Chereads / Aku Kamu dan Masa itu / Chapter 67 - Semua ada alasan...

Chapter 67 - Semua ada alasan...

Sudah sejak pagi Ailee dengan wajah imutnya merayu Bey. Dia ingin temannya itu tinggal sementara di rumah orangtuanya. Pada awalnya Bey menolak, dia bilang akan menunggu suaminya pulang dulu baru akan ke rumah orangtuanya

Mungkin ada banyak ketakutan di dalam kepala Bey. Dia takut apa yang akan dia lakukan membuat Reo marah. Dia tak ingin merasakan kemarahan suaminya lagi. Semua yang pernah dialami nya membuat trauma

"Bey, kakak sangat sibuk akhir-akhir ini. Aku takut kau merasa kesepian. Lagipula kakak ku juga ada perjalan bisnis dan.... mmm" Ailee berpikir memutus kalimatnya. Dia mencoba mencari cari alasan yang tepat agar Bey percaya dengan ucapannya

"Ah! kakak juga harus meeting di luar negeri. Papa bilang begitu. A, aku disuruh memberi tahumu. Kami takut kak Reo ga sempat memberi kabar dan membuat istri cantiknya ini cemas" Ailee menyentuh pipi Bey, mencubit lembut disana. Dia masih berusaha membujuk. Senyum palsunya terus mengembang. Bey menatap wajah sahabatnya tajam. Beberapa saat hingga bibir itu tersenyum tipis

Dengan senyuman dan tatapan penuh arti Ailee menatap dalam bola mata dihadapannya. Akhirnya Bey melunak.

Bey.. aku tak ingin kak Reo menyia-nyiakanmu, kau menantinya dengan cemas sementara dia. Ailee menghela nafas panjang. Sementara Reo asik dengan wanita itu ! suara batin Ailee kesal

Dalam hati Bey sebetulnya senang. Diantara ke bimbangan nya wanita itu menyimpan rasa rindu yang hampir tak bisa dibendung lagi. Dia sangat merindukan papa dan mama nya. Bahkan di malam itu hampir saja dia pulang dalam keadaan yang buruk. Beruntung bagi nya Mario yang melihat nya saat itu. Dia tak bisa membayangkan jika orang tuanya yang melihat keadaan kacau nya di malam itu.

Aaah... Mario..

Entahlah, tapi dalam diam Bey juga merindukan pria itu. Seberapa usahanya Bey menampik isi hati nya. Dia tak bisa berdusta, dia merindukan pria lain dalam batinnya

Malam itu Mario tak berkata - kata. Dia hanya memayungi hingga Bey kuat untuk berdiri lagi. Pria itu memesan taksi dan menyuruhnya pulang. Malam itu, untuk mengangkat wajah menatap Mario saja Bey tak mampu. Dia sangat terpukul dengan penantiannya. Jika diingat lagi saat ini Bey merasa malu bertingkah seperti itu di hadapan Mario tapi Reo sungguh membuatnya cemas.

Bey masih mengingat malam dingin itu. Walau terasa menyesakkan dadanya, walau membuatnya seperti orang gila. Bey masih bisa tersenyum menyadari ada pria yang masih mau berdiri di sampingnya

"Hey! kau melamun apa sih" suara Ailee membuat Bey tersadar dari lamunan panjangnya

"Kita uda di depan toko mu" ujar Ailee dengan kerlingan matanya. Bey segera menoleh, aaah... gadis itu mencium aroma yang sangat ia rindukan dan..

Mama dan Papa Bey melambaikan tangan. Keduanya segera keluar menghampiri mobil mini cooper Ailee. Bey bergegas keluar dari mobil, segera memeluk orang tuanya. Mereka menangis haru, Ailee ikut bergabung dia pun ikut terharu

"Bagaimana liburanmu nak?" Ailee melirik Bey cemas mendengar pertanyaan mama nya. Tapi wajah gadis itu malah tersenyum lebar dan ceria

"Seruu.." Ujar Bey memamerkan gigi putihnya yang berjejer rapi. Ailee menggaris senyuman getir. Gadis itu mematung sesaat melihat Bey yang ceria berceloteh dengan orang tuanya.

****

Sudah hampir dua jam Fika memoles diri di depan meja rias, tapi dia masih belum merasa puas, gadis itu sekali lagi membetulkan riasannya, kali ini bagian rambutnya

"Sayang, aku harus pulang ada hal yang harus aku bereskan"

Mendengar kalimat Reo membuat Fika memutar badan. Dia meletakkan sisirnya, matanya seketika berubah sendu

"Kamu yakin mau pulang? memang nya ga capek, istirahat dulu aja sayang" bujuk Fika dengan suara dibuat se manja mungkin. Reo menghampiri gadis itu dan memegang dagu mungil gadis itu

"Kenapa, kamu takut aku ga kembali lagi" goda Reo, gadis itu memanyunkan bibirnya, dia pura - pura cemberut

"Kamu lucu banget sih" cubit Reo di pipi Fika dengan gemas. Gadis itu terus saja membuat mimik lucu yang membuat orang iba dan gemas

"Kalo kamu kayak gini aku mana bisa pulang.. eummmmm...."

Reo menyambar tubuh Fika perlahan lahan, membawanya dalam pelukan. Gadis itu sangat paham bagaimana cara membalasnya. Reo tidak akan bisa meninggalkanku pikir Fika segera bangkit dari duduknya menyamakan tinggi badannya dengan pria yang sangat menikmati pelukan mereka saat ini

Reo menangkap tubuh Fika yang berdiri mendesaknya. Dia melangkah mundur hingga mentok di tembok kamar. Gadis itu menahan kedua tangannya di tembok, dia mengurung Reo. Pria itu sudah masuk perangkap sempit Fika, dia tak bisa melarikan diri lagi. Gadis di depannya menatap dengan sorot mata tajam yang menggoda, masuk ke perangkap Fika bukanlah kesialan bagi Reo

Pria itu tersenyum membalas godaan gadis nya. Tangannya menangkap rapat pinggang ramping dan segera ditarik sehingga tubuh mereka tanpa jarak. Mereka sudah siap melanjutkan adegan selanjutnya. Gadis itu membuat suara pelan yang membuat darah jantan Reo semakin berdesir

"Sayaang.." Mendengar bisikan yang membangkitkan hasratnya, Reo bersiap membuat gadis itu bersuara lebih kencang lagi

"Kamu siap ronde kedua" bisik Fika di telinga Reo sekali lagi membuat pria itu semakin bersemangat. Dia akan membuat wanitanya menyerah kali ini pikirnya. Tapi ternyata Fika lebih sigap. Tangannya lebih lincah dan berpengalaman dalam urusan seperti ini. Gadis itu mendahului Reo, gadis itu menemukan sesuatu yang telah berdiri di ujung pandangannya. Dengan wajah menggoda dia meremasnya segera. Erangan Reo membuat senyum menang Fika mengembang

Fika tertawa kecil melihat wajah Reo yang memerah. Pria itu telah hanyut dalam perlakuan Fika  Tak menunggu lama Fika bersiap memulai acara inti mereka

Ting..... Tong....

Fika mengerutkan dahi,

Siapa yang datang saat seperti ini! batin Fika kesal

Reo menyadari gerakan Fika terhenti. dia membuka mata merasakan sentuhan nikmatnya yang tiba-tiba berhenti. Ditatapnya wajah heran Fika yang membuatnya ikut bingung. Gadis itu memakai baju asal. Dia ternyata meraih kemeja Reo, dia mengancing seadanya. Dengan setengah berlari dia memutar kunci pintu dan menjangkau handle pintu

Alangkah terkejutnya gadis itu melihat ada tamu tak di undang yang menghancurkan pagi indah mereka. Sial, ngapain dia kesini! batin Fika marah tapi wajahnya berusaha ramah. Dia memasang senyum

"Ailee...." ujarnya sok dekat

Ailee memasang sorot tajam, dipandangnya dari ujung kaki Fika hingga ke kepala. Ailee memberi tatapan jijik. Penampilan Fika membuat darah Ailee berdesir ngeri, lihatlah wanita itu, bahkan dia memakai kemeja kakak ku, fikir Ailee tak mau lagi menerka lebih dalam apa yang sedang pasangan itu lakukan

Lama Ailee menatap lekat Fika. Dia terhenti saat bertemu pandang, Ailee membuang pandangannya segera. Dia enggan menatap lama wanita di depannya. Fika menyadari kemejanya belum terkancing semua, buru-buru dia merapikan tapi tetap saja kemeja itu tak mampu menutup kaki jenjangnya

Dia menyadari betul sorot mata Ailee yang seperti menguliti nya dari kaki hingga kepala

"KAKAAAAK!! KAK REOOO!!" teriak Ailee sambil melipat tangan di dada. Reo keluar dari kamar dengan hanya menggunakan celana, melihat kakaknya Ailee tertawa kecil dengan wajah sinis

"Ups... sepertinya aku mengganggu..." sindir Ailee membuat sorot mata Reo berubah jadi kesal. Tapi pria itu tak bisa berkata-kata. Wajar saja adik nya marah, ini bukan kali pertama adiknya memergoki hubungan mereka dan Ailee tidak pernah menyangka jika pada akhirnya Reo luluh pada godaan Fika

"Aku kesini cuma mau bertanya pada dia" tunjuk Ailee kasar kepada Fika, rasa tak sukanya jelas terlihat

"Ternyata aku menemukan seorang suami yang sedang bersenang senang, melupakan istrinya, menyia-nyiakan istrinya!" hardik Ailee, Fika hanya terdiam tapi Reo melangkah mendekati adiknya yang tampak jelas emosi saat ini

"Apa mau mu Ailee?" tanya Reo pelan, dia berusaha meredam emosi adiknya

"Aku yang tanya, mau kakak apa!" Baru saja Reo hendak menjawab pertanyaan Ailee tiba-tiba....

"Hhoooooeeeekkk.....!!"

Fika berlari menuju ke kamar mandi, gadis itu sepertinya mual dan muntah, suaranya terdengar jelas walau sedikit samar. Reo membelalakan matanya tak percaya, begitupun dengan Ailee. Mereka sangat terkejut