Chereads / AutoTerra : Massive / Chapter 3 - Level 3 : Persiapan

Chapter 3 - Level 3 : Persiapan

Sepasang mata kebiruan terbuka, melihat pemandangan sekitar yang gelap tiada apapun. Seketika seluruh ruangan berubah menjadi putih disertai kemunculan beberapa layar panel berisi berbagai macam koordinat dan program, kemudian semuanya menghilang diganti oleh satu layar panel menghadap padanya.

Tubuh Handra hanya memakai pakaian dalam, berdiri di sana sambil membaca isi panel dan mendengarkan suara dari sistem AI.

['Selamat datang di AutoTerra, Prajurit']

['AutoTerra merupakan permainan petualangan-tembak ala Sci-fi, dimana para pemain yang kami panggil sebagai 'Prajurit' memiliki tugas untuk membasmi berbagai macam jenis Alien yang telah mengacaukan keseimbangan alam semesta. Anda adalah salah satu dari sekian banyak prajurit yang mengemban tugas ini, maka jadilah yang terbaik dari yang terbaik.']

Sambil mendengarkan penjelasan sistem AI, Handra agak merasa déjà vu dengan situasi ini. Dia memang pernah mendaftar dalam game ini tiga tahun yang lalu, tapi ada hal lain yang membuatnya merasa berada di situasi yang sama di luar game.

Tapi, Handra sama sekali tidak tahu situasi seperti apa yang terlintas di pikirannya.

'Paman…. Paman!'

"Eh?"

Lewat earpiece yang masih terpasang di telinga, Handra mendengar suara komunikasi Arni.

'Kau saat ini sudah sampai di ruang daftar?'

"Iya," jawab Handra singkat, terdengar tidak begitu tertarik dengan percakapan mereka.

'Kenapa aku telanjang?!'

"Hah?! Telanjang?"

Di seberang sana, Arni terdengar berdehem. 'Ma-maksudku, hanya memakai pakaian dalam saja.'

"Oh…."

Hampir saja Handra jantungan mendengarnya, mungkin saja tampilan dari game milik Arni mengalami bug.

"Kita hanya memakai pakaian dalam. Nanti juga akan dipersilakan oleh sistem untuk memilih pakaian sendiri. Sekarang, fokus saja mendaftar."

"Oh…. Oke, oke."

Setelah komunikasi mereka diputus, sistem AI kembali bersuara memberi instruksi.

['Silakan masukan Nama ID dan sandi Anda']

Handra mengetikan Nama ID beserta sandinya pada panel layar sentuh tanpa berpikir lagi. Ia menggunakan nama panggilannya sewaktu tinggal di Amerika beserta marga milik ayahnya, HansCornell007. Dia tidak ingin menggunakan julukan yang aneh-aneh di dalam game.

['Sesuaikan penampilan Anda dengan pakaian dan aksesoris yang telah disediakan.']

Layar panel melebar, menampilkan berbagai macam pilihan pakaian dan aksesoris yang bisa digunakan. Berbeda dari game petualang lainnya yang bisa mendapatkan pakaian bagus lewat peningkatan level, AutoTerra menyediakan puluhan ribu macam pakaian utama siap pakai bagi pendaftar, dan ratusan pakaian eksklusif yang hanya bisa dipakai bagi mereka yang mendaftar sebagai member VIP.

Melihat beberapa pakaian bagus yang ingin dipakai malah terkunci karena bukan member, membuat Handra jengkel sendiri. Dia akan mengambil sembarang pakaian saja. Toh Handra main AutoTerra hanya untuk menemani Arni.

Handra memilih kombinasi pakaian utama jingga dengan rompi putih-jingga membuat otot-otot lengannya terlihat jelas, gauntlet di tangan kanan dan sarung tangan di tangan kiri, celana hitam, serta sepatu boots cokelat. Sebagai aksesoris, Handra memilih memakai ikat kepala jingga kemerahan, kalung koin besi, dan anting taring di telinga kanan untuk menambah kesan agak sangar.

Semua pakaian yang ia pilih langsung terpasang secara otomatis, dari wujud hologram sampai berubah menjadi nyata. Layar panel menyediakan cermin untuk melihat penampilannya, apakah perlu diubah atau sudah pas. Handra sudah merasa nyaman dengan tampilannya sekarang, hanya sedikit mengacak rambut cokelatnya sebagai sentuhan akhir.

['Bagus, HansCornell007. Kini Anda sudah terlihat seperti seorang Prajurit AutoTerra. Sekarang, Anda diwajibkan untuk memilih Senjata Utama. Apapun jenis senjata yang Anda pilih, Anda tetap mendapatkan senjata Grade terendah, yaitu C. Anda bisa meningkatkan Grade senjata menggunakan Item yang tersedia dalam game.']

Dari layar panel hologram, tersedia delapan jenis senjata yang bisa dipilih, yaitu Machine Gun, Sniper Rifle, Assault Rifle, Cannon, Thrower, Shotgun, Handgun, dan Bow. Tidak ingin terlalu lama memilih, Handra lebih memilih Assault Rifle.

Layar panel berubah bentuk menjadi Assault Rifle tipe Grade C yang melayang di hadapannya, dan di belakang Handra muncul tempelan magnet dilapisi metal putih dengan cahaya biru pada inti tempelan berbentuk bulat disertai hiasan sirkuit-sirkuit elektrik di seluruh bagian metal.

Handra mengambil Assault Rifle di depannya, menempelkannya pada tempelan magnet di belakang, membuat senjata tersebut menempel dengan erat tanpa harus diselempangkan.

Senjata akan bisa dilepas secara otomatis ketika sidik jari dan rangkaian saraf pada tangan mampu terbaca oleh cahaya pada sirkuit elektrik tempelan magnet. Jadi, tak perlu khawatir kalau senjata bisa jatuh tiba-tiba akibat benturan atau sebab lainnya.

['Langkah selanjutnya, pilihlah Kemampuan Anda. Setiap Kemampuan yang Anda pilih akan berawal dari level 1. Anda bisa meningkatkan level Kemampuan menggunakan Item yang tersedia dalam game.']

Handra kembali dihadapkan oleh tampilan panel berbeda, memperlihatkan banyak lambang yang memiliki julukan masing-masing. Lambang-lambang tersebut merupakan kemampuan untuk pemain, hanya bisa dipilih dalam sesi pendaftaran.

Ada sekitar tujuh kemampuan yang bisa dipakai, yaitu Invisible (menghilang), Martial (peningkatan serang dan bertarung tangan kosong), Barrier (peningkatan pertahanan tubuh), Sonic (kecepatan gerak), Heal (menyembuhkan diri sendiri atau satu rekan), Hack (malfungsi sementara senjata musuh), dan Summon (memerintah bantuan serang dari turett).

"Kalau diingat-ingat dari server sebelumnya, jarang sekali ada yang menggunakan Barrier, padahal sangat diperlukan," gumam Handra. "Baiklah. Aku memakai Barrier."

Setelah mengklik lambang Barrier, cahaya biru dari panel masuk ke dalam tubuh Handra. Kemampuan Barrier tersebut akan aktif jika Handra menggunakannya dalam permainan nanti.

['Selamat! Anda telah memilih Senjata Utama dan Kemampuan. Pada level 20 Anda bisa memilih satu jenis Senjata Cadangan. Masing-masing Prajurit hanya diperbolehkan memiliki dua senjata.']

Kini layar panel menjadi melebar dan tinggi, memperlihatkan rincian dari data-data yang dimasukan beserta satu cermin tinggi untuk memastikan tampilan Handra sekarang.

['Silakan memastikan kembali seluruh data yang Anda masukan. Jika ada yang salah, mohon diperbaiki kembali.']

Handra kembali memastikan semua data dan penampilannya. Tidak ada yang salah, semuanya sudah pas sesuai keinginan. Ia mengklik ikon 'OK' untuk mengkonfirmasi semua data-datanya.

['Melakukan penyimpanan data….']

['Data tersimpan.']

['Terima kasih atas antusiasme Anda bergabung sebagai Prajurit AutoTerra. Silakan bergabung dengan para Prajurit lain di lobi Aerios Station. Dan, selamat bermain.']

Layar panel hologram di depannya lenyap, diikuti seluruh ruangan putih mengalami distorsi. Seluruh ruangan putih tadi kini berubah menjadi bagian lobi sebuah stasiun antariksa yang sangat besar dan luas, dipenuhi oleh banyak sekali pemain berlalu-lalang beserta para NPC berupa manusia sampai robot.

Seluruh lobi utama statiun terbuat dari metal dengan desain futuristik. Di setiap sudut lobi terdapat beberapa stand yang menyediakan berbagai macam keperluan para pemain, dijaga oleh beberapa NPC. Dan di atas lobi juga terdapat jembatan-jembatan berbentuk abstrak sebagai jalan pintas dari lobi. Sebagian sisi dan seluruh atap stasiun dilindungi oleh kubah transparan keras, memperlihatkan dengan jelas pemandangan indah luar angkasa berjuta bintang, sisi planet kebiruan bercincin lebar, dan tak lupa efek Nebula yang begitu indah menawan mata.

"Wow! Tak kusangka AutoTerra bakal seramai ini," ucap Handra sendiri, "Kukira AutoTerra masih kalah populer dengan MMORPG fantasi. Dan sudah lama aku tidak main AutoTerra, banyak sekali perubahan yang terjadi di sini."

Handra tercengang, tak menyangka kalau game yang pernah ia mainkan tiga tahun lalu bisa terlihat semenakjubkan ini. Tidak sia-sia dia menerima ajakan Arni untuk menemaninya bermain AutoTerra.

Omong-omong soal Arni, Handra sama sekali belum menemukan sosok gadis kecil itu di antara rombongan pemain di sekitarnya.

"Paman! Paman Handra!"

Mendengar teriakan sosok yang dicari, membuat Handra segera berlari menuju sumber suara, menembus kerumunan pemain tanpa peduli ia sempat diomeli oleh beberapa dari mereka.

Akhirnya, Handra menemukan sosok Arni berdiri di tengah lobi sambil melempar senyum manisnya dengan senang. Bisa Handra lihat tampilan Arni dari ujung kepala sampai ujung kaki sangat berbeda dari sebelumnya. Arni memakai warna pakaian utama hijau, memakai jaket putih bersirkuit hijau sepanjang bawah dada berlengan panjang, rok hitam pendek, kaos kaki hitam sepaha, sepatu boots hitam, sarung tangan fingerless hijau, dan tak lupa bandana bercorak hexagonal hijau kebiruan, serta sepasang anting sederhana sebagai aksesoris.

Handra akui, Arni terlihat sangat cantik dengan penampilan seperti itu. Kalau saja bukan anak dari sahabat sepupunya, mungkin Handra bakal naksir Arni.

Maaf saja, Handra masih punya akal sehat untuk tidak dicap sebagai pedofil.

Arni bersiul menggoda saat melihat penampilan atletis Handra. "Kau seksi juga, Paman. Mau mengencaniku?"

"Maaf…." Handra menaikan sebelah alis dan bersedekap. "Aku tidak mengencani bocah ingusan."

"Ahahaha…!" Arni tertawa sambil membungkuk memegangi perutnya sesaat. "Maaf, Paman. Aku hanya bercanda."

Tatapan mata Arni beralih pada Tag ID di atas kepala Handra yang menunjukan Nama ID beserta level-nya.

"HansCornell007?"

"Oh?" Sesaat Handra mendongak ke arah Tag ID-nya. "Itu namaku dulu saat di Amerika."

"Itu nama aslimu?"

Handra menggeleng, "Hans adalah nama panggilan. Sedangkan nama lengkapku adalah Handra Pradipta Cornell, campuran dari marga ibu dan ayahku."

Arni hanya mengangguk mengerti.

"Dan kau menggunakan julukan 'Eclipse'?" tanya balik Handra menyadari Nama ID Arni.

"Aku suka gerhana," jawab singkat Arni.

"Oke…. Ingat! Selama dalam game ketika di hadapan pemain lain, kau harus memanggilku Hans," perintah Handra.

"Dan kau juga harus memanggilku Eclipse, Paman."

Setelah sempat berpikir, Handra menyetujuinya. Keduanya saling bersalaman, sepakat untuk tidak memanggil nama asli mereka dan menggunakan panggilan dari Nama ID.

Di antara interaksi mereka, dari kumpulan partikel hologram tiba-tiba muncul sosok wanita berseragam biru dengan topi baret di kepala berambut cokelat kemerahannya. Kehadiran wanita itu sempat membuat keduanya terkejut. Sang wanita hanya tersenyum ramah dan menyapa mereka dengan sopan.

"Selamat datang di Aerios Station. Sebuah stasiun antariksa, tempat awal bagi kalian untuk memulai semua misi dalam AutoTerra," jelas wanita itu, "Perkenalkan, saya Tessa, Admin AutoTerra sekaligus pengurus dari Aerios Station. Sebagai prajurit baru, maukah kalian mengikuti tutorial?"

Handra dan Arni saling adu pandang sejenak, bingung memutuskan apakah musti mengikuti tutorial atau tidak.

~*~*~*~