Chereads / wiro sableng 212 " rahasia lukisan telanjang " / Chapter 3 - RAHASIA LUKISAN TELANJANG

Chapter 3 - RAHASIA LUKISAN TELANJANG

SI GEMUK terkesiap karena tiada menyana kalau

orang tua kurus kering itu mengetahui dirinya.

Menurut taksirannya, pastilah si orang tua itu bukan

manusia sembarangan.

"Bagus sekali kau kenali aku!" kata si gemuk. "Ini

membuat aku tak banyak cerewet untuk meminta lukisan

itu padamu!"

Si orang tua tertawa panjang.

Siapakah manusia gemuk itu? Dalam dunia persilatan

di daerah selatan pada masa itu dikenal dua orang sakti

bersaudara yang berkepandaian tinggi. Yang seorang

berbadan kurus kerempeng bermuka jelek menyeramkan.

Dia berjuluk Iblis Kurus. Yang kedua berbadan gemuk

pendek juga bermuka buruk seram dan bergelar Iblis

Gemuk. Dan Iblis Gemuk inilah yang tengah berhadapan

dengan si orang tua itu! Iblis Gemuk dan Iblis Kurus kedua-

duanya lebih dikenal dengan sebutan Dua Iblis Dari

Selatan. Di mana ada Iblis Kurus biasanya di situ juga hadir

Iblis Gemuk. Entah mengapa sekali ini cuma seorang yang

muncul. Dan dalam dunia persilatan keduanya adalah

tokoh-tokoh golongan hitam yang berhati jahat sehingga

pantas sekali julukan 'Iblis' itu bagi keduanya! Di samping

berhati jahat, Iblis Gemuk mempunyai kesukaan mengum–

pulkan barang-barang antik seperti senjata-senjata kuno,

patung-patung dan lukisan. Pada waktu dia melihat lukisan

yang dibuat si orang tua maka hatinyapun tertariklah dan

dia musti mendapatkan lukisan itu. Tentu saja bukan

dengan jalan membeli, tapi menurut caranya sendiri yaitu

kekerasan.

Setelah meneliti paras Iblis Gemuk sebentar, maka

menjawablah si orang tua, "Lukisan ini tak bisa kuberikan

padamu, atau pada siapapun."

"Setelah tahu siapa aku apakah kau berani menolak?!"

ujar Iblis Gemuk.

"Ah sudahlah pekerjaanku masih belum selesai.

Kuharap kau jangan ganggu aku, Iblis Gemuk." Si orang tua

memutar kepalanya kembali dan hendak meneruskan

pekerjaannya.

Tapi Iblis Gemuk segera membentak keras.

"Suka atau tidak suka lukisan itu musti kau serahkan

padaku! Kalau tidak kau akan menyesal orang tua...!"

Si orang tua menarik nafas dalam. Lalu tanpa menga–

cuhkan Iblis Gemuk lagi dia hendak meneruskan kembali

pekerjaannya. Marahlah Iblis Gemuk. Dengan tumit kaki

kirinya hendak didorongnya orang tua itu ke samping. Tapi

belum lagi tumit itu sampai, si orang tua sudah berkelit dan

berdiri.

Iblis Gemuk terkejut Meski acuh tak acuh tapi gerakan–

nya untuk mengenyampingkan orang tua tadi adalah salah

satu jurus yang dinamakan Menggeser Bukit yang tidak

mudah untuk dikelit. Ini membuat Iblis Gemuk tambah

marah dan serta merta pukulkan tangan kirinya ke arah

dada orang tua yang kurus kering macam jerangkong itu!

"Manusia tidak tahu diri!" bentak si orang tua mulai

marah, "Lekas kau pergi dari sini...!"

"Aku akan pergi tapi sesudahnya menghadiahkan satu

pukulan padamu dan mendapatkan lukisan itu!"

Si orang tua menggerendeng lalu papasi jotosan lawan

dengan lambaikan tangan kanannya ke muka! Iblis Gemuk

menjadi kaget sewaktu merasakan bagaimana sambaran

angin yang keluar dari tangan si orang tua membuat bukan

saja pukulannya membelok ke samping tapi sekaligus

membuat tubuhnya terhuyung-huyung sampai empat

lahgkah ke belakang!

"Orang tua badan tengkorak! Cepat terangkan siapa

kau sesungguhnya?!" bentak Iblis Gemuk.

Si orang tua tertawa pendek.

"Tak perlu kau tahu namaku. Lekas tinggalkan tempat

ini sebelum aku betul-betul marah!"

"Manusia jerangkong sialan! Terpaksa tulang-tulang di

badanmu kubikin berantakan!"

Habis berkata begitu Iblis Gemuk segera menyerbu ke

muka dan kirimkan serangan yang ganas. Dalam tempo

yang singkat maka terjadilah pertempuran yang hebat di

tikungan jalan yang sempit itu. Di samping mereka,

menunggu jurang batu yang luas dan dalam. Salah saja

membuat gerakan atau terpukul oleh lawan atau terpele–

set, tak ampun lagi pasti akan jatuh ke dalam jurang!

Pertempuran telah berjalan delapan jurus.

Wiro geleng-gelengkan kepala. Tak dinyana si orang tua

yang kurus kering itu memiliki gerakan yang demikian

sebat dan entengnya. Beberapa kali dia melihat bahwa

orang tua ini mempunyai peluang untuk menjatuhkan

tangan jahat terhadap lawannya, namun tiada dipergu–

nakan. Nyatalah bahwa orang tua ini berhati demikian

polosnya sehingga menghadapi lawan yang terang-

terangan hendak bermaksud buruk kepadanya, dia masih

belum mau lepaskan tangan keras!

"Iblis Gemuk! Apakah kau masih belum mau angkat

kaki dari sini?!"

"Kunyuk kurus kering! Terima jurus Memukul Gunung

Menentang Bukit ini!" teriak Iblis Gemuk. Tinju kanannya

menderu ke arah batok kepala lawan sedang kaki kanan

serentak dengan itu menendang ke arah dada! Belum lagi

pukulan dan tendangan itu sampai, anginnya saja sudah

menderu dahsyat!

Buukk!

Terdengar menyusul suara keluhan tinggi. Tubuh Iblis

Gemuk terbanting ke belakang, punggungnya menghantam

gundukan batu di atas mana Wiro Sableng duduk, kemu–

dian melosong jatuh duduk di tanah. Nafasnya megap-

megap ketika berdiri. Masih untung dia terbanting ke

samping kanan, kalau ke samping kiri pastilah akan terlempar masuk jurang dan tamat riwayatnya.

"Masih belum cukup peringatan yang kuberikan

padamu Iblis Gemuk?!" tanya si orang tua.

Iblis Gemuk berkemak kemik. Mukanya pucat. Nyatalah

dia telah menderita luka di dalam yang cukup parah akibat

pukulan lawan yang tadi menghantam dada kirinya!

"Bangsat tua! Kau tunggu di sini! Hari ini juga Dua Iblis

Dari Selatan akan menunjukkan jalan ke akhirat padamu!"

Si orang tua tertawa mengekeh.

"Kau mau panggil kambratmu si Iblis Kurus...?

Silahkan... silahkan! Masa ada tamu yang bakal datang aku

hendak pergi tinggalkan tempat ini? Pekerjaankupun

belum selesai!"

Iblis Gemuk meludah ke tanah lalu berkelebat tinggal–

kan tempat itu, sedang si orang tua seperti tiada terjadi

apa-apa kembali meneruskan pekerjaannya!

Di atas batu yang tinggi Wiro Sableng memutar otaknya

berusaha mengingat-ingat siapa adanya orang tua yang

berkepandaian tinggi itu. Belum lagi berhasil mendadak

entah dari mana datangnya, tahu-tahu Wiro Sableng meli–

hat di bawahnya telah berdiri seorang nenek-nenek berba–

dan bungkuk berambut putih yang mukanya buruk sekali.

Karena Wiro sama sekali tiada mendengar kedatangan

perempuan ini nyata sekali dia memiliki ilmu kepandaian

yang tinggi luar biasa!

Setelah memperhatikan sejenak lukisan yang tersandar

di atas batu maka perempuan tua renta ini menegur

bertanya, "Orang tua, apakah kau melihat dua orang

kawanku lewat di sini...?"

Tidak seperti biasanya, sekali ini begitu ditegur maka

orang tua itu hentikan pekerjaannya dan berpaling. Mata–

nya yang sudah dimakan umur itu meneliti dengan seksa–

ma sedang keningnya berkerenyit.

"Hanya ada seorang yang lewat di sini barusan," jawab

si orang tua. "Iblis Gemuk, apakah dia yang kau

maksudkan?"

"Bukan!" jawab perempuan tua itu. Dia melirik pada lukisan yang tersandar di batu. "Itu kau yang membuat–

nya?"