Satu tahun kemudian....
Alisha mengangkat wajahnya menatap wajah tampan di hadapannya dengan dua bola mata hitam pekat dan alis tebal menambah ketampanan seorang Lucken.
Sudah satu tahun Alisha kembali ke kampus setelah fakum hampir sebelas bulan lamanya. Bertemu dengan Lucken, hidup Alisha lebih berwarna karena Lucken selalu membuatnya nyaman.
Di samping Lucken tampan, Lucken juga seorang CEO yang kaya dan ramah. Banyak teman wanita yang menginginkan Lucken sebagai kekasih.
"Alish... kamu melamun?" tanya Lucken dengan sebuah senyuman.
"Hem...apa yang kamu katakan tadi Luck? kamu mencintaiku?" tanya Alisha dengan perasaan tak percaya kalau seorang Lucken mencintainya.
"Ya Alisha, aku mencintaimu. Apa kamu juga mencintaiku?" tanya Lucken masih dengan sebuah senyuman.
"Aku... tidak tahu, ini... sangat mengejutkan bagiku." ucap Alisha dengan tatapan tak percaya, Bagaimana bisa Lucken mencintainya.
"Kenapa kamu terkejut Alish? bukankah kita sudah berteman dekat dalam satu tahun ini." ucap Lucken menatap penuh wajah Alisha.
"Ya aku tahu itu...kita memang dekat. Tapi dengan kamu mencintaiku, aku sangat terkejut sekali." ucap Alisha dengan tatapan masih tak percaya.
"Sepertinya kamu tidak percaya kalau aku mencintaimu Alish." ucap Lucken dengan tatapan serius.
"Ini benar-benar kejutan bagiku Luck, antara percaya dan tidak di percaya. Tapi kalau kamu serius, aku harus bagaimana lagi? selain menerima cinta kamu." ucap Alisha dengan tersenyum penuh pesona.
Lucken tersenyum, merasa lega keinginannya untuk menjadikan Alisha sebagai kekasihnya sudah terwujud.
"Kamu tahu Alish, aku sudah mengira kalau kamu akan menerima cintaku." ucap Lucken dengan tatapan penuh.
Alisha tersenyum tipis kemudian menundukkan wajahnya.
"Kamu tidak tahu Luck! hatiku merasa hampa selama dua tahun ini. Aku mencari cinta pertamaku seperti aku mencari jarum di tumpukan jerami. Aku putus asa, aku tidak tahu kemana lagi harus mencari pria dingin itu? seorang pria yang telah membuatku jatuh cinta dan memberikan kenang-kenangan yang sangat indah pada kehidupanku." ucap Alisha dalam hati dengan perasaan sedih jika mengingat pria yang selalu di rindukannya tak dia temukan.
"Kenapa kamu diam Alish, apa kamu memikirkan sesuatu?" tanya Lucken dengan penuh perhatian.
Alisha menggelengkan kepalanya pelan kemudian tersenyum.
"Aku tidak apa-apa." ucap Alisha dengan tersenyum.
"Alisha, aku tahu kamu seorang artis dan mungkin kamu akan merasa berat memutuskan apa yang akan aku katakan padamu." ucap Lucken sambil meraih tangan Alisha.
"Kamu mau mengatakan apa lagi? apa kamu akan membuat aku terkejut lagi?" ucap Alisha merasa penasaran dengan apa yang akan di katakan Lucken.
"Mungkin...apa yang aku katakan ini lebih mengejutkanmu." ucap Lucken menatap penuh wajah Alisha.
"Katakan apa itu? aku sudah tak sabar ingin mendengarnya?" tanya Alisha dengan tatapan mata yang berbinar ceria.
"Aku ingin menikahimu. Apa kamu mau menikah denganku?" tanya Lucken dengan wajah serius.
Alisha terpaku di tempatnya setelah mendengar ucapan Lucken yang benar-benar membuatku terkejut di banding sebelumnya.
"Alisha? apa kamu mendengarku?" tanya Lucken seraya menyentuh ujung hidung Alisha.
"Apa...apa... yang kamu katakan?! kamu akan menikahi aku, setelah kamu mengatakan cinta? ini tidak mungkin Luck? bagaimana kita bisa menikah kalau pacaran saja kita baru mulai." ucap Alisha dengan tatapan tak percaya.
"Hari ini kamu mengatakan cinta padaku, dan hari ini juga kamu mengatakan ingin menikah denganku. Apa kamu serius?!" ucap Alisha dengan tatapan bingung.
"Aku serius Alisha, aku tidak bercanda. Kalau kamu setuju, hari ini juga aku akan melamarmu dan besok kita menikah." ucap Lucken menggenggam tangan Alisha dengan erat.
"Aku tidak bisa menjawab sekarang, aku harus bertanya pada Terry dan Diana." ucap Alisha dengan tatapan rumit.
"Baiklah... sekarang juga kamu bisa menghubungi mereka. Aku akan menunggumu." ucap Lucken dengan tersenyum bersabar hati menunggu jawaban Alisha.
Alisha sedikit gugup karena harus menjawab pertanyaan Lucken saat ini juga.
Dengan perasaan ragu, Alisha mengambil ponselnya dan menghubungi Terry.
"Hallo... Terry apa kamu di rumah?" tanya Alisha setelah panggilannya di terima Terry.
"Iya...aku ada di rumah dengan Diana. Kenapa kamu pulang terlambat? cepatlah pulang Diana menangis terus ingin bertemu denganmu!" ucap Terry sambil memberikan minuman susu pada Diana.
"Aku masih belum bisa pulang Terry, dan sekarang aku sedang bersama Lucken. Apa aku bisa bicara serius denganmu saat ini?" ucap Alisha sambil melihat Lucken yang sedang menatapnya tak berkedip.
"Kamu mau bicara serius tentang apa? dengarkan aku, saat ini Diana sedang menangis. Cepatlah pulang, aku tidak bisa menenangkannya." ucap Terry menggendong Diana yang masih menangis.
"Mami... Mami..." panggil Diana pada Terry dengan penuh perhatian Terry memberikan botol susu pada Diana agar berhenti menangis.
"Diam ya sayang...Mami kan sudah menggendongmu. Sebentar lagi Tante Alish datang, kamu jangan menangis lagi ya sayang." ucap Terry berusaha menenangkan Diana.
Mendengar suara tangis Diana yang tak berhenti, membuat hati Alisha ikut menangis.
"Alisha, bagaimana?" tanya Lucken dengan wajah serius.
"Bagaimana Luck, aku tidak bisa menjawabnya sekarang. Aku harus pulang, saat ini Diana sedang menangis dan biasanya hanya aku yang bisa menenangkannya." ucap Alisha dengan wajah terlihat cemas.
"Baiklah, aku tidak memaksamu untuk menjawab hari ini. Tapi besok kamu harus sudah bisa menjawabnya, karena aku harus menikahimu secepatnya." ucap Lucken dengan tersenyum.
"Akan aku usahakan Luck, semoga saja hari ini aku bisa bicara dengan Terry. Karena kamu tahu sendiri kan? aku tidak bisa berpisah dari Terry dan Diana yang sudah seperti keluargaku sendiri." ucap Alisha bangun dari duduknya untuk segera pulang.
"Baiklah Alish, hati-hati dijalan. Sampai bertemu besok." ucap Lucken menatap penuh wajah Alisha sebelum Alisha beranjak pergi.
Setelah Alisha pergi, Lucken duduk diam di tempatnya sambil memikirkan sesuatu.
"Drrrt... Drrrt... Drrrt"
Segera Lucken mengambil ponselnya saat mendengar ponselnya berbunyi.
Lucken mengambil nafas panjang saat melihat Mamanya yang menelepon.
"Hallo Ma... ada apa?" tanya Lucken dengan suara pelan.
"Bagaimana Luck? Apa kamu sudah mendapatkan wanita yang mau menikah denganmu besok?" tanya Katherine Kayler pada Lucken anak keduanya setelah Ducan Kayler.
"Saat ini aku belum tahu Ma, aku sudah memilih Alisha. Dia wanita cantik dan baik hati. Tapi dia, memberi jawabannya besok. Kalau Alisha setuju, aku segera menikahinya." ucap Lucken sambil menekan pelipisnya.
"Baiklah Luck, Mama tunggu kabar darimu. Sekarang pulanglah cepat, dan lihat keadaan Ducan semoga saja dia sudah boleh pulang." ucap Katherine dengan perasaan sedih karena punya dua anak laki-laki tapi mempunyai masalah dalam hidupnya.
Ducan Kayler putra pertamanya dalam hidupnya tak bisa lepas dari obat terlarang juga punya sifat tempramental. Sedangkan Lucken putra keduanya sangat sempurna namun harapannya hancur saat Dokter menyatakan Lucken tidak bisa mempunyai keturunan.