SI GEMUK terkesiap karena tiada menyana kalau
orang tua kurus kering itu mengetahui dirinya.
Menurut taksirannya, pastilah si orang tua itu bukan
manusia sembarangan.
"Bagus sekali kau kenali aku!" kata si gemuk. "Ini
membuat aku tak banyak cerewet untuk meminta lukisan
itu padamu!"
Si orang tua tertawa panjang.
Siapakah manusia gemuk itu? Dalam dunia persilatan
di daerah selatan pada masa itu dikenal dua orang sakti
bersaudara yang berkepandaian tinggi. Yang seorang
berbadan kurus kerempeng bermuka jelek menyeramkan.
Dia berjuluk Iblis Kurus. Yang kedua berbadan gemuk
pendek juga bermuka buruk seram dan bergelar Iblis
Gemuk. Dan Iblis Gemuk inilah yang tengah berhadapan
dengan si orang tua itu! Iblis Gemuk dan Iblis Kurus kedua-
duanya lebih dikenal dengan sebutan Dua Iblis Dari
Selatan. Di mana ada Iblis Kurus biasanya di situ juga hadir
Iblis Gemuk. Entah mengapa sekali ini cuma seorang yang
muncul. Dan dalam dunia persilatan keduanya adalah
tokoh-tokoh golongan hitam yang berhati jahat sehingga
pantas sekali julukan 'Iblis' itu bagi keduanya! Di samping
berhati jahat, Iblis Gemuk mempunyai kesukaan mengum–
pulkan barang-barang antik seperti senjata-senjata kuno,
patung-patung dan lukisan. Pada waktu dia melihat lukisan
yang dibuat si orang tua maka hatinyapun tertariklah dan
dia musti mendapatkan lukisan itu. Tentu saja bukan
dengan jalan membeli, tapi menurut caranya sendiri yaitu
kekerasan.
Setelah meneliti paras Iblis Gemuk sebentar, maka
menjawablah si orang tua, "Lukisan ini tak bisa kuberikan
padamu, atau pada siapapun."
"Setelah tahu siapa aku apakah kau berani menolak?!"
ujar Iblis Gemuk.
"Ah sudahlah pekerjaanku masih belum selesai.
Kuharap kau jangan ganggu aku, Iblis Gemuk." Si orang tua
memutar kepalanya kembali dan hendak meneruskan
pekerjaannya.
Tapi Iblis Gemuk segera membentak keras.
"Suka atau tidak suka lukisan itu musti kau serahkan
padaku! Kalau tidak kau akan menyesal orang tua...!"
Si orang tua menarik nafas dalam. Lalu tanpa menga–
cuhkan Iblis Gemuk lagi dia hendak meneruskan kembali
pekerjaannya. Marahlah Iblis Gemuk. Dengan tumit kaki
kirinya hendak didorongnya orang tua itu ke samping. Tapi
belum lagi tumit itu sampai, si orang tua sudah berkelit dan
berdiri.
Iblis Gemuk terkejut Meski acuh tak acuh tapi gerakan–
nya untuk mengenyampingkan orang tua tadi adalah salah
satu jurus yang dinamakan Menggeser Bukit yang tidak
mudah untuk dikelit. Ini membuat Iblis Gemuk tambah
marah dan serta merta pukulkan tangan kirinya ke arah
dada orang tua yang kurus kering macam jerangkong itu!
"Manusia tidak tahu diri!" bentak si orang tua mulai
marah, "Lekas kau pergi dari sini...!"
"Aku akan pergi tapi sesudahnya menghadiahkan satu
pukulan padamu dan mendapatkan lukisan itu!"
Si orang tua menggerendeng lalu papasi jotosan lawan
dengan lambaikan tangan kanannya ke muka! Iblis Gemuk
menjadi kaget sewaktu merasakan bagaimana sambaran
angin yang keluar dari tangan si orang tua membuat bukan
saja pukulannya membelok ke samping tapi sekaligus
membuat tubuhnya terhuyung-huyung sampai empat
lahgkah ke belakang!
"Orang tua badan tengkorak! Cepat terangkan siapa
kau sesungguhnya?!" bentak Iblis Gemuk.
Si orang tua tertawa pendek.
"Tak perlu kau tahu namaku. Lekas tinggalkan tempat
ini sebelum aku betul-betul marah!"
"Manusia jerangkong sialan! Terpaksa tulang-tulang di
badanmu kubikin berantakan!"
Habis berkata begitu Iblis Gemuk segera menyerbu ke
muka dan kirimkan serangan yang ganas. Dalam tempo
yang singkat maka terjadilah pertempuran yang hebat di
tikungan jalan yang sempit itu. Di samping mereka,
menunggu jurang batu yang luas dan dalam. Salah saja
membuat gerakan atau terpukul oleh lawan atau terpele–
set, tak ampun lagi pasti akan jatuh ke dalam jurang!
Pertempuran telah berjalan delapan jurus.
Wiro geleng-gelengkan kepala. Tak dinyana si orang tua
yang kurus kering itu memiliki gerakan yang demikian
sebat dan entengnya. Beberapa kali dia melihat bahwa
orang tua ini mempunyai peluang untuk menjatuhkan
tangan jahat terhadap lawannya, namun tiada dipergu–
nakan. Nyatalah bahwa orang tua ini berhati demikian
polosnya sehingga menghadapi lawan yang terang-
terangan hendak bermaksud buruk kepadanya, dia masih
belum mau lepaskan tangan keras!
"Iblis Gemuk! Apakah kau masih belum mau angkat
kaki dari sini?!"
"Kunyuk kurus kering! Terima jurus Memukul Gunung
Menentang Bukit ini!" teriak Iblis Gemuk. Tinju kanannya
menderu ke arah batok kepala lawan sedang kaki kanan
serentak dengan itu menendang ke arah dada! Belum lagi
pukulan dan tendangan itu sampai, anginnya saja sudah
menderu dahsyat!
Buukk!
Terdengar menyusul suara keluhan tinggi. Tubuh Iblis
Gemuk terbanting ke belakang, punggungnya menghantam
gundukan batu di atas mana Wiro Sableng duduk, kemu–
dian melosong jatuh duduk di tanah. Nafasnya megap-
megap ketika berdiri. Masih untung dia terbanting ke
samping kanan, kalau ke samping kiri pastilah akan terlempar masuk jurang dan tamat riwayatnya.
"Masih belum cukup peringatan yang kuberikan
padamu Iblis Gemuk?!" tanya si orang tua.
Iblis Gemuk berkemak kemik. Mukanya pucat. Nyatalah
dia telah menderita luka di dalam yang cukup parah akibat
pukulan lawan yang tadi menghantam dada kirinya!
"Bangsat tua! Kau tunggu di sini! Hari ini juga Dua Iblis
Dari Selatan akan menunjukkan jalan ke akhirat padamu!"
Si orang tua tertawa mengekeh.
"Kau mau panggil kambratmu si Iblis Kurus...?
Silahkan... silahkan! Masa ada tamu yang bakal datang aku
hendak pergi tinggalkan tempat ini? Pekerjaankupun
belum selesai!"
Iblis Gemuk meludah ke tanah lalu berkelebat tinggal–
kan tempat itu, sedang si orang tua seperti tiada terjadi
apa-apa kembali meneruskan pekerjaannya!
Di atas batu yang tinggi Wiro Sableng memutar otaknya
berusaha mengingat-ingat siapa adanya orang tua yang
berkepandaian tinggi itu. Belum lagi berhasil mendadak
entah dari mana datangnya, tahu-tahu Wiro Sableng meli–
hat di bawahnya telah berdiri seorang nenek-nenek berba–
dan bungkuk berambut putih yang mukanya buruk sekali.
Karena Wiro sama sekali tiada mendengar kedatangan
perempuan ini nyata sekali dia memiliki ilmu kepandaian
yang tinggi luar biasa!
Setelah memperhatikan sejenak lukisan yang tersandar
di atas batu maka perempuan tua renta ini menegur
bertanya, "Orang tua, apakah kau melihat dua orang
kawanku lewat di sini...?"
Tidak seperti biasanya, sekali ini begitu ditegur maka
orang tua itu hentikan pekerjaannya dan berpaling. Mata–
nya yang sudah dimakan umur itu meneliti dengan seksa–
ma sedang keningnya berkerenyit.
"Hanya ada seorang yang lewat di sini barusan," jawab
si orang tua. "Iblis Gemuk, apakah dia yang kau
maksudkan?"
"Bukan!" jawab perempuan tua itu. Dia melirik pada lukisan yang tersandar di batu. "Itu kau yang membuat–
nya?"