Suasana pagi hari ini begitu lain, dinginnya suhu ruang tak membuat penghuni meja yang akan makan merasa adem. Ailee menarik bangkunya dan mendaratkan diri disana, wajahnya terlihat datar, dia menyadari betul sorot mata Papa nya yang terus lurus menatap ke arahnya
"ada apa Ailee? ada hal penting apa sehingga papa dan mama harus pulang?" tanya Pak Artadiningrat masih dengan suara biasa saja, tapi air wajahnya jelas sudah tidak tampak biasa, wajah pria itu penasaran
Ailee membalik piringnya, mengambil selembar roti, dia menaruh perlahan di atas mejanya, setelah duduknya kembali rapi, wajah mungil gadis itu terangkat lurus membalas tatapan penasaran Papanya
"kita tunggu kak Reo dulu.." ucapnya pelan sambil meraih jar cokelat dan mengolesi rotinya
"Kau jangan konyol Ailee, jangan menjadi seperti Reo yang bertingkah bodoh!" Suara Pak Artadiningrat meninggi, wajah penasarannya berubah mengeras. Istrinya berusaha menenangkan, dia menepuk pelan punggung tangan suaminya, dengan mengerling kan mata, nyonya rumah memberi isyarat supaya lebih tenang
"Aku tidak konyol pah, tapi untuk kalimat terakhir papa aku sangat setuju!" ucap Ailee bersiap menggigit sudut roti selainya
"ada apa sebenarnya Ailee?" sorot mata hangat milik nyonya Artadiningrat terasa menyelidik, Ailee hanya menjawab dengan senyuman kecil. Mata indah dengan bulu mata lentik itu hanya memberikan jawaban lewat sorot matanya yang memiliki makna yang sulit di pahami
Sepasang bola mata itu tiba tiba terlihat membesar, dia menatap sosok yang baru saja datang, berdiri tepat di belakang punggung Papa nya
"Ah dia sudah datang.." gumam Ailee
Semua menoleh ke arah Reo, dengan wajah nya yang terlihat lelah, anak lelaki kebanggan keluarga itu segera menarik kursi dan mendaratkan diri tepat di ujung meja, berhadapan langsung dengan tatapan heran Papa nya
"Mana Bey?" tanya Papa nya heran melihat Reo datang seorang diri tanpa pendampingnya, Reo tak berani mengangkat wajah, dengan menghela nafas panjang .. dia masih belum mampu menjawab
Ailee masih terus menikmati segigit demi segigit rotinya dengan amat perlahan, matanya terus menatap dalam tingkah Reo, gadis itu bisa menebak kegalauan yang dihadapi kakaknya saat ini, tapi dia tak ambil peduli
Pak Artadiningrat mengerutkan dahi, tak memahami situasi pagi ini, berbeda dengan istrinya, walau dengan raut bingung nyonya rumah tetap berusaha tersenyum, mengambilkan dua lembar roti, meletakkan di atas piring Reo, dia bersiap mengoleskan selai kacang coklat favorit putranya itu
Reo mengusap wajahnya, dia mencoba mengumpulkan keberanian, dari tadi dadanya bergetar hebat, dia dilanda kecemasan
"Aku akan menceraikan Bey.."
PRAAAAANG.... !!!!
toples kaca berisi selai terlepas dari genggaman tangan nyonya rumah, mengagetkan yang lainnya yang sudah melongo tak percaya, wanita itu pun tak percaya dengan pendengarannya
Semua terkejut tapi tidak dengan wajah Ailee
HENING....
Hanya suara detak jarum jam dan dentingan pisau garpu dari tangan Ailee
....
"Aku dan Bey akan bercerai..." ulang Reo, membuat Papa dan Mama nya tersadar dari shock yang membuat mereka seperti membatu
Wajah kedua orang tua itu terlihat heran dan tak percaya
"Apa maksudmu Reo?" Tanya kepala rumah tangga dengan tatapan tajam menyelidik, pak Artadiningrat jelas sedang mencari titik terang dalam bola mata anaknya yang hitam pekat
"yaa pah, aku akan menceraikan Bey…"
Sudah tiga kali kata cerai diucapkan oleh Reo, jelas ini bukanlah sebuah lelucon, Kerutan di dahi Artadiningrat semakin bertambah, kepalanya tiba tiba seperti ditimpa runtuhan batu besar. Bukan hanya menghilang saat rapat penting di luar negri, kelakuan Reo semakin menjadi-jadi, pak Artadiningrat dibuatnya semakin tak mengerti.
"apa maksud semua ini Reo, apa kau sedang gila ?!" tanya Papanya dengan menahan amarah yang terus bergejolak siap membakar emosinya
"KAU BILANG RIO ITU SINTING!! TAPI KAU LEBIH GILAA!! teriakan Artadiningrat membuat wajah nyonya besar mengeras. Dia menggebrak meja membuat semua menoleh ke arahnya.
"Kenapa kau membawa anak sialan itu di rumah ini!" sungut nyonya besar dengan tatapan tajam matanya.
"Reo, apa yang sebenarnya terjadi?" Reo menunduk tak berani menatap wajah kecewa Mamanya, dia memberi jawaban lewat anggukan
"Maaf mah, pah.. Reo harus menceraikan Bey, saat ini pacar Ku sedang hamil..."
Tak hanya batu yang runtuh menimpa kepalanya, kini pak Artadiningrat juga merasakan panas yang menjalar dari kakinya dan siap membakar seluruh badannya bahkan hingga seisi rumah ini !
"KAU SUDAH GILAA..!!! KAU SEDANG TIDAK WARAS YAAA!!!!" tuan besar sudah kehabisan kesadaran, dia mengangkat tangan hendak menampar Reo. Ailee memang membenci kakaknya tapi dia masih saja tidak bisa melihat orangtua dan kakak nya main fisik, Ailee memeluk dada papanya, mencoba menenangkan. Ailee tak ingin darah tinggi papanya kambuh. Nyawa papa lebih penting, begitu batin Ailee. Walau ditahan oleh Ailee tetap saja emosi telah naik hingga ubun-ubun tuan Artadiningrat.
"KAUUU GILAA!! kauu gilaa.."
Teriakan lantang penuh emosi dari mulut Artadingrat seperti gelombang tsunami yang akan menghantam daratan, Reo hanya bisa terpaku dan cemas
Reo tertunduk tak mampu mengangkat wajahnya, rasa cemas kini telah membuatnya takut
Melihat reaksi tak jantan anaknya membuat Artadiningrat semakin mengerutkan dahi, dia mengepalkan tangannya kesal, dia tak bisa berkata - kata lagi
"Reoo..." panggil suara wanita yang bergetar, sudut matanya telah dipenuhi airmata, wajahnya jelas terukir kekecewaan yang dalam
"Kau sudah berjanji di hadapan Tuhan, kenapa kau seperti ini nak? apa salah kami, kenapa kau tega melakukan semua ini nak? kenapa kau menghancurkan pernikahan mu, kau tidak ingat bagaimana dulu kau membujuk kami untuk bisa mendapatkan Bey..?" suara nya yang bergetar hebat di tengah isak, membuat Ailee yang dari tadi berusaha menenangkan papanya, beralih ke arah nyonya Artadiningrat, wanita cantik meski sudah paruh baya itu jelas sangat kecewa. Ailee memeluk ibunya berusaha menenangkan..
"sudahlah mahh.. " bisiknya pelan sangat pelan..
Reo masih saja mematung, dia hanya menerima kemarahan Papanya, dia juga menerima kekecewaan wanita- wanita di keluarganya, dia tak bisa apa- apa lagi, inilah akhir semuanya , inilah pilihannya!
Pak Artadiningrat mencoba mengatur nafas, dia tak ingin serangan jantung dan mati mendadak, pria paruh baya itu berusaha menenangkan diri, melihat putranya yang seperti batu tak mungkin lagi ada jalan keluar lain pikirnya,
dia menoleh ke arah Ailee yang masih merangkul Mamanya
"Ailee.. siapkan mobil, kita pergi ke rumah Bey sekarang!" perintahnya dengan suara datar
"Reo, bersiaplah untuk lebih gentleman!" ujar pak Artadingrat sambil berlalu tanpa menyentuh sarapan paginya
Apakah Bey dan Reo akan berpisah? keputusan apa yang akan keluarga ambil perihal pernikahan putra-putri mereka? bagaimana dengan Fika? terus beri dukungan yaa!! thank you
*** Mulai 28 Mei novel ini akan dikunci, menerapkan bab berbayar supaya ada pemasukan untuk penulis. kalian bisa membeli member, kl diitung 2000rupiah/hari bisa buka 90bab. tiap bab author dapat 500rp belum potongan dr google dan aplikasi jd bersih sekitar 150rp. Kecuali memang gift dari pembaca itu semua untuk penulis, gift kalian sangat membuat penulis semangat.
apapun bentuk dukungan kalian aku, power stone, gift, review bintang 5, dan komentar juga masukan akan aku terima dengan senang hati, terus baca, novel ini akan end di 150bab, dan yg kedua juga kurang lebih sama