Chereads / Retaknya Sayap Merpati / Chapter 30 - Depresi ringan?

Chapter 30 - Depresi ringan?

"Sebenarnya apa yang terjadi pada Nia?". Romeo dan Riri sedang berada di luar ruang UGD, mereka membawa Nia kerumah sakit karena kondisi Nia yang tiba tiba drop dan tubuhnya yang terasa dingin.

"Aku tidak tau, aku berniat untuk mengajaknya makan malam bersama. karena aku tau dia belum makan apapun sejak sore sepulang kita dari Bandung, tapi saat aku masuk di seperti histeris dan syok. entah apa yang membuatnya seperti itu". Riri mengusap-usap tanganya yang mengigil karena rasa takutnya terhadap Nia yang tidak pernah seperti ini.

Romeo hanya mengacak rambutnya kasar, dirinya baru saja merebahkan tubuh di atas kasur saat Riri menelponnya dengan nada begitu panik.

Pintu ruangan UGD terbuka dan dokter keluar dari ruangan.

"Bagaimana keadaan Teman saya Dok?". tanya Romeo buru buru dan tidak sabar mendengar jawaban dokter.

"Pasien sedikit mengalami depresi, apa ada insiden yang memicunya? karena sepertinya pasien tidak punya riwayat depresi".

"Depresi? setau kami, Nia adalah orang yang periang dan tidak pernah merasa tertekan". jawab Riri yang sedikit bingung dengan hasil pemeriksaan dari dokter.

"Itu yang mau saya tanyakan kepada kalian, Saat ini pasien masih di tahap aman. usahakan tidak membuat pasien dalam keadaan tertekan lebih dalam karena itu akan mengganggu pola pikirnya. buat Pasien berada di situasi nyaman dan aman, itu baik untuk kesehatannya kedepan".

"Terimakasih Dok, kami akan ingat saran dokter",. ucap Romeo yang sedikit menghela nafas kasar.

"Pasien akan di pindahkan ke ruang rawat". saat dokter mengatakan itu, Dua suster keluar membawa ranjang Nia dan infusnya. Nia masih belum sadarkan diri dan di dorong perlahan menuju ruangan rawat.

"Kamu antarkan Nia ya, aku akan membayar administrasi terlebih dahulu". ujar Romeo yang menepuk pelan pundak Riri, Riri hanya mengangguk dan mereka berdua berpisah jalan.

Romeo sepanjang jalannya menuju tempat pembayaran berpikir keras, apa yang membuat Nia bisa sampai terkena depresi ringan? memang benar selama perjalanan pulang dari Bandung Nia lebih banyak berdiam diri dan tidak fokus saat di ajak mengobrol, tapi tidak terlihat tanda tanda Nia tertekan.

Romeo melihat ada dua orang yang mengantri untuk pembayaran di administrasi, Romeo memilih mengantri sambil membuka ponselnya dan mengirim pesan lewat grup keluarga. grup Wa yang berisi, Daddy, Mommy, Surya, dan juga Nenek .

(Nia masuk Rumah sakit, dokter mengatakan dia depresi ringan. untungnya dia baik baik saja saat ini)

Send....

Romeo memasukan lagi handphonenya ke dalam kantung celana dan kini gilirannya untuk membayar, mengeluarkan kartu kredit dan melunasi pembayaran untuk Nia sekaligus pembayaran ruang rawat inap untuk dua hari kedepan.

Setelah melakukan pembayaran Romeo kembali berjalan untuk ke ruangan inap Nia, di tengah perjalanan handphonenya berdering dan ada satu panggilan masuk dari Mommy.

Romeo mengangkatnya "Assalamualaikum Mom". jawab Romeo pelan, karena ini rumah sakit dan semua butuh ketenangan.

"Bagaimana keadaan Nia? dia sudah lebih baik? bagaimana bisa dia terkena depresi ringan? apa dia memang memiliki riwayat depresi?". pertanyaan beruntun dari ibunya membuat Romeo sedikit mendumal tak suka.

"Dokter mengatakan Nia tidak punya riwayat Depresi Mom, Mungkin ada suatu pemicu yang membuat dia sampai begitu, aku belum tau karena Nia belum sadar sampai sekarang. nanti setelah sadar dan dia menceritakan semuanya, aku pasti akan kabari Mommy".

"Baiklah, Kamu hati hati dan jaga Nia. kabari Mommy atau Daddy jika sudah tau apa yang terjadi. Bye Son".

"Bye Mom". telepon terputus dan Romeo hanya memandang handphonenya dengan pandangan sedikit bingung. lalu memasukan kedalam kantung dan kembali berjalan ke ruangan Nia.

Membuka pintu ruangan dan Riri sedang duduk di sofa dengan wajah lesu, Romeo menghampiri lalu mengelus pelan pundak Riri.

"untungnya aku sempat masuk kedalam, aku tidak tau jika aku tidak berpikir untuk mengajaknya makan malam. mungkin dia akan terus pingsan sepanjang malam hingga pagi, dan aku... aku.. aku tidak tau bahwa dia akan baik baik saja...". Riri meneteskan airmatanya perlahan, Romeo hanya bisa terus mengelus pundak Riri menenangkan.

Romeo juga tidak habis pikir jika memang yang di takutkan Riri terjadi, apa jadinya kondisi Nia besok?.

"Aku bersyukur jika kita masih diberi kesempatan untuk membantu Nia, mungkin setelah ini Nia tidak harus menutup pintu kamarnya agar jika sesuatu terjadi kita bisa lebih cepat mengetahui". ujar Romeo memberi saran.

"akan kupikirkan tentang itu, aku akan berusaha selalu mengecek keadaan Nia sebelum tidur. aku tidak tau bahwa dia bisa terkena depresi ringan seperti ini. apa mungkin dia memiliki masalah keluarga? karena memang aku sudah lama tidak berbincang bersama Nia, kita bersama sama saat akan kebandung. itupun sepanjang liburan Nia seperti tidak bahagia dan memang lebih banyak terdiam". Riri memandang lekat lekat ke arah ranjang Nia yang masih belum sadarkan diri.

"Aku juga sempat berpikir seperti itu, mungkin ada masalah yang membuatnya jadi banyak pikiran dan berakhir seperti ini. setelah dia sadar kita akan bertanya baik baik tentang masalahnya".

"Iya kamu benar Romeo, ngomong ngomong sejak kapan kita pakai aku kamu?". Riri tertawa di sela tangisnya saat menyadari ucapan mereka yang terdengar sedikit manis.

"Lebih baik seperti ini kan? terdengar lebih sopan dan menghormati satu sama lain". ujar Romeo yang tidak terlalu aneh berkata aku kamu terhadap Nia dan Riri.

"Kamu benar Romeo, kita semakin dewasa dan banyak hal yang terjadi. berubah lebih baik dengan saling menghormati bukan hal yang sulit kan".

"Iya aku setuju". mereka berdua hanya terus memandang ke arah Nia dan merebahkan punggungnya di sisi sofa yang lumayan besar. Romeo sengaja meminta ruang rawat VIP untuk Nia, karena Romeo dan Riri yang butuh istirahat juga. jadi bisa sekalian menjaga Nia sampai Nia benar benar sembuh.