Seluruh keluarga Ettrama sudah siap dengan pakaian yang menawan di tubuh mereka, kemewahan sepertinya tidak akan pernah mau berpaling dari kehidupan satu keluarga ini, menyentuh kulit mereka yang halus saja seperti menemukan setumpuk berlian.
Mereka keluar dari mobil mewah yang hanya ada beberapa di seluruh dunia, beberapa paparazi mengabadikannya secara sembunyi-sembunyi, apapun berita tentang keluarga ini tak akan pernah habis untuk diulik, dan sudah pasti satu berita yang membahas mereka akan menjadikan pundi-pundi uang tersendiri bagi para paparazi.
Hotel berbintang yang terlihat megah sudah ada dihadapan satu keluarga ini, hanya makan malam sederhana namun mampu menghabiskan milyaran rupiah, senyum tak pernah luntur dari wajah Reista saat beberapa wartawan mendesak untuk menanyakan banyak hal padanya.
Sudah banyak pengawal yang berjaga disetiap sudut, entah bagaimana para wartawan itu mengetahui bahwa malam ini ada makan malam seluruh keluarga Etrrama. bahkan Reista yang merupakan salah satu keluarga saja baru mengetahuinya tadi siang.
Mereka memasuki ruangan yang sudah disulap menjadi tempat makan yang sangat indah dan pastinya terlihat mahal, Reista seperti wanita kolot yang tak pernah melihat Ruangan seindah ini. maklum saja ia terbiasa makan malam di cafe sederhana atau diruang makan keluarganya.
Reista tak terbiasa menghambur-hamburkan uang hanya untuk makan malam yang dipastikan tak akan membuat Reista kenyang, Perutnya memang sudah benar-benar lapar sedari sore. ia terpaksa tak memakan apapun karena tak ingin membuat bajunya tiba-tiba sempit dibagian perut.
Reista menyunggingkan senyumnya saat dilihat ternyata kedua orangtuanya dan kakaknya hadir disini, Reista menghampiri mereka dengan cepat dan langsung memeluk sangat erat, walaupun hanya seminggu lebih tak bertemu. tapi rasanya sudah sangat lama.
"Mom Dad, aku merindukan kalian sungguh". aku memeluk mereka secara bergantian, mereka hanya tersenyum dan mengelus punggungku lembut.
"Kami juga sayang, rasanya tak ada kamu dirumah sepi sekali". Ibuku berkata dengan mata yang sudah sedikit berlinang, hati seorang ibu memang sangat rapuh, apalagi Reista adalah anak perempuan satu-satunya. pasti berat jika harus berpisah terlalu lama.
"peluk kakakmu ini Reista". Kakak laki-lakiku yang super tampan ini menarikku kedalam pelukannya, kami berpelukan sangat lama. aku tau dia juga pasti sangat sedih saat berjauhan denganku. ia mengelus puncak kepalaku dengan lembut dan memberikan kecupan kecil dikeningku.
"kau merindukanku heh". tanyaku sedikit bercanda, ia melepaskan pelukannya dan menjitakku pelan.
"Tak ada yang bisa aku marahi dirumah kau tau?". aku hanya mengangguk mengerti.
"kau hanya merindukan untuk memarahiku Achile Wiltson".
"ya sangat sangat merindukan memarahimu Reista Ettrama". aku mendelik saat ia mengucapkan namaku dengan embel-embel ettrama.
"aku akan jauh-jauh dari hidupmu kakak menyebalkan". aku menghentakan kakiku kesal, ia hanya terkekeh pelan dan mengacak rambutku singkat.
keluargaku menyapa keluarga Ramel dengan ramah tamah, mereka sepertinya sangat bahagia saat bertemu kembali. apalagi ayahku dengan ayah mertuaku. mereka benar-benar akrab saat ini.
Bunyi musik yang lembut masuk kedalam indra pendengaranku, kulihat wanita cantik sedang menyanyi dan memainkan piano di ujung ruangan ini, menciptakan sensasi yang nyaman menurutku.
Kami duduk dengan tenang di meja yang sangat panjang, dapat kulihat hiasan yang terpasang di dinding-dinding ruangan ini tak diragukan lagi mahalnya. sepertinya aku harus terbiasa dalam lingkungan seperti ini. Beberapa mawar merah terhias dan menggantung di langit-langit.
Sangat Romantis menurutku, kenyamanan hal yang utama dalam keluarga suamiku. kalau aku asal makanannya enak pasti aku akan menyukainya, tak usah berlebihan seperti ini.
Beberapa pelayan datang menyajikan makanan yang entahlah aku bingung mendeskripsikannya, terlalu banyak dan aku tidak terlalu tau menu apa saja di atas meja ini, aku hanya melirik kesalah satu makanan berwarna coklat dan aromannya sangat jelas dihidungku. Itu Rendang, mataku tak berpaling dari makanan khas indonesia, sudah lama aku tak makan Rendang.
Akan kupastikan malam ini aku akan mencicipinya sebanyak mungkin, lalu mataku yang lain jatuh kemakanan berwarna kuning keemasan, dapat kulihat santan kental yang membuatku akan meneteskan air liur saat ini. itu Opor ayam, aku tau persis masakan khas indonesia.
Bagaimana ini, aku berjanji pada diriku sendiri untuk makan secukupnya. tapi saat aku dihadapi dua kenyataan makanan yang membuat perutku meronta-ronta untuk diisi. sudah kupastikan tak ada toleransi untuk malam ini.
"Mommy bersikeras mendatangkan chef asli orang indonesia ke hotel ini hanya untuk membuatkan dua makanan indonesia kesukaanmu". Bisikan Ramel yang ada disampingku membuatku tersentak kaget, sejak kapan ia duduk disebelahku? aku hanya meliriknya dan berdehem pelan. aku pasti terlihat seperti kucing kelaparan saat melihat dua makanan itu.
Ting Ting Ting...
Suara gelas yang berdentik membuat kami semua terdiam, Tuan Gornio berdiri begitupula ayahku, senyum mereka tak pernah luntur sedari tadi.
"Selamat malam semua". ucapnya tegas.
"Malam". kami berucap serempak.
"Malam ini kita keluarga besar merayakan ulang tahun cucu kami Renandra Ettrama dan juga memperingati 6 tahun meninggal mantan istri Ramelson". Ada jeda diucapan Tuan Gornio, ia melirikku dan aku hanya tersenyum kaku.
"Selain itu menyambut kedatangan menantu baruku yang sangat cantik dan baik hati, Reista Ettrama". aku tersenyum tulus, aku tak tau ternyata mereka sebegitu perhatiannya padaku, pernikahan kami sudah lewat seminggu lebih. namun mereka mau repot-repot mengadakan makan malam yang sangat indah seperti ini.
Tepukan tangan dapat kudengar ditelingaku, kulihat Renandra menyentuh tanganku lembut. lagi-lagi aku dikagetkan. entah mengapa aku tak sadar jika aku sudah diapit oleh anak dan ayah secara bersamaan.
Tapi aku cukup senang mereka ada disampingku, aku merasa seperti wanita yang sangat beruntung.
"Mom, kau sangat cantik malam ini". Renandra membisikan kata-kata itu ditelingaku, aku hanya mengangguk dan tersenyum lembut padanya.
"kau juga sangat tampan". aku mengacungkan jempol kehidungnya, ia terkekeh pelan.
"Renandra benar, kau sangat cantik malam ini". aku terpaku dengan bisikan sensual yang sudah diucapkan Ramel, tubuhku sedikit meremang dengan hembusan nafasnya yang menyentuh kulit punggungku.
"ah terimakasih". kataku pelan.
"Baiklah, mari kita makan dan nikmati hidangan malam ini". ucapan terakhir Tuan Gornio membuatku tersenyum lega, akhirnya aku akan menyantap makanan yang sudah kutunggu dari tadi.
Beberapa pelayan menghampiri kami dan menyajikan menu utama kedalam piring kami masing-masing. aku menyentuh tangan pelayan yang akan menyajikan entah menu apa aku tak tau mengenal makanan yang ingin dia berikan.
"aku ingin Rendang dan potongan kentang, lalu mangkuk untuk mengisi Opor ayam". kataku pelan, aku tak ingin orang mendengar permintaanku yang sangat memalukan ini.
Pelayan tadi mengangguk pelan dan memberikan apa yang kuminta.
"tambahkan sedikit lagi rendangnya, dan itu opor ayam mengapa hanya kau berikan satu ayamku". aku mendengus saat pelayan itu hanya memberikan makananku sangat dikit.
Ia menambahkan lagi apa yang kuminta, aku sudah tersenyum sumringah menatap makanan yang ada didepanku. setelah itu ia mundur kebelakangan saat makananku sudah siap untuk kukunyah.
aku menyentuh pipiku dan tersenyum senang, entah mengapa aku begitu bahagia malam ini, aku seperti menemukan harta karun didalam goa. lidahku akan segera menyecap makanan ini dan menelannya secara perlahan. akan aku ingat setiap rasa yang ada disetiap kunyahan.
"Reista". ucapan nyonya Gornio memberhentikan lamunanku, aku melihatnya dan dapat kulihat semua orang didalam ruangan ini sudah menatapku penuh arti.
"Ada apa Mom?". kataku bingung.
"aku memanggilmu daritadi, tapi kau terlalu mencintai makanan di piringmu". ibu mertuaku berbicara dengan tawanya yang pelan, begitupa ibu dan ayahku. mereka hanya menggelengkan kepalanya heran. pasti mereka menertawakan wajah bodohku sejak tadi, aku melirik ke Ramel yang seperti menahan tawa. mengapa ia sangat menyebalkan?.
"Maaf Mom". kataku pelan.
"Tak apa, nikmatilah sayang". aku mengangguk mengerti.
"kau seperti anak kucing yang kelaparan Reista". suara medusa masuk kedalam pendengaranku, aku meliriknya yang duduk disamping kakakku. aku mendengus tak suka melihatnya, mengapa juga ia terlalu memperhatikanku.
Aku meringis saat membayangkan bagaimana wajahku tadi saat melihat makanan yang menggoda ini, aku pasti sangat-sangat bodoh, sampai mereka menegurku dengan halus.