Lucken menatap kepergian Ducan dengan tatapan mengerti.
"Apa sebenarnya yang terjadi pada Ducan? kenapa sekarang berubah pikiran?" tanya Lucken dengan kening berkerut beranjak dari tempatnya dan kembali ke kamar.
Masih dengan perasaan cemburu, Ducan masuk ke dalam kamarnya kemudian berjalan mendekati sebuah lukisan yang tertutup kain putih.
Sudah hampir satu tahun lamanya Ducan tidak pernah pulang selain menghabiskan waktunya di rehabilitasi dan sesekali keluar untuk mengikuti event lukisan.
Baru setelah Lucken menjemputnya, Ducan bisa keluar dari rehabilitasi dan kembali pulang ke rumah.
Begitu tiba di rumah, tidak ada hal lain yang di lakukan Ducan selain melihat lukisan Alisha yang di lukisnya saat di hotel Bali.
Dengan pikiran masih terpaku pada bayangan wajah Alisha, Ducan menarik penutup kain lukisan Alisha. Tampak Alisha sedang berpose di tempat tidur dengan gaya natural namun begitu menggoda.
"Aku baru ingat namamu adalah Alisha. Namamu sangat cantik secantik wajahmu. Saat bertemu denganmu kamu begitu polos. Apa sekarang kamu adalah Alisha yang sama? atau sudah menjadi Alisha yang lain yang mencintai Lucken? aku tidak akan membiarkan kamu mencintai Lucken, Alisha. Kamu hanya milikku." Ucap Ducan dengan suara berat mengusap wajah lukisan Alisha.
Setelah cukup lama menatap lukisan Alisha, Ducan kembali menutup lukisan itu dan mengembalikan lagi ke tempatnya.
Dengan perasaan lelah dan kepala yang terasa berat Ducan menghempaskan tubuhnya di atas ranjang yang sudah lama tidak pernah dia tiduri.
Dalam pikirannya yang lelah, Ducan memejamkan matanya mengingat kembali saat dia bercinta dengan Alisha.
"Alisha... Alisha aku merindukanmu. Aku menginginkanmu Alisha." ucap Ducan dengan tubuh yang mulai menghangat dan hasrat yang tinggi.
Ducan mulai tersiksa dengan hasratnya yang selalu bergelora setiap mengingat kenangan bercinta dengan Alisha. Tidak jarang Ducan melakukan onani di saat sudah tidak sanggup menahan hasratnya.
"Kamu sudah menyiksaku terlalu lama Alisha, setelah ini aku tidak akan melepasmu. Kamu hanyalah milikku bukan Lucken atau pria lain." ucap Ducan dengan mata setengah terpejam memegang batang miliknya dengan posisi meringkuk membayangkan Alisha berada di sampingnya.
"Aku mencintaimu Alisha, aku mencintaimu." ucap Ducan sambil mengerang panjang merasakan kenikmatan saat melepas hasratnya.
****
Di rumah Alisha...
"Minumlah teh hangat ini Alish." ucap Terry memberikan teh hangat pada Alisha setelah menidurkan Diana di kamarnya.
Alisha menerimanya tanpa berkata apa-apa dan meneguknya hingga habis.
Setelah cukup menghangatkan tubuhnya, Alisha menegakkan punggungnya dan menatap Terry.
"Bagaimana Diana, Terry? apa dia sudah tidur lagi?" tanya Alisha dengan tatapan cemas saat Diana terbangun tiba-tiba menangis.
Dan Alisha tidak mengerti sama sekali apa penyebab Diana menangis.
"Kamu jangan cemas, kalau Diana kedinginan selalu seperti itu. Untung saja Diana memakai jaket Lucken." ucap Terry tidak sengaja menyebut nama Lucken, dan itu membuatnya teringat dengan apa yang dilakukanya bersama Lucken.
"Terry, aku ingin bertanya padamu tentang Lucken." ucap Alisha saat merasa aneh dengan sikap Lucken. Dan tentu saja hal itu terjadi karena yang bersamanya bukanlah Lucken tapi Ducan.
Terry mengangkat wajahnya saat Alisha ingin bertanya tentang Lucken. Wajah Terry tiba-tiba begitu tegang dan telapak tangannya terasa dingin.
"Kamu mau bertanya apa?" Tanya Terry dengan suara hampir tercekat.
"Aku hanya merasa aneh saja. Saat aku mengantar Lucken pulang dan dia memangku Diana, aku merasa ada kedekatan antara Lucken dan Diana. Diana sama sekali tidak merasa takut. Apa sebelumnya Diana sering bertemu dengan Lucken saat aku tidak di rumah?" tanya Alisha dengan waktu serius.
Terry mengangkat kedua alisnya merasa aneh dengan pertanyaan Alisha.
"Aku tidak tahu maksud dengan pertanyaanmu itu Alisha. Tapi aku bisa menjawab pasti kalau Diana belum pernah bertemu Lucken." ucap Terry merasa was-was dengan apa yang ada di pikiran Alisha tentang dirinya dan Lucken.
"Dan ada hal lain lagi yang sangat aneh aku rasakan. Selama ini Lucken tidak pernah memperhatikan tentang kamu, tapi sejak dia tahu Diana tadi. Lucken tidak berhenti bertanya tentang kehidupan kamu bahkan dia bertanya tentang Ayah Diana. Apa kamu juga berteman cukup dekat dengan Lucken?" tanya Alisha dengan tatapan rumit benar-benar tidak mengerti apa alasan Lucken hingga ingin tahu Ayah Diana.
Terry menekan pelipisnya merasa bingung dengan pertanyaan Alisha, dan bingung dengan cerita Alisha tentang Lucken.
"Kenapa Lucken bertanya tentang Ayahnya Diana pada Alisha? Bukankah aku sudah menceritakan siapa Ayah Diana dan siapa Ibu Diana sebenarnya. Kenapa Lucken membuat masalah jadi runyam?" ucap Terry dalam hati tidak tahu harus menjawab apa dengan pertanyaan Alisha.
"Terry?? apa kamu mendengar pertanyaanku? apa ada yang kamu sembunyikan dariku?" tanya Alisha dengan tatapan penuh.
"Terus terang aku tidak tahu alasan apa sehingga Lucken bertanya seperti itu padamu Alisha? bahkan kamu tahu sendiri aku tidak pernah bertemu dengan Lucken kecuali kamu membawanya ke sini? Dan kenapa tidak kamu tanyakan saja pada Lucken, saat dia bertanya padamu?" ucap Terry berharap segera menyudahi pembicaraannya dengan Alisha agar dia bisa menghubungi Lucken, kenapa Lucken bertanya tentang Diana pada Alisha.
"Aku sudah bertanya padanya dan dia malah mengatakan aku sedang cemburu padamu." ucap Alisha dengan wajah terlihat kesal.
"Sudahlah Alisha, kenapa kamu tidak berpikir yang positif saja? Mungkin Lucken berpikir dia akan menjadi suamimu, karena itu dia juga memikirkan tentang Diana. Bukankah yang Lucken tahu kita adalah saudara?" ucap Terry meyakinkan Alisha kalau Lucken bersikap wajar sebagai calon suami.
"Mungkin yang kamu katakan benar Terry. Baiklah, sebaiknya kita tidur. Sekarang sudah malam. Aku tidak ingin terlambat datang ke rumah Lucken." ucap Alisha seraya bangun dari duduknya dan berjalan ke kamarnya.
Melihat Alisha sudah masuk ke dalam kamar, segera Terry menghubungi Lucken ingin tahu alasan Lucken bertanya tentang Ayahnya Diana.
"Hallo... Luck?? apa kamu sudah tidur?" tanya Terry dengan wajah serius.
"Terry?? ada apa malam-malam mencariku? apa kamu sedang merindukan aku?" tanya Lucken masih duduk di balkon kamarnya merasakan kesedihan yang di alaminya.
"Ccckkk!! aku mau bertanya padamu tentang hal yang serius." ucap Terry dengan serius.
"Bertanya tentang apa? jangan katakan kalau kamu akan menuntutku untuk menikahimu." ucap Lucken dengan sebuah senyuman menggoda Terry.
"Lucken!!! aku serius!! kamu telah benar-benar membuatku kecewa!" Ucap Terry dengan perasaan kesal.
"Kenapa kamu marah Terry?? ada apa? aku hanya sedang bercanda. Aku saat ini sedang sedih." ucap Lucken dengan serius saat mengetahui Terry sedang marah.
"Apa tujuanmu bertanya pada Alisha tentang Diana? terutama tentang Ayahnya Diana? bukankah kamu sudah tahu tentang semua rahasia Alisha dan Diana? kamu tahu kalau Diana lahir dari pria yang tidak di kenal Alisha saat di Bali. Kenapa kamu malah bertanya tentang Ayahnya Diana??!! kamu sangat membuatku kecewa Luck!" ucap Terry dengan perasaan kecewa.