Hari ini ibu mengantar ku pergi ke sekolah setelah bel berbunyi seluruh murid berbaris dan masuk ke dalam kelas masing-masing. Setelah aku masuk kelas biasanya ibu pergi kembali ke rumah dan tidak menunggu ku. Di ruang kelas satu aku belajar dan bermain dengan teman sebaya Ku.
"Dug dug dug" suara langkah kaki Ibu Guru memasuki ruang kelas. Ibu Guru memberikan salam dan dibalas oleh murid-murid.
"Hari ini kita akan belajar tentang silsilah keluarga murid-murid." kata Bu Nia.
"Iya, Bu Nia". Jawab murid-murid kompak.
Semua murid-murid sibuk membuat tugasnya, mereka saling mengajukan pertanyaan seperti "Siapa nama ibu dan ayah kamu?", atau "Kamu lahir dimana?". Iya, seperti itulah yang ku dengar.
Saat Lili menyelesaikan tugasnya tiba-tiba anak laki-laki menghampirinya dan berkata "Kamu bukan anak dari orang tuamu sekarang. Kamu itu anak pungut."
"Darimana kau tahu jika aku bukan anak dari orang tua Ku?" tanya Lili.
"Ibu ku yang berkata seperti itu bahwa kamu anak angkat." Kata Ahmad.
Deg!!! hati Lili kaget mendengar perkataan adik sepupunya itu.
Ahmad merupakan anak dari adik ibuku. Selama ini kami sekolah dan berada di kelas yang sama. Ahmad lebih tua satu tahun dari Ku. Setelah mendengar perkataannya aku menjadi sedih dan ingin menangis tetapi Ibu Guru terlebih dahulu memanggil namaku. Kemudian aku maju ke depan menghadap Bu Nia. Beliau mengajukan pertanyaan kepada ku
"Siapa nama orang tua Mu?"
"Berapa jumlah saudara kandung?"
"Status sebagai anak kandung atau tiri?"
Aku ragu menjawab pertanyaan-pertanyaan itu. Aku berpikir apa benar jika aku anak angkat.
Waktu menunjukkan Pukul 12.00 WIB dan bel berbunyi yang menandakan jam pelajaran telah selesai.
Semua murid-murid berhamburan keluar kelas. Mereka telah dijemput oleh orang tuanya masing-masing.
Lili menoleh ke kanan dan kiri tetapi tidak ditemukannya sosok orang tuanya. Jadi, ia memutuskan untuk menunggu sebentar mungkin ibunya lupa untuk menjemputnya di sekolah. Tetapi setelah sekian lama menunggu ibunya tidak kunjung datang. Akhirnya Lili pulang dengan berjalan kaki sesampainya di depan pintu rumah ia mengucapkan salam dan bertanya kepada ibunya "Kenapa tidak menjemput ku, Ibu?".
"Ibu lagi kerja." jawab Ibu.
"Tadi belajar apa di sekolah?" tanya ibu kepada Lili sambil membuka tas lalu melihat bukunya.
"Kenapa dapat nilai enam puluh?" tanya Ibu Susan lagi.
Lili terdiam sesaat, matanya berkaca-kaca dan bibirnya mengerucut ingin menangis.
"Apa benar aku bukan anak ibu?" tanya Lili sambil menahan tangis.
"Siapa bilang kamu bukan anak ibu?" tanya Ibu Susan kaget.
"Kata Ahmad aku bukan anak mu, Bu." Lili menjawab sambil menangis sesenggukan.
"Ahmad dikasih tahu Tante Ratna, katanya aku anak angkat." tambah Lili.
"Sembarangan berbicara nanti ibu pasti marahi mereka. Tante kamu itu kurang ajar sekali." Kata Ibu marah.
"Sudah jangan menangis lagi, Sayang. Kamu itu putri kandung ayah dan ibu." Kata Ibu Susan mengelus rambut dan menenangkan putrinya yang terisak.
Lili mengusap air matanya berusaha percaya dengan kata-kata ibunya dan Ibu Susan menciumi anak satu-satunya itu penuh dengan rasa sayang.