Chereads / Aku Kamu dan Masa itu / Chapter 50 - Anjing menggigit tuannya.

Chapter 50 - Anjing menggigit tuannya.

Malam ini tak sekalipun kedua bola mata Mario berpaling dari sejoli di depan matanya, sorot mata itu terus mengikuti pasangan itu

Ada rasa bergejolak di dalam dadanya, rasa yang membakar hati dan perasaanya

" Mengapa dia seperti ini ? " batin Mario

Pertunjukan indah dengan alunan merdu dan lantunan irama lagu tak digubris olehnya, dia hanya terus terpaku menatap Reo yang asyik berbincang dengan lawan disebelahnya

Kedua orang itu berdiri, mereka terlihat seperti sejoli, mungkin bukan hanya Mario yang menatap mereka, tak tahulah yang pasti ini acara publik

Berani sekali dia berbuat seperti itu, fikir Mario heran

Dimana letak pikiran pria itu, apa dia tidak bisa memikirkan perasaan istrinya? apa dia tidak takut akan reputasinya?

Reo dan wanita bergaun terbuka itu menarik diri di tengah acara, mereka berusaha menyelinap diantara ketatnya penjagaan acara malam ini

Mario menatap punggungnya yang kian menjauh, hampir saja menghilang dari balik bangku tribune yang padat

Tanpa berpikir lagi Mario bangun dari duduknya, dia mengikuti langkah dua orang itu.

Beberapa lama Mario berdiri di balik pintu basement, pria itu menyembunyikan tubuhnya tatkala dilihatnya Reo dan gadis itu bercengkrama mesra sebelum memasuki mobil yang sama

Mario berinisiatif mengikuti mobil itu

Dia segera berlari menuju mobilnya, menstarter dan menginjak gas tanpa ragu, suara mesin mobil seperti menderu sama persis dengan dadanya saat ini

Tangan lebarnya mengepal di atas stir, uratnya keluar terlihat menegang, Mario menahan geram mengingat ulah Reo dan wanita tadi

HOTEL INN

Keterkejutan Mario kian bertambah ketika dia sadar bahwa sebuah hotel bintang lima menjadi tujuan Reo

" Tega sekali dia ! " upat Mario marah

Mario menuruni mobilnya dengan cepat, dia melempar kunci mobil, meminta jasa valet, dengan tergesa-gesa Mario mengikuti langkah dua orang tadi

Sebuah bar menjadi pilihan mereka untuk berbincang-bincang

Dengan berbagai cara Mario mencoba masuk tanpa dikenali oleh Reo

Pria itu menutupi wajahnya dengan telapak tangan dan wajah menunduk, dia langsung mencari duduk tepat di meja bartender, dimana dia langsung ditawari minuman

Dia menoleh ke belakang dengan ragu-ragu, bagaimanapun dia tidak boleh ketahuan pikirnya

Mario bisa melihat wajah gadis asing itu dari samping

" siapa dia ? " tanya Mario penasaran, apa mungkin kerabat? kolega ? teman ? tapi apa harus sedekat ini.

Mario teringat pertama kali berjumpa Bey beberapa wakth lalu, hari itu mereka juga berciuman lama , melepas rindu, mungkinkah hal ini juga dilakukan Reo ?

Aku harusnya sadar dengan sikapku yang salah, tapi aku dan Bey tidak melakukan lebih dari itu .

Batin Mario seperti berdebat, mencari pembenaran sendiri

Seseorang sedang sibuk di belakang meja bar, dia mencampur beberapa minuman, menuang isi shaker ke dalam gelas bening, selain tangannya yang lihai, mata bartender itu juga tak kalah lihai, pria itu terus mencuri lirik ke arah Mario

Pria itu melempar sesuatu ke dalam gelas barang kecil yang segera larut bersamaan isi gelasnya

" ah , terima kasih "

Ucap Mario singkat sambil meneguk minuman nya, tenggorokannya memang sudah terasa kering. Dia tak menyisahkan isi gelasnya

******* *******

BEY

Aku melirik jam di ponselku yang sunyi, sudah pukul sebelas malam, tapi tak kudengar suara pintu terbuka

Tak ada kabar baik dari pesan ataupun panggilan, Reo jarang menghubungiku akhir-akhir ini

Aku menyeduh secangkir teh, mencoba menghangatkan diri di malam yang kurasa dingin

Sebelum menuju ruang depan Aku menatap bayangan di cermin

" ah , kantong mataku.. "

Akhir-akhir ini aku merasa buruk, tubuhku tak seperti dahulu, rasanya semua telah banyak berubah dalam pernikahan kami yang masih tergolong singkat ini.

Aku menatap diri di cermin, apa kini perubahanku juga buruk ? sampai Reo bersikap buruk padaku

Kadang Aku berpikir jika amarah suamiku adalah hal yang wajar, itu adalah hukuman untuk pengkhianatan yang aku lakukan

Aku berani berciuman dengan lelaki lain dibelakang suamiku, aku buruk sekali, Tuhan sedang menghukumku

Reo pantas membenciku !

Aku berusaha mengukir senyum, senyum yang bisa meluluhkan hati suamiku

Kugapai cusion di laci meja, menepuk berlahan di kulit wajahku, ah sepertinya aku memerlukan coancelar untuk lingkaran hitam dan bekas luka di sudut bibirku

Aku memcoba merias diri seperti dahulu, mengenakan riasan lengkap, memoles liptint di bibir

Aku mengangkat rambut panjang yang kini terlihat sudah tak berbentuk lagi, Aku mengangkatnya menjadi ponytail

Belum lengkap rasanya tanpa gaun malamku, hari ini aku harus memperbaiki hubungan kami , pikirku dengan hati bergetar

Aku memastikan penampilan berbeda ku kali ini, sepertinya sudah lengkap, Dengan secangkir teh hangat Aku menunggu suamiku di sofa depan, aku menanti kepulangannya malam ini

Detak jam di dinding begitu keras terdengar di telingaku, hati ini terus bergetar disetiap menitnya, Aku menanti kedatangan Reo dengan perasaan yang tak menentu

Setiap menit yang berlalu begitu lama, tapi langkah suamiku tak kunjung terdengar, yang ada kesunyian menemaniku sepanjang malam

" Reo, aku menunggumu.. "

******** **********

Reo mengeluarkan beberapa lembar uang, dia menyerahkan pada dua orang pria dihadapannya.

Laki-laki itu tersenyum penuh arti, tubuhnya dibanting ke atas sofa empuk, dia menatap tubuh yang tertidur di atas ranjang

Fika keluar dari kamar mandi dengan piyama malamnya, gadis itu sengaja melonggarkan ikatan pinggangnya, supaya tampak jelas tonjolan tubuhnya yang menyembul keluar

Reo tak begitu peduli, dia hanya terpaku menatap raga Mario yang sudah tak berdaya

" planning b berjalan lancar, walau gue kecewa planning a gagal .. " ucap Reo dengan rasa bangga, Fika mengambil sebotol wine , wanita itu menuang gelas kosong yang berada di meja tepat di depan Reo

Saat gadis itu berjongkok, baju longgarnya semakin terbuka, hingga Reo bisa jelas melihat isi dalamnya, pria itu hanya menatap sesaat dan seperti tak begitu peduli

" Selanjutnya aku percayakan padamu ! " tatap Reo dalam kepada wajah di depannya, wajah mereka yang begitu dekat, hanya berjarak hidung saja

Gadis itu tersenyum menggoda, lama dia menahan posisinya yang sedikit membungkuk dihadapan Reo, dia mengangkat gelas yang sudah terisi minuman , tangannya menyodorkan gelas itu ke arah Reo

Wanita itu memilih duduk di sebelah Reo, mereka memandangi tubuh Mario, keduanya tersenyum penuh arti

" Aku punya ide, kamu pasti suka " Reo menatap bingung mendengar kalimat Fika

" Reo, bukan hanya menjadi pacarnya, aku akan membuat dia menikahiku " lanjut Fika

" kau yakin ? " Fika mengangguk mantap

" Kau pasti tenangkan kalau dia juga menikah, mereka tidak akan bisa bersama, aku akan menjadi pasangan terburuk dalam hidupnya "

" Caranya ? " selidik Reo penasaran dengan rencana Fika, ternyata gadis ini lebih berbisa dari dugaannya, bisik hati Reo

" Aku harus hamil ! "

Reo terkejut mendengar rencana Fika, pria itu memasang wajah tak yakin

" maksudmu, pura-pura hamil ? "

" hahaaaahaaaa.... " Fika tertawa mendengar pertanyaan Reo, dia menggeleng disela tawanya

" Reooo please, kita bukanlah teman bermain petak umpet jaman dulu, kau dan aku kini sudah sama-sama dewasa, c'mooon !! " suara Fika terdengar seperti meledek, membuat Reo mengeryitkan dahinya

" Reo, kau tau kan, aku ini selalu menyukaimu tapi kau malah sibuk dengan gadis-gadis lain, kau selalu saja mengabaikanku ! "

Suara meninggi Fika sedikit menghenyakkan Reo, wanita di depannya sepertinya sudah kehilangan akal, dia terlalu banyak meneguk minuman alkoholnya

" Reo... "

Fika menyandarkan kepalanya di pundak Reo, tangan kirinya melingkar di pinggang Reo, sementara jari kanannya bermain- main di pundak pria beristri itu

Fika mengangkat wajahnya, mendekatkan bibir merah ke arah telinga Reo

" Aku ingin mengandung anakmu.. " bisiknya halus menelisik di rongga telinga, menggelitik hormon testoron pria yang merasakan hawa hangat nafasnya, Reo merasakan gejolak yang mulai memenuhi dada dan pikirannya

Pria itu belum pernah tertarik dengan Fika bahkan tidak sekalipun, yang terbayang olehnya hanyalah wajah istrinya, dia membayangkan wajah Bey

Jika wanita ini hamil dan Mario harus menjadi suaminya, maka tak ada yang akan mengancam hubungannya dengan Bey

itu ide yang baik, fikir Reo

Reo membaringkan wanita itu di sofa, dia meletakkan jari telunjuk di bibirnya, dia tak ingin ada suara dari bibir gadis itu

" jangan berisik.. "

Fika mengulum senyum, pria ini selalu diimpikannya tiap malam, akhirnya malam ini aku bisa merasakanmu, pikir Fika terlampau senang

" Aku tak mau kamu menjerit.. " bisik Reo sekali lagi, Fika mengangguk setuju

" dengan senang hati aku akan membuatmu menjadi istrinya ! " ujar Reo datar tanpa keraguan, tubuh pria itu berlahan mulai turun