Chapter 3 - MENCARI TAHU

"Kalau begitu, tunggu apalagi? keluarlah Leon, beri aku dan Alisha waktu untuk melihat rekaman cctv itu." ucap Terry mendekati Leon yang duduk di depan layar monitor.

"Baiklah, hubungi saja aku kalau kalian sudah selesai." ucap Leon kemudian berjalan keluar.

"Ayo...cepat Terry tekan lagi CCTV itu. Kita harus menghapus rekaman itu." ucap Alisha dengan wajah pucat.

"Tunggu Alisha, kenapa kita harus menghapus rekaman itu? sebaiknya rekaman itu kamu simpan sebagai bukti kalau pria itu telah menjebakmu." ucap Terry dengan serius.

"Tapi Terry, dia tidak menjebakku? aku melakukannya karena aku menginginkannya." ucap Alisha dengan jujur.

"Ya Tuhan!! Alisha! kamu jangan terlalu polos. Di jaman sekarang banyak pria yang menjadi parasit di bawah ketiak wanita kaya." ucap Terry dengan hati kesal karena Alisha begitu sangat polosnya.

"Hidup di bawah ketiakku maksudmu Terry?" tanya Alisha semakin tak mengerti dengan apa yang di maksud Terry.

"Sudahlah! jangan kamu pikirkan hal itu lagi! sekarang kamu harus menyimpan rekaman ini untuk berjaga-jaga kalau kamu hamil." ucap Terry baru terpikir kalau rekaman itu sangat membantu Alisha nanti.

"Hem... jadi aku harus menyimpan rekaman ini?" ucap Alisha sambil menerima hasil rekaman yang sudah dipindahkan Terry ke flashdisk.

"Benar sekali Nona Alisha yang cantik." ucap Terry terkadang gemas dengan Alisha yang begitu polos.

"Hem... aku mengerti, aku akan menyimpannya." ucap Alisha seraya memasukkan hasil rekaman cctv ke dalam tasnya.

"Sudah kamu simpan rekaman cctv itu Alish?" tanya Terry setelah menghapus rekaman cctv milik Hotel.

Alisha menganggukkan kepalanya dengan cepat.

"Leon!!" panggil Terry sedikit keras tanpa bergerak dari tempatnya.

Tidak lama kemudian Leon masuk dengan sebuah senyuman.

"Bagaimana Terry? apa kamu sudah selesai dengan apa yang kamu inginkan?" tanya Leon berdiri di samping Alisha dan sudah tidak sabar ingin foto berdua dengan bintang idolanya.

Terry menganggukkan kepalanya menghadap ke Leon.

"Kalau begitu, sekarang kamu bisa mengambil gambarku dengan Alisha." ucap Leon memberikan ponselnya pada Terry.

Terry tersenyum sambil menerima ponsel Leon.

"Cepatlah sedikit Leon, kamu bisa memeluk Alisha dengan erat. Agar kamu bisa lebih bersemangat kerja." ucap Terry menggoda Leon yang sangat mengidolakan Alisha.

Dengan wajah merah dan sedikit gugup Leon memeluk bahu Alisha.

"Oke ... bersiap!! 1...2...3!" ucap Terry mengambil foto Leon dan Alisha beberapa kali.

"Lihatlah Leon, semoga kamu senang." ucap Alisha dengan sebuah senyuman.

Leon tersenyum hatinya berbunga-bunga melihat senyuman Alisha yang begitu manis.

"Aku sangat senang bisa foto denganmu Alish." ucap Leon mengulurkan tangannya mengucapkan terima kasih pada Alisha yang ramah dan tidak sombong.

"Oke Leon, kita harus pergi sekarang. Terima kasih atas bantuanmu ya." ucap Terry seraya menepuk bahu Leon.

"Sama-sama Ter." ucap Leon tersenyum kemudian menatap Alisha dan Terry yang keluar dari ruangannya.

"Ayo Alish, kita harus kembali ke tempat singgah kita untuk melihat ulang rekaman bercinta kamu itu!" ucap Terry menarik kuat lengan Alisha dan membawanya keluar dari gedung Hotel Gold star di mana Alisha sudah menyerahkan keperawanannya pada pria pelukis yang tidak di kenalnya.

Tiba di rumah singgah, Terry segera mengajak Alisha masuk ke dalam kamarnya.

"Duduklah Alish, jangan berdiri terus di situ." usap Terry sambil membuka laptopnya melihat Alisha berdiri termenung di depan Jendela kamar.

Tanpa membalas ucapan Terry, Alisha duduk di samping Terry ikut memperhatikan ke layar laptop.

"Terry, kenapa kita harus melihatnya lagi. Aku malu tahu kalau kamu melihat aku dan dia saat bercinta." ucap Alisha sedikit gugup saat Terry sudah menekan play rekamannya saat bercinta dengan pria yang tak di kenalnya.

"Kenapa kamu harus malu padaku Alisha? aku sudah seringkali bercinta, hal seperti ini sudah biasa bagiku. Sudahlah, kamu jangan berpikir yang macam-macam. Aku hanya ingin melihat kesungguhan pria itu saat bercinta denganmu." ucap Terry dengan wajah serius melihat ke layar laptop dan melihat bagaimana Pria dingin itu memperlakukan Alisha saat bercinta.

Wajah Terry terlihat tegang dan tak berkedip saat melihat ala bercinta pria itu pada Alisha. Pantas saja Alisha tidak sadar diri dan melupakan kesuciannya, pria itu terlihat bersungguh-sungguh memperlakukan Alisha seperti seorang ratu. Penuh perasaan dan tatapan mata yang tulus.

Tidak jauh berbeda dengan pandangan Terry, Alisha beberapa kali menelan salivanya, merasakan tubuhnya masih terasa hangat dengan sentuhan tangan kokoh milik pria dingin yang telah mengambil kesuciannya.

"Wah!! pantas saja kamu melupakan dunia nyata Alish. Tenyata pria itu sangat pintar sekali memuja tubuhmu." ucap Terry menghentikan rekamannya tepat pada wajah pria dingin itu.

"Aku tidak tahu Terry, apa yang membuatku merasa lemah untuk bisa menolak pria itu. Sentuhannya, desah nafasnya dan tatapan matanya, begitu menenggelamkan perasaanku ke dalam dunia yang tidak pernah aku rasakan. Begitu tenang dan nikmat yang aku rasakan saat itu." ucap Alisha dengan memejamkan kedua matanya membayangkan wajah tampan yang sudah membawanya ke surga dunia.

"Kamu pasti tidak bisa melupakan semua itu kan Alisha? terutama wajah dinginnya." ucap Terry ikut terbawa perasaan pada cinta sehari Alisha.

"Entahlah Terry...mungkin kalau pria itu merubah penampilannya, mungkin aku tidak tidak mengenalinya. Tapi, tidak dengan tatapan matanya, desah napasnya dan semua sentuhannya. Aku pasti mengingatnya dengan sangat jelas." ucap Alisha masih merasakan sentuhan itu melekat pada seluruh kulit tubuhnya.

"Hem...aku rasa kamu telah jatuh cinta padanya." ucap Terry dengan tatapan penuh.

"Mungkin... mungkin aku jatuh cinta pada pandangan pertama." ucap Alisha seraya menghela nafas panjang.

"Sebaiknya kamu melupakan perasaanmu itu Alisha. Di dunia yang sangat luas ini, bagaimana kita bisa mencari keberadaanya. Dia seolah-olah menghilang dari pandangan kita." ucap Terry teringat dengan sebuah huruf pada lukisan wanita tua.

"Jalan satu-satunya, kita bisa mencari seorang pelukis yang mempunyai yang punya inisial DK. Mungkin, baru kita bisa tahu di mana dia." ucap Terry seraya menggigit bibirnya.

"Benarkah? apa aku masih punya harapan untuk bisa menemukannya?" tanya Alisha dengan tatapan penuh harap. Dalam hati Alisha berharap suatu hari bisa bertemu dengan pria dingin yang sudah membuatnya jatuh cinta.

Terry menganggukkan kepalanya walau sedikit ragu, karena pelukis yang tidak terkenal banyak sekali bertebaran di mana-mana tidak bisa di hitung dengan jari.

"Cukup untuk hari ini kita mencarinya Alisha. Kita harus kembali ke Jakarta sekarang." ucap Terry sedikit putus asa menutup laptopnya.

"Apa itu berarti aku harus melupakannya Terry?" tanya Alisha sangat berat untuk meninggalkan pulau Bali yang telah menorehkan sebuah cinta dan kenangan yang sangat indah dalam hatinya.

"Aku tidak memintamu untuk melupakannya Alisha. Kamu percaya saja, kalau pria dingin itu jodoh kamu dimanapun dia berada pasti akan bertemu denganmu." ucap Terry bangun dari tempatnya untuk segera berkemas-kemas.