Perjalanan Nia berlibur dari Bandung tidak terlalu menyenangkan, satu hari satu malam yang begitu absurd menurut Nia. kesenangan tidak didapat sama sekali, bahkan pikiran Nia malah semakin kusut karena Nia tidak sengaja mendengar pembicaraan Romeo dengan Surya bahwa disana Surya bertemu teman lamanya yang bernama Lina. bagaimana bisa telinga Nia begitu lihai dalam menguping? sampai pada akhirnya Nia menjadi tidak mood melakukan apapun, apakah benar kata kata bahwa kejujuran terkadang sangat menyakitkan.
Lagipula untuk apa juga Mas Surya mengatakan hal itu pada Romeo? apa mereka bertiga adalah teman masa kecil? entahlah, Nia hanya menebak nebak saja. kenyataan yang ada Nia tidak berani bertanya apapun pada Romeo.
Dengan malas Nia merebahkan dirinya di atas tempat tidur, besok pagi dia harus me refresh otaknya karena besok adalah hari pertama dirinya magang di perusahaan besar. Mau tidak mau Nia membiarkan Tubuhnya terhanyut dalam gelapnya malam dan sunyinya rembulan dari dalam kamar seorang diri.
memejamkan matanya sebentar saja, membiarkan dunia ini semakin sunyi karena rasa-rasa hati yang semakin hari semakin tidak terkendali.
Bagaimana cinta bisa menghancurkan kebahagiaan dalam sekejap?
Nia hampir mengeluarkan sumpah serapah karena otaknya benar benar memikirkan pembicaraan Romeo dan Surya yang begitu mengusik alam bawah sadarnya.
Emosi Nia benar benar tidak terkendali saat ini, dengan keberanian yang entah darimana Nia membuka handphonenya dan menekan nomor Mas Surya. berusaha menelponnya, ini sudah jam setengah 9 malam, semoga saja mas Surya belum tidur. pikir Nia..
telponya berdering namun tidak terangkat sama sekali, Nia hampir menelpon 5 kali ke nomor Mas Surya. Nomor itu terjawab saat panggilan ke 6.
"Assalamualaikum Nia, ada apa?". suara berat di ujung telepon sana, membuat Nia buru buru bangun dari tidurnya dan berdehem sebentar.
"walaikumsallam Mas Surya, mas Surya belum tidur?". tanya Nia basa basi.
"Sekalipun sudah tidur pasti akan tetap terbangun Karena kamu berulang kali menghubungiku. ada apa sebenarnya? ini sudah malam, jika tidak ada hal penting yang ingin kamu katakan sebaiknya matikan telepon ini, aku sedikit sibuk disini". Hati Nia tersentak kasar, bahkan hatinya benar benar hancur hanya karena perkataan Mas Surya yang semakin merusak suasana hati Nia.
"Memang apa yang Mas Surya lakukan? Nia hanya ingin tau kabar mas Surya". jawab Nia berusaha untuk tidak terbawa suasana sedihnya.
"Aku baik baik saja, karena kamu dapat mendengar suaraku yang lancar ini. apa yang aku lakukan sekarang tidak perlu kamu tau, jika memang tidak ada hal yang ingin benar benar kamu katakan, sebaiknya aku menutup telponnya".
"Tunggu... Tunggu mas, ada yang ingin aku tanyakan". Nia menarik nafasnya panjang, berusaha untuk tidak terdengar bodoh karena perkataanya ini.
"Apa itu, jika bisa kujawab akan kujawab". jawab Surya yang sudah melembutkan suaranya.
"Siapa Lina? apa dia seseorang yang membuat Mas Surya terus-terusan menolak Nia?". Jika sekarang ada kontes Perempuan tidak tau malu, maka Nia yakin dirinya akan memenangkan itu. bagaimana Bisa Nia dengan lancar bertanya hal seperti ini? bahkan hatinya saja malu karena mulutnya bisa mengeluarkan pertanyaan tanpa memikirkan resikonya.
"Lina? kau tau dari Romeo? memangnya kenapa kau ingin tau? ini bukan hal yang bisa kukatakan denganmu, ini wilayah privasiku. siapa dia itu bukan hak kamu untuk mempertanyakan Nia. dan untuk kenapa aku terus menolakmu karena memang aku tidak bisa bersamamu, apa kamu tidak tau bahwa Romeo sangat mencintaimu? apa kamu tidak memikirkan perasaannya? aku dan Romeo ini saudara Nia, kamu ingin menghancurkan persaudaraan kami hanya karena perasaanmu yang sangat naif itu? yang kamu miliki itu bukan cinta yang tulus Nia, jika kamu memang mencintaiku. seharusnya kamu bisa memikirkan resikonya, seharusnya kamu tau bahwa kebahagiaan keluargaku lebih penting. sampai kapanpun aku tidak akan pernah bisa membalas perasaanmu, Tidak sampai Romeo menghapus perasaannya atas dirimu". Surya sudah tidak bisa menyimpan kekesalannya atas apa yang selalu Nia lakukan, Nia masih terlalu naif tentang cinta, dia terlalu menggebu-gebu dan tidak bisa mengontrol hatinya. Itu bisa membuat dirinya dalam keadaan yang tidak akan pernah menguntungkan siapapun.
Nia hanya bisa menatap kosong dinding kamarnya, Apa selama ini Nia memang sangat Naif? apa Nia memang tidak benar benar mencintai Surya? apa perasaannya sangat tidak terkontrol dan menggebu-gebu?.
"Maaf Mas, Nia hanya ingin tau". jawab Nia seadaanya.
"Keingintahuanmu yang terlalu berlebih-lebihan ini bisa merusak semua kebahagiaanmu sendiri Nia, berpikirlah lebih jernih. tidak semua yang kamu inginkan bisa kamu dapatkan, begitupula aku. cinta memang tidak bisa dipaksakan, jadi aku mohon, aku mohon tolong bertindaklah lebih masuk akal. aku tidak pernah melarangmu untuk jatuh cinta denganku, tapi bersikaplah seperti Perempuan terhormat yang tidak membuat aku ataupun Romeo menjadi bertengkar karenamu". Nia menangis dalam diam, jadi selama ini dirinya memiliki cinta yang tidak terkendali?.
"Maaf mas, maaf sudah mengganggu waktu Mas Surya".
"Kau selalu berkata maaf tanpa memikirkan bagaimana cara benar benar belajar dari semua kesalahanmu sendiri. kumohon untuk terakhir kalinya Nia, belajarlah mengontrol perasaanmu sendiri. kumatikan teleponnya ya, assalamualaikum". Nia langsung melempar handphonenya ke atas tempat tidur, Nia langsung terduduk jatuh dan menangis dalam diam. Mas Surya semakin membenci dirinya, mas Surya begitu membencinya saat ini.
Nia tidak pernah sadar bahwa selama ini dirinya begitu naif, tidak terkendali, dan tidak tau cara belajar dari kesalahan sendiri?. Nia hanya bisa menangis, terus menangis sampai dadanya benar benar sakit dan terasa ngilu.
Memukul mukul dadanya, Nia merasa sesak dan merasa setiap tarikan nafasnya sangat menyakitkan. berusaha bangun dari duduknya di lantai, Nia mengambil Air minum dan menenggak dengan cepat, air putih yang mengalir di tenggorokannya juga begitu menyakitkan.
"Kenapa semua begitu menyakitkan!!!! kenapa!". Nia melempar gelas di tanganya dan menangis lagi. entah kenapa kata kata mas Surya membuat Nia benar benar tersakiti sangat dalam, begitu dalam...
"Nia! apa yang kau lakukan! istighfar Nia, hei!! istighfar! kau tersesat, istighfar Nia". Nia dapat mendengar suara Riri yang masuk kedalam kamarnya dan mengguncang tubuhnya, namun pandangan Nia begitu kabur dan matanya sangat berat. "Istighfar Nia!". hanya itu yang bisa Nia dengar, berusaha semaksimal mungkin mengucap istighfar dalam hatinya, Nia menangis lagi dan mengangguk perlahan. Riri memeluk Nia dalam dekapannya, membantu Nia mengucapkan istighfar berkali-kali. Riri takut Nia kenapa-napa akhirnya mengeluarkan handphonenya dari kantung dan menghubungi Romeo.
"Romeo kemarilah cepat!". hanya itu yang bisa Riri katakan, mematikan handphonenya dan kembali memeluk Nia. "astaghfirullahalazim... astaghfirullahalazim.... Nia?". Riri melihat Nia sudah pingsan dalam pelukannya, Riri hanya bisa menangis dan memeluk Nia lagi, menunggu sampai Romeo benar benar datang ke apartemennya.