[Misi Area 1-2 : Kalahkan Wooden Doll]
Handra dan Arni tiba di koridor yang sama seperti di area tutorial, tapi jalurnya lebih beda dan warna dindingnya pun kini berwarna abu-abu gelap dengan lampu-lampu dan berbagai panel monitor yang masih menyala di sepanjang koridor.
Keduanya sama-sama mulai meraih senjata di tempelan magnet punggung mereka, waspada dan bersiap menyerang musuh.
"Baiklah, Dulce." Handra menepuk-nepuk Assault Rifle-nya sambil memandang Arni. "Misi kita di sini sama seperti sebelumnya, hanya menyerang musuh. Sekarang, kau boleh bertanya selagi kita jalan."
Sambil membawa senjata masing-masing, Handra dan Arni berjalan menyusuri koridor. Selagi berjalan, Arni berpikir sejenak mencari apa yang ingin ia tahu seputar fitur Game AutoTerra.
"Paman."
"Hm?" Masih berjalan, Handra menoleh.
"Bagaimana cara menggunakan Upgrade-card?"
Handra menarik nafas sejenak. "…. Seperti yang sudah dijelaskan Tessa, Upgrade-card digunakan untuk meningkatkan Grade senjata. Cara pakainya cuma mengklik jumlah Upgrade-card untuk senjata yang ditingkatkan lewat panel."
Tangan Handra menyentuh udara, menciptakan layar panel hologram di hadapan mereka, menggeser beberapa menu, ikon, dan pilihan yang tersedia.
"Karena kita dalam misi, kita tidak bisa menggunakan Upgrade-card maupun Poin Kemampuan. Kita bisa memakainya jika sudah berada di luar misi." Handra menyentil layar itu hingga lenyap sendiri. "Kau bisa menggunakannya ketika kita sudah berada di Aerios Station."
"Lalu, bagaimana dengan Skillcard?"
Setibanya di depan gerbang metal, gerbang tersebut otomatis terbuka, memperlihatkan ruangan remang-remang berisi beberapa Wooden Doll. Para Wooden Doll terlihat berjalan tak karuan di jarak yang agak jauh, membuat mereka tidak menyadari keberadaan Handra dan Arni.
Handra menunjuk ke arah Wooden Doll sambil berbisik di dekat Arni. "Kau lihat para Wooden Doll itu? Aku akan memperlihatkan cara pakai Skillcard."
Handra lebih dulu reload senjatanya, memastikan amunisi terisi penuh.
"Red Skillcard."
Ketika mengucapkan kata tersebut, satu kartu berwarna merah muncul dari butiran partikel hologram merah di udara. Handra mengambil kartu itu dan mulai menjelaskan pada Arni.
"Untuk menggunakan Item yang bisa digunakan dalam misi, tidak perlu repot-repot membuka panel Penyimpanan. Cukup ucapkan saja, maka Item tersebut akan muncul. Asalkan, kau memiliki Item tersebut."
Red Skillcard Handra tempelkan ke permukaan slot di atas-belakang bagian Assault Rifle.
"Kau melihat caraku memakainya?"
Arni mengangguk antusias.
"Masukan Skillcard ke dalam slot yang ada pada senjata."
Handra menekan Skillcard hingga masuk ke dalam slot, membuat senjatanya menampakan sirkuit elektrik berwarna merah menyala. Arni takjub melihat cahaya pada senjata tersebut. Cahayanya terlihat keren dan bergaya futuristik di permukaan senjata sederhana ber-Grade C itu.
"Lalu tembakan ke arah musuh."
Handra mulai menembak para Wooden Doll. Peluru-peluru melesat cepat dan beruntun terlihat berwarna merah. Ketika mengenai musuh, tubuh Wooden Doll langsung terbakar, menyebabkan kerusakan tambahan hingga hangus tak bersisa.
Efek dari Red Skillcard hilang dalam beberapa detik. Handra pun berhenti menembak, dan kembali reload Assault Rifle.
"Skillcard melapisi permukaan peluru untuk mengaktifkan kemampuannya. Kali ini, Red Skillcard adalah pilihan sempurna untuk melawan musuh yang tubuhnya terbuat dari kayu," jelas Handra, tersenyum sesaat pada Arni. "Setiap Skillcard memiliki batas pemakaian yang berbeda-beda, ada yang T-Skillcard dan L-Skillcard. T-Skillcard memiliki batasan waktu pemakaian, dari yang hanya 10 detik, 15 detik, 35 detik, satu menit, sampai 1,5 menit. Seperti yang aku pakai ini, Red Skillcard jenis ini terbatas hanya untuk 10 detik. Seharusnya, aku menyebut Red T-Skillcard saat ingin menggunakannya. Tapi karena kebetulan di Penyimpanan hanya ada jenis T-Skillcard, maka keluarnya yang ini."
"Jadi harus disebut T-Skillcard dan L-Skillcard, begitu?" tanya Arni. "Tessa tadi tidak menjelaskan selengkap itu."
"Itu karena mungkin kau akan bertanya lebih lanjut padanya. Bahkan sebenarnya masih banyak lagi jenis efek Skillcard yang belum dijelaskan Tessa." Handra kembali lanjut menjelaskan, "Kalau L-Skillcard terbatas pada jumlah penggunaan peluru. Setiap L-Skillcard memiliki batasan jumlah peluru yang berbeda-beda, tergantung jenis senjatanya. Misal, kau menggunakan Sniper Rifle, kan?"
Sesaat Arni melihat Sniper Rifle yang masih ia pegang, kemudian mengagguk. "Iya."
"Kau menggunakan L-Skillcard pada Sniper Rifle, maka jumlah peluru yang mendapat efek Skillcard antara 1 saja, 3, dan yang paling banyak 5. Jumlah Skillcard ini juga berlaku pada senjata jenis Cannon, dan Bow. Beda lagi kalau untuk jenis senjata seperti Assault Riffle ini." Handra memperlihatkan Assault Rifle-nya. "Batasan peluru yang bisa diberikan L-Skillcard antara 10, 15, 35, 45, sampai 60. Itu dikarenakan penggunaan amunisinya lebih banyak dalam waktu singkat. L-Skillcard jenis yang ini berlaku juga pada Machine Gun, Shotgun, Handgun, dan Thrower."
"Apakah ada masing-masing keunggulan antara T-Skillcard dan L-Skillcard?"
"Ammm…."
Mata Handra melihat ke arah beberapa Wooden Doll yang masih tersisa mulai menyadari keberadaan mereka, berjalan menghampiri dengan langkah tertatih-tatih. Tapi itu tidak dipermasalahkan oleh Handra. Dia tetap tenang menjelaskan apa yang ia tahu pada Arni.
"Ada. T-Skillcard tidak memiliki batasan terhadap peluru, asalkan pemain bisa menggunakan dengan cepat. Sedangkan L-Skillcard masih bisa dijeda penggunaannya dalam waktu lama, asalkan jumlah peluru yang mendapat efek L-Skillcard masih tersisa."
Karena merasa sudah terlalu lama menjelaskan tentang Skillcard pada Arni, Handra mulai menembaki para Wooden Doll dengan Assault Rifle yang sudah kehilangan efek Skillcard. Arni juga ikut mencoba menembak Wooden Doll, tapi meleset lagi seperti sebelumnya, membuat gadis itu meringis sebal.
"Kau gagal lagi menembak?" tanya Handra menghentikan tembakannya.
"Ish! Sisakan untukku. Aku bakal tiarap."
Arni nekat tiarap sambil berusaha membidik tiga Wooden Doll terakhir. Ia tembak dan berhasil mengenai ketiganya dengan baik.
[Misi Berhasil_]
"Fyuh! Akhirnya…!" Arni menghela nafas lega, berdiri di samping Handra sambil merapikan pakaian dan rambutnya yang berantakan.
Misi memang berhasil mereka selesaikan, hadiah sudah didapat, dan level mereka juga naik ke level 3. Tapi wajah Handra jadi lebih datar dari sebelumnya. Soalnya, dia jengkel dengan cara menembak Arni.
Kalau musti tiarap terus hanya untuk menembak dengan benar, tidak akan ada kemajuan untuk Arni.
"Ada apa, Paman?" tanya Arni polos ketika melihat wajah datar Handra.
Dengan agak tegas, Handra berkata sambil menunjuk Arni, "Lain kali, usahakan jangan tiarap agar bisa menembak musuh. Tiarap boleh saat menggunakan Sniper Rifle, tapi harus tahu tempat juga. Kalau kau seperti itu terus, posisimu itu bakal jadi kesempatan emas buat musuh menyerangmu dengan mudah."
Mendengar Handra berkata demikian membuat Arni menunduk lesu sambil memainkan jari telunjuknya di permukaan Sniper Rifle berwarna cokelat itu. Walau kesannya tegas, tapi apa yang dikatakan Handra memang benar. Arni berpikir, dia harus bisa berusaha lebih lagi agar bisa menggunakan Sniper Rifle dengan baik.
Arni yang memilih senjata itu sejak awal, maka Arni pula yang harus menanggung segala risiko pemakaiannya.
Melihat wajah Arni yang menunduk begitu lama membuat Handra melunak. Pria berusia 29 tahun itu takut kalau cara bicaranya yang tegas tadi malah membuat Arni sakit hati. Bagaimanapun juga Arni lebih muda 13 tahun darinya, masih labil. Dan wajar saja kalau Arni masih payah main AutoTerra, toh ini memang pengalaman pertamanya dan wajar juga kalau dia sembarang memilih senjata.
"Eee…. Arni, kau baik-baik saja…?"
Percuma Handra bertanya begitu. Dia melihat jelas Arni menyeka wajah ketika kepalanya masih tertunduk.
Masih tertunduk, Arni menggeleng. "Tidak apa, Paman. Yang kau katakan itu benar."
Dengan tubuh ditegakan, Arni mendongak sesaat agar air mata berhenti merembes dari matanya. Lalu ia memandang Handra, menyunggingkan senyumnya seakan-akan dia baik-baik saja.
"Aku harus bisa membiasakan diri dengan Sniper Rifle. Aku tidak boleh berada di posisi yang sama. Yang mengajak main AutoTerra 'kan aku, maka aku juga tidak boleh mengeluh." Iseng-iseng Arni menyenggol lengan kekar Handra. "Kau 'kan cuma kuajak untuk menemaniku di sini sekaligus mengajariku berbagai hal tentang AutoTerra. Ini sama sekali bukan game yang membosankan. Justru kesulitan dalam sebuah game adalah bagian dari keseruannya."
Tangan Arni menyentuh udara, memunculkan layar panel di hadapannya, dan membuka peta di Stage 1. Rencananya, ia akan tetap melanjutkan misi ke area selanjutnya.
Arni menoleh pada Hans saat ia tidak melihat tanda di panel bahwa Nama ID HansCornell007 belum siap juga dalam Squad untuk menuju misi selanjutnya.
"Paman, kau belum siap?"
Handra menghela nafas. Dia merasa bersalah karena sudah mengomeli Arni dan membuatnya menangis pula. Seharusnya, Handra tidak terbawa suasana main tadi. Padahal baru misi pemula.
Handra memanggul Assault Rifle di bahu.
"Lain kali, kalau aku tak sadar menyakitimu, katakan saja."
Mengerti maksud Handra, Arni menggeleng. "Tidak. Kau bicara demikian untuk mendorongku menjadi pemain yang lebih baik. Tenang saja, lain kali aku akan lebih santai."
Senyum tipis terulas di wajah rupawan Handra walau hanya sesaat. Layar panel muncul di hadapannya, dan segera Handra mengklik ikon 'Ready!'.
"Ke Area 1-3?"
Arni mengangguk antusias, "Ke Area 1-3!"
Tubuh keduanya mengurai menjadi partikel hologram, menghilang dari ruangan tersebut menuju ruangan dari area misi yang lain.
~*~*~*~
Area 1-3 dan Area 1-4 sudah dilewati Handra dan Arni, selama itulah Arni belajar banyak hal cara main Game AutoTerra lewat penjelasan Handra juga. Handra mengajarinya banyak hal, mulai dari cara menggunakan Upgrade-card, cara memakai berbagai jenis Potion, Anti-Effect, dan mencoba beberapa Skillcard yang baru mereka dapat.
Selain itu, Arni juga masih saja harus tiarap agar bisa menembak musuh dengan benar. Handra membolehkan saja, asal kalau ada kesempatan, Arni harus bisa menembak tanpa harus tiarap.
"Yey! Akhirnya sampai di level 4!" teriak Arni kegirangan.
Mereka berdua sudah berteleportasi kembali ke Aerios Terminal, tiba di antara para pemain yang sempat menatap Arni aneh karena gadis itu terlalu berisik. Handra tidak menegur Arni, ia biarkan saja bocah remaja itu segirang-girangnya di sini.
"Apa kita lanjut ke misi selanjutnya, Paman? Kudengar setiap mencapai Area 5 bakal ketemu Bos Tambahan," tanya Arni semangat.
Jari Handra kini disibukan mengotak-atik layar panelnya, mencari pilihan 'Logout' pada Pengaturan. "Tidak. Kita akan langsung kembali."
"Lah…? Kok gitu…?" Arni mendesah kecewa. "Kita baru menyelesaikan empat Area."
"Tutorial tadi sudah cukup memakan waktu menurutku," jawab Handra datar, "Jam juga sudah menunjukan pukul lima sore. Sebaiknya segera kembali, mandi, makan malam, lalu tidur. Nanti aku akan memesan Pizza Keju dan Sate Ayam sambal Kacang kesukaanmu. Bagaimana?"
Mendengar tawaran Handra yang menggiurkan membuat rasa kecewa Arni sirna. Walau Arni jarang dititipkan ke Handra, tapi mereka sudah akrab dan tahu kesukaan satu sama lain, seperti saudara dekat.
"Oke! Aku setuju. Tapi, besok kita main lagi."
Handra mengangguk. "Tentu."
Mereka akhirnya sepakat tuk berhenti bermain dan Logout dari AutoTerra. Mungkin hari ini memang bukanlah hari yang melelahkan bagi mereka. Tapi, mereka sama sekali tidak tahu bahwa ada hal yang menarik menunggu besok.
Tunggu saja….
~*~*~*~