Pada tahun 1950 di zman Edo Jepang, di sebuah kota bernama Tajimi yang terletak di prefektur Gifu, sebuah peperangan besar sedang berlangsung.
Ditengah peperangan terlihat seorang anak muda berumur 20-21 tahun sedang bertarung dengan gagah berani, ia adalah Riechan Takata.
Terlahir dengan bakat dan iq diatas rata-rata Riechan mampu memahami dan melakukan apapun dengan mengandalkan bakat dan otaknya.
Sebagai salah seorang bangsawan yang terlahir dari sebuah klan besar yaitu klan Takata yang terletak di kota Mino di prefektur Gifu, Riechan diberi gelar sebagai genius langka berkat kemampuannya.
Sehingga pada saat ia berumur 18 tahun dia diangkat sebagai komandan salah satu pasukan militer di kota Mino.
Dalam setiap peperangan yang ia pimpin mereka selalu mendapatkan hasil yang terbilang sangat memuaskan.
Hingga saat ini ia telah memenangkan 2 peperangan, yang pertama adalah peperangan yang terjadi di kota nya sendiri yaitu kota Mino.
perang tersebut terjadi karena adanya tindakan pemberontakan terhadap pemerintah prefektur Gifu, yaitu sekumpulan orang-orang yang mencoba menggulingkan tahta kepemerintahan.
Sebagai klan bangsawan, klannya jelas berada dipihak pemerintah sehingga, ia ditugaskan untuk menumpas para pemberontak.
Sedangkan perang yang ke-dua adalah masih terkait dengan para pemberontak kepemerintahan Gifu.
Saat itu ia ditugaskan untuk memimpin pasukan dalam misi untuk membantu pasukan militer kota Ogaki untuk memberantas para pemberontak.
Ogaki adalah salah satu kota yang juga berada di prefektur Gifu.
Dan sekarang adalah peperangan ke-tiganya, yang masih terkait dengan pemberontak di kota Tajimi.
Hari ini diperkirakan adalah hari dimana peperangan dikota Tajimi akan berakhir.
Seperti biasa berkat kemampuannya yang mencengangkan ia dan pasukan nya dengan mudah memukul mundur para pasukan pemberontak.
Sambil mengamati pertarungan disekitarnya ia mulai merasa jenuh dan memutuskan untuk segera mengakhiri peperangan tersebut.
Dengan pemikiran seperti itu ia segera bergegas mendekati komandan yang memimpin pasukan pemberontak untuk membunuhnya.
Dengan kemampuannya para pasukan yang mencoba menghentikannya satu persatu mati oleh pedangnya.
Dan akhirnya ia berhadapan langsung dengan komandan pasukan pemberontak tersebut.
Tanpa membuang waktu ia segera menerjang kearah komandan tersebut.
Setelah beradu pedang <= 10 menit akhirnya pedang komandan pemberontak terjatuh dari tangannya sedangkan pedang Riechan telah tertancap sedalam 5 cm di dada komandan pasukan pemberontak.
Sebelum membunuh komaandan tersebut Riechan mengajukan pertanyaan kepadanya "Huuff,,,sungguh tidak dapat dimengerti, apa yang kalian harapkan dari pemberontakan ini dengan kemampuan sperti ini ?" tanyanya sambil menghela nafas.
Diambang keputus asaan komandan tersebut terkekeh mengejek diri sendiri "hehe,,kalian tidak akan pernah mengerti perjuangan kami untuk melindungi hal-hal yang kami cintai" katanya.
Mendengar jawaban tersebut Riechan merasa terkejut sehingga sempat kehilangan kesadaran beberapa saat.
Ditengah hilangnya kesadarannya itu Riechan tidak sengaja menancapkan pedangnya lebih dalam sehingga mengenai tepat di jantung komandan pasukan pemberontak.
Terbangun dari keterkejutannya yang sesaat itu, Riechan hendak mengajukan pertanyaan lain "apa ? cinta ? apa yang kau maksud dengan cint-...?" saat mengajukakan pertanyaan itu ia menoleh kearah pedangnya yang telah menembus jantung komandan pasukan pemberontak yang menyebabkannya berhenti di tengah kalimatnya.
Setalah menyaksikan kecerobohannya akibat terkejut Riechan tidak bisa membantu tetapi mengutuk " Aaaahhh,, shit,, fuck...apa yang kau lakukan..??" katanya sambil menatap tangannya yang menggenggam pedang dengan tatapan frustasi .
Adapun pasukan yang dipimpinnya yang mengamati kejadian tersebut namun tidak mengetahui apa yang sedang dipikirkan Riechan tidak bisa membantu tapi bersorak
"Hidup komandan Riechan"
"Hidup komandan Riechan"
=
=====
Mendengar sorakan tersebut, Rasa frustasi yang dirasakan Riechan semakin besar namun ia tidak dapat melampiaskan rasa frustasinya kepada pasukannya.
Sehingga dia hanya bisa mengela nafas dan berkata "HHHUUUFFF,,, BAIKLAH, PEPERANGAN TELAH BERAKHIR DAN KEMENANGAN DITNGAN KITA SEKARANG, SIAPAPUN YANG MASIH MEMPUNYAI TENAGA LEBIH BANTULAH REKAN-REKAN KITA YANG TERLUKA DAN KEMBALI KE KAMP !!!" katanya dengan suara nyaring bercampur sedikit nada jengkel.
Menyadari ada yang aneh dari ekspresi dan nada bicara Riechan para pasukan yang bermaksud memuji Riechan dengan sorakan membatalkan niat meraka.
Mereka hanya menjawab
"BAIK KOMANDAN"
secara serempak dan bergegas membantu rekan mereka yang terluka untuk kembali ke kamp.
Mnyaksikan sikap pengertian dari pasukannya, rasa frustasi yang di rasakan Riechan mulai berkurang namun kegundahan dalam hatinya mengenai kata "cinta" semakin membesar.
Dalam perjalanan kembali ke kamp, Riechan terus memikirkan apa itu yang dimaksud dengan cinta namun ia tidak dapat menemukan logika yang tepat untuk mendefinisikannya.
Di kamp peristirahatan, disalah satu tenda Riechan sedang beristirahat dan melamun memikirkan dan mencari tahu arti dari kata cinta dengan pengetahuannya yang luas.
<2 jam kemudian disaat ia masih beristirahat dan tenggelam dalam lamunannya ia di kagetkan dengan panggilan yang cukup keras dari luar tendanya, namun hal itu tidak membuatnya marah.
Dengan iq diatas rata-rata Riechan selalu dapat mengendalikan emosinya dengan pemikiran rasionalnya.
Mendengar panggilan tersebut Riechan yang pemikirannya dalam suasana gunda, mencoba sebaik mungkin untung menenangkan kegundahannya lalu ia bangkit dan duduk bersila.
Setelah kegundahannya mulai meredah ia menjawab panggilan tersebut "egh-egh,,masuklah" katanya dengan suara dalam setelah membenahi suaranya.
Di luar tenda Riechan, seorang prajurit dengan wajah agak kemerahan yang entah telah berapa lama ia memanggil sambil berdiri di luar tenda, setelah mendengar perintah Riechan dari dalam tenda ia tidak bisa membantu tetapi menghela nafas kemudian menjawab "Hhuuff,,baik komandan" katanya dengan suara sedikit serak.
setelah menjawab perintah dari Riechan, dengan hati-hati prajurit tersebut memasuki tenda Riechan secara perlahan karena takut menyinggung perasaan Riechan meskipun dia sendiri meresa terdzalimi.
Setelah meliahat tingkah dan raut wajah prajurit yang baru saja memasuki tendanya, Riechan sebisa mungkin mencoba menahan gejolak tawa dari hasil pengamatannya terhadap tindakan prajurit tersebut.
Dalam waktu singkat Riechan mampu mengendalikan emosinya dengan wajah tegas disertai senyum bermakna ia bertanya "ada perlu apa ?" tnanyanya.
Melihat ekspresi Riechan, prajurit tersebut tidak bisa membantu tetapi mengutuk dalam hati.
Namun dia tetap menjawab dengan suara yang jelas "LAPOR KOMANDAN ! BARU SAJA SEORNAG PENGIRIM PESAN MILITER DARI MINO MEMBAWA LAPORAN BAHWA SAAT INI PEPERANGAN SEDANG BERLANGSUNG DI KOTA MINO, DIDUGA PASUKAN YANG MENYERANG KOTA MINO ADALAH PASUKAN UTAMA DARI KELOMPOK PEMBERONTAKAN" katanya dengan senyum malu-malu.
Mendengar kabar tersebut Riechan tetap tenang, sambil mengelus dagunya ia bergumam "hmmm,,seperti yang ku duga tujuan mereka melakukan penyerangan di kota Tajimi dan Ogaki hanyalah upayah mereka untuk membagi kekuatan tempur pusat pemerintahan prefektur Gifu yang berada di kota Mino" katanya dengan volume suara yang cukup jelas.
Setelah jedah singkat dari gumamannya, Riechan segera bangkit dari duduknya dan memerintahkan sang prajurit "Segera Siapkan Kuda Dan Beritahukan Kepada Seluruh Pasukan : Siapapun Yang Masih Bisa Bertarung Segera Bersiap ! Dalam 15 Menit Kedepan Kita Akan Segera Bergegas Ke Kota Mino Untuk Membantu Pertahanan Pemerintahan" katanya masih dengan nada santai namun tegas.
Tanpa membuang waktu prajurit tersebut segera menjawab "SIAP LAKSANAKAN KOMANDAN !!" jawab prajurit tersebut dengan nada yang tegas pula.
Dengan lambaian tangan Riechan, sang prajurit segera bergegas keluar dari tenda Riechan untuk melaksanakan perintahnya.
Menyaksikan sang prajurit yang telah keluar dari tendanya, Riechan pun segera melakukan persiapan untuk berangkat ke kota Mino.
Setelah menyelesaikan persiapannya Riechan menulis sebuah surat dan memberikannya kepada prajurit pengantar surat yang telah membawa surat dari pasukan militer kota Mino sebelum nya.
Surat tersebut berisi :
"Jika kalian berada dalam kondisi yang tidak menguntungkan bertahanlah selama mungkin.
Untuk urusan membalikan keadaan serahkan saja kepadaku dan pasukanku.
NOTE : SELALU PERHATIKAN DETAIL SEKECIL APAPUN PADA PASUKAN PEMBERONTAK"
15 menit kemudian setelah selesai melakukan persiapan mereka, Riechan selaku komandan pasukan segera memimpin pasukan menuju kota Mino dengan jumlah pasukan yang cukup banyak yaitu sekitar 900-1000 orang.
Setelah perjalanan selama <=8 jam termasuk waktu istrirahat mereka dengan menggunakan kuda, akhirnya mereka sampai di depan gerbang kota Mino.
Walaupun hasilnya telah diperkirakan oleh Riechan dia masih saja terkejut dengan apa yang dilihatnya.
Banyaknya mayat yang tergeletak ditanah yaitu mayat dari pasukan kedua belah pihak serta bangunan-bangunan yang telah porak poranda, dengan sekilas pengamatan ia dapat mengetahui bahwa pasukan pemberontak berada diatas angin saat ini.
Setelah mengamati sekeliling beberap kali lagi, tanpa menbuang waktu lagi Riechan segera memberi arahan kepada pasukannya "MENARIK,,,SEGERA BENTUK FORMASI TEMPUR BERKELOMPOK KEMUDIAN BERPENCAR KESELURUH DISTRIK KOTA MINO UNTUK MENSTERILKAN KOTA DARI PARA PEMBERONTAK, DAN UNTUK SETIAP PASUKAN YANG KALIAN JATUHKAN TANGGALKAN DAN BAWA PAKAIAN MEREKA. SETELAH ITU SEGERA BERGABUNG DIPUSAT KOTA. INGAT!!! SELALU BERGERAK BERSAMA DAN BERUPAYAH SEBISA MUNGKIN UNTUK MINIMALKAN KORBAN DARI PIHAK KITA DAN BERTARUNGLAH DENGAN SELURUH KEMAMPUAN KALIAN KARENA NYAWAMU DAN NYAWA REKANMU BERADA DITANGANMU MASING-MASING." katanya dengan suara yang keras dan penuh semangat.
"LAKSANAKAN KOMANDAN !!!"
jawab pasukan secara serempak dan penuh semangat pula dan segera membentuk kelompok secara profesional.
Setelah mendengar jawaban dari pasukannya tanpa membuang waktu Riechan segera memerintahkan
"MULAI BERGERAK" katanya.
Menyelasaikan perintahnya, Riechan segera memacu kudanya menuju pusat kota dengan kecepatan penuh di ikuti oleh pasukan yang satu kelompok dengannya.
Adapun pasukan lain berpencar kemasing-masing distrik kota Mino sesuai arahan dari Riechan.
Dengan strategi dan arahan yang diberikan Riechan, Riechan serta pasukannya berhasil mengamankan seluruh distrik di kota Mino.
Adapun pemberontak yang mereka temui, berhasil mereka kalahkan dengan serangan mendadak yang membuat para pasukan pemberontak tidak dapat menyiapkan formasi pertahanan mereka.
Dalam selang waktu <=1 jam setelah memastikan keamanan dari setiap distrik mereka segera bergabung di pusat kota Mino.
Disaat mereka berjarak 400-500 meter dari pusat kota, mereka dikejutkan oleh jumlah pasukan pemberontak yang jumlah nya hampir 3× lebih banyak dari pasukan pemerintahan yang saat ini sedang disudutkan yang membuat Riechan dan pasukannya terpaksa berhenti di jalur mereka untuk mengamati situasi di medan perang dan memikirkan cara untuk membantu pasukan pemerintahan.
Adapun dengan datangnya Riechan serta pasukannya hanya mampu mengimbangi 1/5 dari jumlah pasukan pemberontak.
Setelah mengamati situasi dengan cermat, Riechan segera memberikan sebuah ultimatum yang bersifat serangan psikolog untuk membangkitkan kembali semangat juang pasukannya "Hmm,,,seperti yang kalian lihat, situasi saat ini sangat tidak menguntungkan kita.
Bagi siapapun yang tidak berani berperang aku sebagai komandan kalian tidak akan menghentikan kalian jika ingin mengundurkan diri dari perang ini karena saya tidak dapat menjamin kemenangan kita.
Namun, bagi kalian yang ingin berjuang dan masih berani berperang ikutlah denganku untuk mempertahankan kota Mino sebagai tempat kita dilahirkan dan berkembang sampai saat ini.
Sebagai komandan dan rekan bertarung kalian aku berjanji akan mngerahkan segala upayahku agar kita dapat membalikan keadaan " katanya dengan suara dalam dan tegas.
Seperti yang diharapkan, setelah mendengar ultimatum singkat namun mengharukan itu para pasukan yang tadinya mulai merasa frustasi, perlahan tapi pasti semangat juang mereka mereka mulai meningkat lagi.
Melihat pasukannya yang hendak bersorak, Riechan mengulangi ultimatumnya sekali lagi untuk membakar semangat juang mereka yang mulai membara "Saya ulang sekali lagi !!
Bagi siapapun yang tidak berani berperang aku sebagai komandan kalian tidak akan menghentikan kalian jika ingin mengundurkan diri dari perang ini karena saya tidak dapat menjamin kemenangan kita.
Namun, bagi kalian yang ingin berjuang dan masih berani berperang ikutlah denganku untuk mempertahankan kota Mino sebagai tempat kita dilahirkan dan berkembang sampai saat ini.
Sebagai komandan dan rekan bertarung kalian aku berjanji akan mengerahkan segala upayahku agar kita dapat membalikan keadaan" katanya dengan nada yang lebih tegas dari sebelumnya.
Setelah mendengar ultimatum dari Riechan untuk kedua kalinya, akhirnya semangat juang para pasukan itu kembali berkobar dan mereka tidak bisa membantu tetapi bersorak
"DEMI TANAH AIR KITA"
"DEMI TANAH AIR KITA"
=
=
Menyaksikan semangat juang pasukannya yang telah kembali berkobar, Riechan merasa sangat puas.
Namun karena takut posisi mereka diketahui oleh musuh, Riechan segera memberi isyarat pada pasukannya untuk menghentikan sorakan mereka dengan melambaikan tangannya.
Mereka yang melihat dan memahami isyarat dari Riechan segera menghentikan sorakan mereka dan memberi tahu kepada teman mereka yang masih bersorak agar segera menghentikan sorakan mereka.
Untungnya jarak mereka dari medan perang cukup jauh, sehingga pasukan pemberontak serta pasukan pemerintah yang sedang fokus bertarung tidak mendengar atau mungkin tidak menghiraukan mereka.
Setelah sorakan dari pasukannya berhenti sepenuhnya, Riechan segera memberikan arahan kepada mereka "baiklah,,sekarang bentuklah 2 kelompok.
2/3 dari kalian, ganti pakaian kalian dengan pakaian yang telah kalian ambil dari pasukan pemberontak yang kalian kalahkan tadi untuk menyamar sebagai pasukan pemberontak dan berbaur dengan mereka dan kemudian menghancurkan pertahanan mereka dari dalam.
Sedangkan sisanya akan ikut bersamaku untuk mengalihkan perhatian pasukan pemberontak agar memudahkan rekan kita yang telah menyamar agar dapat berbaur dengan pasukan pemberontak dengan aman."
katanya.
Mendengar arahan yang telah terencana dari Riechan, para pasukan yang di pimpin olehnya tidak bisa membantu tetapi merasakan kekaguman yang besar terhadap Riechan.
Namun mereka hanya memendamnya dalam hati mengingat kondisi mereka saat ini yang sedang dalam suasana genting.
Sehingga mereka hanya bisa menjawab secara serempak
"LAKSANAKAN KOMANDAN"
namun jawaban mereka masih mengandung nada kekaguman.
Melihat tingkah pasukannya, Riechan hanya terkekeh dalam hati dan segera memerintahkan kepada mereka "Segera bersiap diposisi masing-masing, dalam 10 menit ke depan kita akan segera melakukan operasi, dan ingat bagi yang bertugas sebagai penyamar mulailah bergerak setelah perhatian musuh telah beralih ke kelompok kami" katanya dengan nada tegas sambil tersenyum penuh arti.
Setelah mendengar perintah dan melihat senyum penuh arti Riechan, para pasukannya hanya menjawab secara serempak
"BAIK KOMANDAN"
jawab mereka sambil tersenyum malu.
Setelah menjawab perintah tersebut, dengan profesional para pasukan Riechan segera melaksanakan tugas mereka masing-masing.
10 menit kemudian Riechan serta pasukannya telah berada diposisi masing-masing bersiap melakukan operasi sesuai rencana.
Setelah mengamati formasi pertahanan pasukan pemberontak, Riechan serta pasukan kelompoknya segera melancarkan serangan mendadak pada sisi terlemah dari formasi pertahanan musuh.
pasukan pemberontak yang dikejutkan oleh serangan mendadak dan ganas dari kelompok Riechan tidak dapat menahan serangan tersebut.
Hal ini dikarenakan fokus mereka sedang berada pada pertahanan melawan pasukan pemerintahan.
Keterkejutan tersebut membuat formasi pertahanan pasukan pemberontak goyah dan perhatian mereka teralihkan ke kelompok Riechan.
Berkat jumlah yang lebih banyak, pasukan pemberontakan dengan cepat menepis serangan dari kelompok Riechan dan menstabilkan kembali formasi pertahanan mereka.
Namun dalam waktu singkat tersebut kelompok pasukan penyamar Riechan telah berhasil berbaur dengan pasukan pemberontak dan memulai serangan dari dalam formasi.
Setelah ditepis oleh pasukan pemberontak, Riechan segera menuntun kelompoknya untuk mundur perlahan dan menunggu kesempatan yang diberikan kelompok penyamar untuk melancarkan serangan berikutnya.
Disisi lain, komandan pasukan pemerintahan yang melihat keanehan yang terjadi pada formasi pasukan pemberontakan, teringat dengan pesan yang dikirim Riechan kepadanya dan di bacanya 1 jam yang lalu.
Setelah mengamati dengan cermat apa yang sedang terjadi, tanpa membuang waktu komandan pemerintahan segera memberi perintah kapada pasukannya
"BALA BANTUAN TELAH TIBA SEGERA LANCARKAN SERANGAN PENUH DAN INGAT SELALU AMATI DETAIL SEKECIL APAPUN DARI MUSUHMU"
perintahnya dengan suara nyaring dan jelas.
Setelah memberi perintah, tanpa menuggu jawaban dari pasukannya, komandan pasukan pemerintahan segera melakukan serangan penghabisan.
Menyaksikan komandan mereka yang telah menyerang dengan kekuatan penuh, para pasukan pemerintahan segera mengikuti tindakannya sekaligus fokus mengamati musuh mereka dan pertempuran sengit pun dimulai.
20 menit kemudian, meskipun dengan jumlah yang lebih sedikit berkat taktik dan siasat dari Riechan kedua belah pihak yang jumlah perbandingan awalnya 1:3 menjadi 1:2.
Dan pasukan pemberontakan terus di porak porandakan baik dari dalam formasi maupun dari luar formasi.
Dari situasi tersebut jelas terlihat bahwa pasukan pemerintahan yang di bantu Riechan dan pasukannya telah berada diatas angin.
Mengamati hasil dari peperangan yang sedang berlangsung Riechan tiba-tiba teringat oleh sosok komandan pasukan pemberontak yang ia bunuh saat di kota Tajimi.
Mengingat kembali dengan kalimat terakhir komandan tesebut, tiba-tiba sejumlah pertanyaan muncul di benaknya "apa yang sedang kulakukan ? , untuk apa aku bertarung ?, apakah aku mencintai kota Mino ?" dengan pertanyaan-pertanyan yang muncul di benaknya itu Riechan perlahan kehilangan fokus pada pertempuran.
Bertarung sambil menganalisis pertanyaan-pertanyaan yang muncul di benaknya itu, Riechan tiba-tiba mendapat pencerahan "Jika aku yang tidak ingin kota Mino di rebut oleh orang lain di katakan sebagai cinta, maka cinta berarti : Hal yang akan terus diperjuangkan disaat kita telah mendapatkanny-...".
Sebelum menyelesaikan kesimpulan dari pencerahan yang dialaminya, Riechan tiba-tiba dibangunkan dari lamunannya oleh rasa sakit yang sangat menyakitkan di dadanya.
Melihat kearah dadanya yang merasakan sakit tersebut, Riechan mendapati sebuah pedang yang telah menembus dadanya tepat di bagian jantungnya berada.
Beberapa saat setelah menyadari apa yang terjadi, Riechan akhirnya terjatuh.
Disaat-saat terakhir sebelum kesadarannya hilang sepenuhnya, Riechan bersumpah dalam hatinya
"Tuhan jika aku terlahir kembali, aku bersumpah akan menemukan arti cinta dan mempublikasikannya agar kejadian yang kualami cukup aku saja yang mengalaminya".
Dan kehilangan kesadarannya.