Ramel mengacak kasar rambutnya, pikirannya benar-benar sibuk dengan banyaknya permasalahan yang ada di kantor. sudah berjam-jam dia tak keluar dari ruangan kerja karena hanya melihat setumpuk berkas yang tak ada habisnya.
Bahkan ia hanya mampu melihat Reista dari layar handphonenya yang tersambung ke cctv ruangan kerja Reista. Setelah pulang dari makan malam 2 hari yang lalu Ramel sangat penasaran dengan kehidupan istrinya.
Entah ia sadar atau tidak, namun yang ia tau bahwa pikirannya terusik dengan kecantikan Reista malam itu, ia sangat menawan dan senyumnya sangat-sangat lembut. sejak pernikahannya dengan Reista berlangsung dua minggu yang lalu Ramel memang cukup resah dengan perasaanya.
Ia ingin sekali menyentuh Reista sebagaimana ia menyentuh Andine, namun lagi-lagi egonya berperang untuk hal itu. ia tidak mau perasaanya terhadap andine terganti, dan Ramel juga tidak ingin melupakan Andine atas hadirnya Reista di tengah tengah keluarganya saat ini.
Ramel memejamkan matanya sejenak, pikirannya yang sedang kalut dan berantakan membutuhkan sedikit istirahat. ia tau bahwa perilakunya kepada istrinya membuat Reista sebagai perempuan merasa tidak dihargai, Ramel butuh sedikit keyakinan untuk menyentuh Reista dan menjadikanya istri secara utuh.
Tok Tok..
Ketukan pintu membuatnya melihat siapa yang datang, Wajah Reista dilihatnya tersenyum dan menghampiri Ramel yang memang sejak tadi memikirkan perempuan satu ini.
"ada apa?". tanya Ramel lembut.
"Aku membawakan makanan untukmu, ini sudah sangat sore dan aku tau kamu belum makan sejak siang". Reista menaruh makanan yang sudah dibawanya dan membukannya di depan Ramel. ia menggeser sedikit berkas yang berantakan.
"tak usah repot-repot Reista".
"aku tak merasa kerepotan, aku istrimu sudah sepantasnya aku memperhatikan makanmu cukup". Reista hanya tersenyum ke arah Ramel, Ramel hanya membalas senyuman itu dengan anggukan kecil.
"kau membeli apa?". tanya Ramel, saat Reista sudah menyiapkan makanan untuknya dan sepertinya Reista juga membeli untuk dirinya sendiri.
"aku tidak membeli, aku menyuruh chef dirumah kita memasak dan supir yang mengantarkan makanan ini kemari. aku menyuruhnya memasak sayur capcay dan Rolade udang lalu tidak lupa kentang tumbuk dengan bumbu wijen". Reista berucap dengan semangat, saat dilihatnya makanan yang ia inginkan masih hangat dan aromannya benar-benar lezat.
"apa itu Capcay?". tanya Ramel sedikit bingung.
"Sayuran yang di masak dengan sedikit minyak dan bawang putih".
"pasti makanan ini kesukaan kamu kan?". pertanyaan Ramel membuat Reista mengangguk.
"sebenarnya aku menyukai semua makanan, tapi ada beberapa makanan yang benar-benar sangat dan sangat aku sukai". Reista mengambil sendok dan memberikannya kepada Ramel, mereka sudah dihadapkan di dua kotak makan yang isinya terlihat lezat.
"Kau pemakan segala heh". Ramel menyuap makanan yang Reista bawa kedalam mulutnya, ia pikir makanan ini sangat lezat. tidak salah Reista menyukainya.
"aku memang pemakan segala, jika dagingmu bisa kumasak. akan kumasak". Reista mengeluarkan lelucon yang dengan sedikit kesal.
"kau tentu bisa memakan dagingku tanpa dimasak Reista". Ramel melirik istrinya yang mengerutkan keningnya bingung.
"Aku memang pemakan segala, tapi aku masih waras untuk tidak memakan daging mentah dan sekalipun matang aku juga tak mungkin memakan dagingmu Ramel".
"Banyak perempuan diluar sana yang sering menggigit dagingku dan sesekali menghisapnya". Ramel sedikit tertawa saat dilihatnya wajah Reista sudah memerah seperti menahan malu.
"Seterah kau saja". Reista mengunyah makanannya dengan cepat, sepertinya pembicaraan ini akan menjurus ke hal yang tidak-tidak.
"kau pasti akan menyukainya jika sudah mencoba".
"sudahlah, habiskan makananmu dan tidak usah membahas yang tidak perlu".
"hal yang tidak perlu?, kurasa ini sangat perlu. mengingat kau yang ingin sekali aku hamili dan aku tau kau setiap malam memakai pakaian tidur seksi untuk menggodaku".
"kau, hukk... hukk...". Reista tersedak makanan yang belum sempat ia telan, ucapan Ramel barusan membuatnya malu setengah mati. ia buru-buru meminum air yang ada disampingnya. ia tak berani melihat wajah Ramel saat ini. bagaimanapun saat ini ia seperti jalang yang ketahuan sering menggodanya.
"kenapa istriku? kamu malu karena aku mengetahuinya?". Ramel meledek Reista yang saat ini wajahnya sudah benar-benar memerah. ia tetap mengunyah makanan karena memang ia sangat lapar sejak tadi.
"aku.. aku biasa saja". Reista mengelak dan menunduk tak berani menatap mata Ramel yang saat ini benar-benar memperhatikan gerak-geriknya.
"kau tunggu saja nanti malam dikamar, pakailah lingerie yang sudah aku siapkan dilemarimu. kau sudah banyak belajar kan bagaimana cara memuaskan suamimu? itu beberapa film yang kau tonton heh". Telak sudah, kini Reista hanya menutup wajahnya dengan sebelah tangan. ia sekarang sudah menjadi tersangka mesum yang terjerat hukum berlapis.
Selama ini Ramel mengetahui apa yang dilakukan Reista, bagaimana bisa suaminya setenang ini membahas kelakuan Reista yang sungguh tidak terpuji.
"kau.. kau membuatku malu, kenapa kau harus mengatakannya secara terang-terangan sih. menyebalkan sekali". Reisat mengerucutku bibirnya kesal, ia tak terima perkataan suaminya yang sangat terang-terangan ini.
"aku hanya bicara fakta Reista, kau tak usah malu. sudah sewajarnya memang kau harus belajar hal-hal seperti itu. jadi nanti malam saat aku pulang, aku ingin kau mengujimu dan kau harus lulus sayang". Ramel menyentuh pelan dagu Reista dan membuat Reista menatapnya bingung.
"nanti malam ujian apa maksudmu?".
"Ujian untuk memuaskan suamimu tentu saja, aku ingin tau kau sudah bisa gaya apa saja dalam bercinta".
"kau gila, dasar suami mesum, aku membencimu. kau menyebalkan dan aku benar-benar.. arkkhhhh.. menyebalkan kau Ramel". Reista bangun dari duduknya dan buru-buru keluar dari ruangan yang sama dengan Ramel. wajahnya sudah benar-benar tak tau mau ia taruh dimana, perkataan Ramel barusan membuatnya senang sekaligus malu.
"Nanti malam sayang, jangan lupa". teriakan Ramel masih Reista dengar saat ia sudah membanting pintu ruangan itu dengan kencang.
Reista berlalu ke dalam ruangan sendiri, pikirannya benar-benar kalut saat ini. ia menggigit kuku-kuku jarinnya dengan gelisah. bagaimana ini? nanti malam Ramel meminta haknya, dan menginginkan smeua yang sudah Reista pelajari selama ini.
Reista bingung bagaimana Ramel mengentahui semua yang Reista lakukan?, sedangkan Reista menonton semua film itu tanpa sepengetahuan siapapun. apa jangan-jangan selama ini Ramel mamatai-mataiku?
Reista melihat kesekeliling ruangan kerjanya, ia curiga jika selama ini ada cctv tersembunyi diruangan kerjanya, sepertinya Reista harus berhati-hati saat ini. pemikirannya tentang cctv bisa jadi adalah sebuah kebenaran.
Reista duduk di bangkunya dan menarik nafas lelah, ia harus pulang cepat dan melulurkan badanya, menyampo rambutnya agar semakin wangi. karena yang ia tau di film film para lelaki suka sekali mencium rambut dan mengendus setiap inci kulit. Reista harus lulus dalam ujian kali ini. dia akan buktikan bahwa dia istri Ramelson tidak akan kalah diranjang dan tidak bisa dibandingkan dengan andine. ya walaupun andine sudah tidak ada di duniaa ini. tapi kan pasti Ramel masih mengingat bagaimana malam pertamnya dengan Andine dan sudah menghasilkan anak yang tampan.