50 tahun kemudian pada tahun 2000 era Globalisasi yaitu tepat hari dimana Riechan gugur dalam peperangan, di kota Mino prefektur Gifu di wilayah kawasan klan Takata, di salah satu rumah petinggi klan dalam dalam sebuah ruangan terdapat seorang wanita berusia 34-35 tahun yang dibantu oleh tabib atau bidan pribadi klan, tengah dalam proses melahirkan.
Proses tersebut berlangsung cukup lancar, sehingga dalam waktu 15 menit kemudian proses melahirkan tersebutpun berakhir dengan baik.
Namun terdapat sedikit keanehan dari akhir proses tersebut.
Yaitu sang bayi yang baru saja dilahirkan entah kenapa tidak mengeluarkan tangisan seperti bayi yang dilahirkan pada umumnya dan hanya mengeluarkan suara tidak jelas dari mulut kecilnya dan bergerak tidak jelas.
Meskipun terkejut dengan hal itu, sang bidan tetap bekerja secara profesional dan mulai memeriksa kondisi serta membersihkan sang bayi.
Tanpa seorangpun yang mengetahui jiwa didalam bayi tersebut adalah jiwa Riechan takata yang berinkarnasi stelah kematiannya 50 tahun silam di zaman Edo.
Entah takdir atau kebetulan ia terlahir kembali sebagai anggota klan takata.
Mungkin karena kasihan, sumpah Riechan sebelum kematiannya diwujudkan oleh tuhan.
Riechan yang tidak mengetahui apa yang sedang terjadi, dalam kesadarannya ia mengira ia selamat dari maut.
Namun saat ia membuka matanya dan mencoba bangkit, ia mendapati ia tidak dapat melihat dengan jelas dan kesusahan untuk menggerakkan tubuhnya serta pendengarannya pun tidak jelas.
Mengalami keanehan tersebut Riechan tatap tenang dan berpikir "Mungkin ia mengalami kelumpuhan sementara akibat hampir matinya ia dan tidak sadarkan diri dalam waktu yang cukup lama".
Setelah mencoba sebaik mungkin untuk memperbaiki penglihatannya dan mencoba untuk bangkit, hasil yang ia dapatkan dari upayahnya tetap sama seperti sebelumnya.
Menyerah melakukan hal tersebut, Riechan mencoba untuk berbicara namun yang ia temukan adalah ia tidak dapat dengan leluasa menggerakkan mulutnya, dan hanya mengeluarkan suara yang tidak jelas.
Seperti tindakannya sebelumnya ia juga berkali-kali mencoba untuk berbicara namun hasilnya juga sama.
Riechan yang awalnya tenang setelah mengalami hal tersebut, mulai merasa resah yang menimbulkan berbagai kontradiksi muncul dalam pikirannya "apa mungkin aku lumpuh permanen ? tidak-tidak, itu tidak mungkin karena organ tubuhku yang terluka hanyalah jantungku.
Atau munkinkah aku kehabisan darah dan organ-organ tubuh ku yang lain juga tidak bekerja dengan baik ? tidak-tidak, itu paling tidak mungkin karena jika aku kehabisan darah maka aku pasti telah mati.
Lalu apa yang sebenarnya terjadi padaku ?"
Menolak semua gagasan tidak masuk akal dari spekulasinya itu, Riechan mencoba sebaik mungkin menenangkan pikirannya dan berpikir dengan secara rasional lagi dan mulai menghubungkan gejala-gejala yang dalami tubuhnya menggunakan logika.
Beberapa menit kemudian, berkat pengetahuannya yang luas Riechan tiba-tiba tersadar akan realisasi.
Mencoba memastikan kebenaran dari spekulasi dari pemikirannya yang rasional kali ini, Riechan berusaha sebaik mungkin mencoba menggerakkan kedua tangannya untuk memeriksa kondisi tubuhnya.
Meskipun indera perabanya saat ini juga belum berfungsi dengan baik ia masih dapat memperkirakan ukuran dari setiap bagian tubuh yang disentuhnya.
Setelah mengulangi tindakan tersebut beberapa kali lagi iapun yakin 100% dengan kebenaran spekulasinya.
Setelah memahami apa yang sedang terjadi, Riechan tidak bisa membantu tetapi terkejut dan takjub dengan kenyataan yang ia alami.
Sehingga ia meneriakkan kata "WOWWW" dan berkata dalam hati sambil menghela nafas lega "Huuff,, sepertinya tuhan sangat menyayangiku dan mewujudkan sumpahku, meskipun aku terlahir dari bayi lagi" katanya dengan pikiran positif.
Saat memeriksa dan mengamati gerak-gerik aneh dari Riechan, sang bidan tiba-tiba dikagetkan oleh terikan Riechan yang mencoba meneriakkan kata "woww" namun tidak jelas.
Terkejut, sang bidan hampir balas berteriak meminta ampun karena mengira ia telah dengan tidak sengaja menyakiti Riechan.
Namun setelah teriakan singkat itu, Riechan tidak menunjukkan reaksi kesakitan sedikitpun dan yang lebih aneh dia malah tersenyum dan sebagai bayi yang baru lahir senyum yang ditunjukan Riechan terlihat seperti senyum yang dipaksakan seakan-akan ia sedang mengerjai sang bidan.
Melihat hal tersebut sang bidan merasa sedikit kesal bercampur gemas karena ia menganggap tindakan Riechan nakal dan lucu.
Setelah membersihkan dan memeriksa jenis kelamin Riechan yang baru dilahirkan itu, sang bidan menggendong Riechan kesisi ibunya dan berkata sambil tersenyum ramah "selamat nyonya ! persalinan telah berhasil dengan baik dan anak nyonya terlahir sehat berjenis kelamin laki-laki" katanya sambil membaringkan Riechan disebelah ibunya.
Mengamati Riechan yang berbaring tenang disampingnya, sang ibu awalnya bingung melihat ketenangan Riechan.
Namun setelah mendengar penjelasan dari sang bidan yang mengatakan bahwa Riechan "terlahir sehat" iapun merasa sedikit lega.
Sehingga sang ibu bertanya "sehat ? apakah anda yakin sus ?" tanyanya dengan suara lemah kepada sang bidan.
Mendengar sang ibu yang kurang yakin, sang bidan segera mengeluarkan beberapa lembaran hasil pemeriksaan kesehatan Riechan dan memberikannya kepada sang ibu sambil menjawab "Iya nyonya saya yakin 100% .
Awalnya saya juga mengira ada yang salah saat melihat ketenangan bayi anda, namun setelah pemeriksaan berulang kali hasilnya tetap sama seperti lembaran yang berada di tangan anda sekarang" katanya sambil tersenyum malu.
Memeriksa setiap lembaran yang berada di tangannya berulang kali, akhirnya sang ibu merasa yakin dengan kondisi Riechan dan kekhawatirannya pun hilang sepenuhnya.
Diluar kamar persalinan di kursi tunggu, terdapat 3 orang yang berusia masing-masing dari yang tertua yaitu 84-85 tahun, 34-35 tahun, dan yang termuda berusia 4-5 tahun.
Mereka adalah Kakek, ayah, dan kakak perempuan dari Riechan.
Kakeknya bernama Ojiisan Takata yang adalah pemimpin klan saat ini.
Ia adalah satu-satunya anggota klan takata yang masih hidup dari zaman Edo tepatnya ia lahir 1 tahun setelah Riechan gugur di peperangan.
Oleh karena itu ia sangat disegani dan di takuti oleh seluruh anggota klan.
Sehingga jika ia membuat keputusan ataupun perintah tidak ada yang berani membantah maupun menolaknya.
Sebagai anggota klan yang hidup dari zaman Edo, ia jelas mengenal bahkan mengagumi Riechan.
Walaupun tidak pernah bertemu, kisah kepahlawanan Riechan meskipun kehilangan nyawanya ia tetap dianggap sebagai pahlawan.
Karena berkat ia dan pasukan yang dipimpin olehnya 50 tahun yang lalu pasukan utama kelompok pemberontak berhasil dikalahkan.
Terutama hal tersebut berkat taktik dan siasat yang disusun oleh Riechan.
Sehingga pada masa itu banyak prajurit muda yang mengidolakannya, namun ketenaran nya tidak berlangsung lama.
Karena banyaknya muncul pahlawan-pahlawan baru.
Namun bagi Ojiisan, sebagai sesama anggota klan Takata ia selalu mengingat dan mengidolakannya hingga saat ini.
Ayah Riechan yang sekarang bernama Otoosan Takata sedangkan ayah di kehidupan sebelumnya bernama Ichiotoosan Takata.
Ia adalah salah satu anak Ojiisan dan merupakan yang termuda dari 4 bersaudara.
Kakak pertamanya juga seorang laki-laki, sedangkan kakak ke-dua dan ke-tiga nya perempuan.
Berkat didikan yang baik dari Ojiisan, ia dan saudara/i nya selalu hidup rukun sampai saat ini.
Ibunya yang baru saja melahirkannya bernama Okasan Sakai sedangkan ibunya di kehidupan sebelumnya bernama Ichokasan Takata.
Pada zaman Edo klan besar seperti klan Takata, cenderung menikahkan keturunan mereka dengan keturunan di sesama klan mereka sendiri.
Karena di Zaman Edo mereka meyakini bahwa hasil dari pernikahan seperti itu akan menghasilkan keturunan murni yang berbakat dalam seni bela diri seperti Riechan.
Sedangkan di zaman Galobalisasi saat ini klan-klan besar sering menikahkan keturunan mereka dengan klan besar lainya untuk menciptakan peluang usaha mereka diperbesar.
Klan Sakai sendiri adalah salah satu klan besar yang juga telah ada sejak zaman Edo.
Hanya saja klan Sakai terletak di kota Mikasa prefektur Hokkaido.
Dan kakak perempuannya bernama Oneesan Takata.
Ia adalah saudara kandung Riechan atau anak pertama dari Otoosan dan Okasan.
Sudah >=30 menit berlalu sejak dimulainya persalinan yang dilakukan Okasan, namun mereka belum juga mendapat panggilan dari bidan atau belum mendengar tangisan bayi yang baru lahir.
Hal ini membuat Ojiisan dan Otoosan menjadi khawatir.
Adapun Oneesan yang baru berumur 4-5 tahun tidak terlalu memikirkan itu, ia hanya dengan antusias menantikan untuk memiliki seorang adik.
10 menit lagi berlalu, disaat Ojiisan dan Otoosan telah berada diambang kesabaran mereka dan hendak mengetuk pintu ruang persalinan, tiba-tiba pintu ruang persalinan terbuka diikuti oleh sang bidan pribadi yang membantu proses persalinan.
Melihat sang bidan yang baru saja membuka pintu, Ojiisan dan Otoosan segera bertanya pada saat bersamaan "BAGAIMNA KONDISINYA SUS" tanya mereka serempak dengan wajah khawatir.
Melihat kekhawatiran dan ketidak sabaran mereka, sang bidan hanya dapat menjawab dengan nada minta maaf sambil tersenyum malu "maaf membuat kalian menunggu Tuan besar, Tuan, Nyonya muda.
Persalinan telah berakhir sejak 20 menit yang lalu, dan anak yang dilahirkan nyonya beserta Nyonya sendiri baik-baik saja.
Hanya saja tadi ada beberapa keanehan yang terjadi sehingga butuh waktu 20 menit lagi untuk memeriksanya" katanya kepada mereka.
Mendengar penjelasan ambigu dari sang bidang membuat kekhawatiran mereka berubah menjadi kebingungan.
Melihat kebingungan di wajah mereka setelah mendengarkan penjelasannya, sang bidan merasa lucu dan mencoba sebaik mungkin agar tidak tertawa.
Setelah itu, agar tidak menambah kebingungan mereka sang bidan segera berkata lagi "untuk lebih jelasnya Tuan besar, Tuan, dan Nyonya muda boleh masuk dan melihatnya sendiri" katanya sambil dipersilahkan dengan sopan.
Setelah dipersilahkan masuk oleh sang bidan, mereka segera memasuki ruangan dengan terburu-buru karena tidak sanggup lagi menahan kebingungan mereka.
Sesampainya mereka didepan tempat tidur persalinan, mereka melihat Okasan yang tengah membelai-belai Riechan dengan dengan lembut dan penuh senyuman terpampang di wajah Okasan adapun Riechan tetap tenang seakan sedang menikmati belaian tersebut.
Melihat hal itu membuat mereka membuat Ojiisan dan Otoosan merasa lega, namun bingung saat melihat tingkah Riechan yang sangat tenang.
Adapun Oneesan yang telah sangat antusias menunggu untuk memiliki seorang adik segera berlari kesisi Riechan, setelah mengamati Riechan selama beberapa saat lalu iapun ikut membelai-belai Riechan seperti yang dilakukan ibunya sambil bertanya dengan antusias "ibu-ibu, apakah ini adikku ?"
tanyanya.
Mendengar pertanyaan Oneesan, Okasan tidak menjawab dan malah bertanya bercanda "menurutmu ?" tanyanya.
Menyaksikan ibunya yang tidak langsung menjawab pertanyaannya dan malah balik bertanya, Oneesan merasa agak kesal namun tetap menjawab "menurutku sih, dia adikku" katanya sambil tersenyum manis.
Melihat tingkah manis anaknya, Okasan bertanya lagi "mengapa kau berpikir dia adikmu ? " tanyanya.
Kesal karena pertanyaannya belum juga di jawab, tanpa pikir panjang Onesan segera menjawab pertanyaan Ibunya "karena dia sangat ganteng" jawabnya dan semakin bersikap manis.
Belum mau menjawab pertanyaan anaknya, Okasan bertanya lagi "hehe,,Bagaimana kau tahu kalau dia laki-laki ?" tanyanya smbil tertawa lemah.
Menyadari ia telah di permainkan oleh ibunya, Oneesan juga semakin bertingkah lagi sambil menjawab dengan bangga "ckckck,, hehe bu jangan pernah remehkan pengamatan seorang gadis" katanya sambil mengangkat dagu dan menopang kedua tangannya di depan dadanya.
Melihat anaknya yang semakin bertingkah, Okasan akhirnya tertawa terlepas dari dirinya sendiri dengan tawa lemah sebelum berkata "Baiklah kamu yang menang, ia adalah adikmu dan benar ia laki-laki" jawabnya.
Setelah pertanyaannya terjawab Oneesan berkata sambil terkikik bangga "hehehe,,aku memang hebat dari awal aku sebenarnya sudah tau.
Ibu apa boleh menggendongnya ?" pintanya dengan tatapan penuh harap.
Disisi lain, Ojiisan dan Otoosan yang dari tadi mengamati seorang anak dan ibu yang sedang bercanda, tidak lagi menghiraukan sikap tenang yang aneh dari Riechan karena merasa terhibur oleh tingkah ibu dan anak itu.
Namun setelah mendengar permintaan Oneesan yang ingin menggendong Riechan, mereka segera tersadar bahwa mereka baru saja memiliki seorang cucu/anak yang baru saja dilahirkan.
Sebelum Okasan menjawab pertanyaan dari anaknya, Otoosan segera angkat bicara "Eh-eh-eh,, kamu pikir ayah akan membiarkanmu menggendongnya sebelum ayah ? dan kalau kau menjatuhkan nya bagaimana ? apa kamu siap menerima kemerahan ayah ? sini biar ayah yang menggendongnya " tegurnya sambil bercanda.
Namun saat Otoosan hendak pergi kesisi Riechan untuk menggendongnya, tiba-tiba ia menghentikan langkahnya saat mendengar Ojiisan berkata "uhuk-uhuk,, hehe, Otoosan apa kamu berani mendahulukan ayahmu ? Dan kamu Oneesan benar apa kata ayahmu saat ini kamu belum mampu untuk menggendong Riechan.
Jadi kali ini biar kakek saja yang menggendongnya. " katanya bercanda.
Mendengar perkataan ayah dan kakeknya yang melarangnya untuk menggendong adiknya, Oneesan menjadi kesal lagi dan berkata dengan nada bercanda "CIHH,, ayah dan kakek sama saja tidak tahu malu.
Kalian diam saja ini adalah urusan perempuan" katanya sambil pura-pura meludah.
Melihat kakek, ayah, dan anak yang tengah bercanda memperebutkan untuk menggendong Riechan, Okasan hanya bisa tersenyum lemah dan mencoba menengahi "Ehem-Ehem,, Ayah, sayang, dan kakak juga untuk urusan gendongnya nanti saja yah, Si adik dibiarkan istirahat dulu" katanya dengan suara lemah.
Mendengar saran masuk akal dari Okasan mereka bertiga akhirnya mengalah, termasuk Oneesan yang biasanya bandel menjadi patuh setelah di panggil "kakak" oleh ibunya.
Sehingga mereka hanya bisa menjawab "hhhuuufff,, baiklah" mereka sambil mendesah.
Namun sebelum bubar Ojiisan tiba-tiba berkata menambahkan "Kali ini mengalah tapi soal urusan nama biar aku yang menamainya" katanya dengan nada tegas.
Mendengar perkataan dan nada tegas yang tiba-tiba diungkapkan oleh Ojiisan, Otoosan dan Okasan tahu bawa keputusan tersebut sudah ditetapkan dan tidak boleh dibantah sehingga mereka diam saja yang berarti mengiyakannya.
Adapun Oneesan yang masih anak-anak yang suka bercanda segera menjawab "hmmm,, boleh saja asalkan nama yang bagus.
Emangnya kakek mau memberi nama apa ke adikku ?"tanyanya.
Sambil mengelus janggut putihnya, Ojiisan sambil tersenyum misterius menjawab "hehehe tenang saja aku yakin kalian akan suaka.
Karena nama yang akan aku berikan adalah,,,,,, RI-E-CHAN Takata" katanya secara perlahan.
Otoosan serta Okasan yang mempunyai pengetahuan yang cukup luas soal sejarah klan Takata, awalnya terkejut kemudian di ikuti rasa senang di hati mereka karena anak mereka telah menerima berkah berupa nama yang baik dari kakeknya.
Adapun Oneesan setelah menyebutkan nama Riechan beberapa kali dalam benaknya segera menyukai nama tersebut dan berkata "HOHOHO,,,WOWWW,, kakek memang hebat !! keren-keren, mantap aku juga suka nama itu.
Sekarang adikku akan bernama Riechan Takata" katanya sambil bertepuk tangan dan sukaria.
Setelah memberi dan menyetujui nama dari Riechan, mereka secara bergantian mencium Riechan, lalu meninggalkan kamar agar Riechan dan ibunya dapat beristirahat.