fajar. Kita berunding tentang tugas yang akan kita kerjakan sekarang.
" Di ! jadi ini tariannya mau kayak gimana? " tanya Fajar kepadaku kebingungan tentang tari yang akan kita bawakan nanti
" kalo buat tariannya nanti kita cari bareng-bareng aja tapi lagunya paling kita pake lagu "BUDAK BUNCIR". Soalnya kan lagu ini belum ada yang buat juga tariannya, nah makanya sekarang kita bikin tarian yang belum ada sebelumnya biar WOW! Kalau lagu kayak MANUK DADALI kan udah banyak juga yang bikin tariannya jadi udah enggak aneh lagi " jelasku kepada mereka
" iya-iya boleh juga tuh! " jawab Fajar
" yaudah nanti abis sekolah kita kumpul di rumahku buat ngedengerin dulu lagunya nanti juga sambil masuk-masukin tarian yang sekiranya cocok " ucapku mengajak kepada mereka agar sepulangnya dari sekolah kumpul di rumahku.
" OKE! " ucap mereka serempak
**********
Semua orang sudah berkumpul di rumahku dan sudah berganti baju juga dengan setelanmain. Aku pun menunjukkan lagunya kepada mereka semua.
" semuanya udah kumpul kan? " tanyaku sambil melihat sekitar untuk memastikan kalau memang semuanya sudah kumpul
" udah! Udah! " jawab mereka kompak
" yaudah sekarang dengerin dulu nih lagunya " aku menyodorkan hp ke tengah orang-orang
Semuanya mendengarkan lagu dengan khidmat. Sambil mendengarkan lagu aku memikirkan gerakan yang cocok dengan lagunya. Dan akhirnya aku menemukan tarian untuk lirik lagu pertama. Dan mengajarkannya kepada kelompokku.
" udah kegambar belum gerakannya? " tanyaku pada mereka
" belum Di! masih samar-samar " jawab yadi
" kalau lamu Mul? " tanyaku pada maulana yang sedar tadi seperti sedang memikirkan sesuatu
" eh apa? " jawab Maulana spontan yang langsung sadar dari lamunannya " belum Di belum! "
" kamu Jar? "
" sama belum "
" aku udah nemu tapi cuman buat lirik pertama doing " jelasku pada mereka
" gimana di? " Tanya maul bingung
" Gini, kan lirik awalnya : " sosorongot, dipopoloto, mun nyarios sora ngirung ngaharewos " nah pas sosorongot sama dipopolotot dua tangan disimpen di pinggang terus mukanya nengok ke kanan dua kali sama ke kiri dua kali. Tapi pas nengoknya kayak yang lagi sombong ditambah matanya melotot " jelasku sambil memperaktekkan gerakan yang aku maksud " terus buat lirik " mun nyarios sora ngirung ngaharewos " dua tangan diangkat di depan dada terus di buka tutup jadi ngelambangin mulut yang lagi nyerocos. Bias gak? " tanyaku pada mereka yang sedari tadi memperhatikanku entah mengerti ataupun tidak
" oh… jadi gerakannya ngikutin lirik. Contohnya kalo liriknya "dipopolotot" berarti kita harus melotot, gitu kan? "ucap Yadi mulai paham dengan apa yang aku maksud
" nice good. Iya bener kayak gitu " ucapku lega akhirnya ada yang mengerti maksudku
" bias-bisa, sekarang aku udah mulai paham nih " ucap Yadi semangat
" lanjut buat lirik " biwir jebleh, irung demes, pipi kembu nyariosna meni lucu " pokonya pas lirik "biwir jebleh" bibirnya dijebleh-jeblehin sejelek mungkin, terus "pipi kembu" berarti pipinya dikembuin terakhir pas "nyariosna meni lucu" dua jari telunjuknya ditempelin ke pipi, jadi sok imut lah " terangku lagi
" okey-okey! " ucap Fajar
" yaudah sekarang kita mulai latihan! " ajakku kepada mereka agar semangat latihan
" YUK! " spontan mereka bersemangat
Kita pun berlatih dengan serius tapi juga santai. Kita berlatih setiap hari, dan dari setiap latihannya itu menambah satu sampai dua gerakan.
H-3 entah kenapa tiba-tiba Fajar sakit. Maka dari itu kita harus mengganti formasi saat latihan sampai hari-H . Tiba-tiba ada salah satu temanku yang mengusulkan untuk memasukkan Hilman ke dalam kelompokku
" Di! Katanya kan si Fajar sakit, kalau digantiin aja sama si Hilman gimana? " usul Yadi
" Hilman? " responku kaget saat mendengar itu " bukannya aku gak mau, tapi aku takut kalo nanti pas latihan dia malah main-main " jelasku agar ia mengerti
" nggak! Dia nggak bakalan main-main kok asli " Yadi masih memperjuangkan Hilman agar bias ikut dengan kelompok kita
" tau dari mana kamu? " tanyaku heran sambil mengangkat alis
" aku yang bakalan ngejamin kalau nanti pas latihan dia gak bakalan main-main "
" bener ya? Yakin? " tanyaku serius
" bener asli! "
" yaudah sok boleh, asal latihannya yang bener " ucapku memperbolehkan
" oke! Aku ngasih tau si Hilman dulu yah. Pulang sekolah latihan lagi kan? " Tanya Yadi semangat
" iya! " jawabku simple
Yadi pun memberi tahu Hilman untuk latihan setelah pulang sekolah nanti di rumahku. Setelah pulang sekolah kita pun berkumpul di rumahku dan mengajarkan semua gerakan yang telah kita dapatkan selama latihan kemarin.
" oh iya! Buat tarian masuknya gimana? Masa mau polos aja? Atau nanti tiba-tiba masuk aja gitu? Kan gak seru " tanyaku
" iya ya? Tarian pas masuknya belum "
" Di! Kalau misalkan kayak gini gimana " ucap Hilman sambil memperaktekan gerakan yang ia usulkan kepada kita semua.
Aku rasa gerakan yang Hilman berikan bagus juga dan tidak ada salahnya kalau kita memakai gerakan itu "Bagus juga tuh! Yaudah pake gerakan yang itu aja " telunjukku menunjuk kea rah Hilman
" iya itu cocok tuh Man! Walaupun agak konyol sedikit " ucap Maulana
" oh iya! Buat lagu pas ditengah-tengah kan ada yang cuman musiknya doing, nah disitu kita freestyle satu persatu " usulku kepada semuanya
" bener! bener! Nanti aku mau baling-baling " ucap Yadi
" yaudah sekarang kita latihan lagi aja. Berarti udah lengkap ya kalau ditambah gerakan yang tadi. " ucapku
Akhirnya tarianpun telah selesai dibuat, kini saatnya kita latihan-latihan dan juga latihan. Setelah latihan selesai semua orang pun bubar ke tempatnya masing-masing, dan kita janjian nanti pada saat sore hari di depan sekolah.
Adzan ashar pun telah berkumandang dan itu artinya hari sudah mulai sore. Aku baru inget kalau ternyata aku mempunyai janji dengan teman-temanku di depan sekolah. Setelah semuanya telah berkumpul kita pun merupuskan tentang apa saja yang harus dibawa besok.
"Eh jadi buat baju gimana ini? " Tanya Yadi
" iya Di! Besok kita mau Pake baju apa? " Tanya Maulana
" gini, buat baju kita pake manset terus nanti di dalemnya dimasukin boneka kalau enggak juga bantal lah biar jadi keliatan buncit perutnya " ucapku
" kalau celananya? " Tanya hilman
" kalau buat celana kita pake celana sarung aja sama nanti mukanya di make up ya sama rambutnya juga dikuncir kan ceritanya juga BUDAK BUNCIR " ujarku
" mukanya kenapa harus di make up ? " Tanya Maulana padaku
" kan ceritanya kita mau cosplay jadi buta jadi mukanya dimake up dijadiin kayak buta. Terus buat yang ngemake up in nya nanti dibantu sama mamah aku " jawabku agar ia faham
" oh…. Jadi make up nya dijadiin kayak buta kalau gitumah aku juga setuju "
" yaudah udah setuju kan semua tentang bajunya, ada yang masih mau ditanyain gak? " tantaku sebelum mengakhiri pembicaraan
" Di? Kalau misalkan besok si Fajar sembuh gimana? Sedangkan kan dia gak pernah ikutan latihan lagi " pertanyaan Hilman yang berhasil membuatku bingung juga
" oh iya si Fajar ya! Yaudah nanti kita bilang aja kalau dia gak bisa ikutan soalnya kan dia udah gak ikutan latihan beberapa hari dan pasti dia gak tau gerakan apa aja yang dirubah sama yang ditambahin jadi mau gimana lagi? Kalau engak… ah gimana nanti lah " ucapku memberi arahan kepada mereka
" yaudah berarti sekarang tugasnya nyari sarung sama mansetnya "
" iya yuk cari sekarang! "
" yuk! " semua orang menyahut
Kita mencari celana sarung kesana-kemari ke setiap teman-teman kita yang ada di setiap desa di berbagai kampung. Dan akhirnya semuanya telah mendapatkan stelannya masing-masing kecuali Yadi yang belum mendapatkan mansetnya.
" Di! Aku belum dapet manset " ucap Yadi
" yah….! Terus gimana dong? "
" tapi aku mau coba bilang ke bapak aku buat dibeliin manset " ujarnya
" yaudahn ngomong dulu aja "
Akhirnya Yadi pun akan dibelikan baju manset oleh ayahnya. Dan itu artinya semua perlengkapan sudah lengkap dan aku mengusulkan kepada teman-temanku untuk menginap di rumahku. Aku tahu besok masih hari sekolah dan penampilan ku pun pada jam setelah istirahat jadi kita harus belajar terlebih dahulu. Maka dari itu aku menyuruh mereke untuk membawa baju sekolahnya ke rumahku agar besok bisa berangkat bareng ke sekolah.
Keesokan harinya kita pun terbangun dari tidur dan langsung bersiap-siap ke sekolah. Sesuatu yang kita takutkan pun terjadi. Pada hari itu ternyata Fajar sekolah dan dia ingin ikut tampil bersama kita. Bukannya aku tidak mau untuk mengajaknya tampil bersamaku tapi itu akan menjadikan kita PR lagi karena harus melatih dia untuk tariannya.
" eh Di! Buat tampil mau pake baju apa? " Tanya Fajar padaku
" hah! Kamu juga masih mau ikut tampil " aku terkejut saat ia bertanya seperti itu
" ya… mau-mau aja sih " jawabnya santai
" soalnya banyak gerakan-gerakan yang diubah. Kamu sanggup gak buat nghafalnya dalam beberapa menit " tanyaku serius
" gak tau sih " jawabnya bingung
" yaudah kalau emang kamu sanggup, sekarang kamu cari celana sarung plus mansetnya kalau udah dating ke rumah aku. Sekarang aku mau ganti baju dulu kamu nanti nyusul aja " ucapku
" mmm…. " dia pun terdiam
" yaudah deh aku duluan ya! " ucapku daln langsung pergi meninggalkannya
Aku dan yang lainnya pun pergi ke rumahku untuk berganti baju dan disana sudah ada ibuku yang siap untuk memakaikan make up. Satu-persatu dipakaikan make up oleh ibuku dan setiap orang mempunyai karakternya masing-masing. Setelah semuanya selesai memakai baju dan juga make upnya, sekarang waktunya kita pergi ke sekolah. Di perjalanan, setiap orang yang kita lewati melihat kita dengan tatapan lucu. Mungki mereka bingung, mengapa kita berkapaian seperti ini?
" ASTAGFIRULLAH ! " ujar seorang warga yang terkejut saat melihat kita
" Aldi ngapain pake make up kayak gitu ? "
" Biasa lah ada tugas praktek " jawabku pada mereka
" ouh… "
Sesampainya di sekolah semua murid pun pada heboh. Aku juga tidak tahu apakah mereka melihat kita seperti itu karena kagum atau bahkan geli. Jangankan mereka, aku juga kalau melihat diriku sendiri pada saat itu suka geli sendiri.
Sebelum acara dimulai kita menunggu kelompok yang lain terlebih dahulu yang belum dating ke sekolah. Tidak disangka-sangka ternyata kelompokku kebagian tampil paling pertama. Tapi baguslah semakin cepat kita tampil semakin cepat juga rasa tegang ini menghilang. Sebelum tampil, aku memberikan ponselku kepada Arif dan menyuruhnya untuk merekam. Alhamdulillah! Para penonton antusias saat menonton penampilanku. Dari awal sampai akhir para penonton tiada hentinya untuk besorak dan bertepuk tangan. Aku senang sekali akhirnya penampilanku bisa berjalan dengan lancar dan membuat semua orang bahagia. ALHAMDULILLAH ! .