"Ayah! Coba lihat apa yang kubawa pulang!" Alicia berlari menuju garasi Ayahnya dengan 2 lembar kertas dan sebuah amplop.
"Apa kau lulus?"
"Lihat!" Alicia memberika amplop yang Ia bawa kepada Ayahnya.
"Siswa jalur undangan? Apa kau serius?" Tanyanya kepada anak semata wayangnya itu. Alicia mengangguk sebagai jawaban. "Ini luar biasa. Sekarang kau bisa belajar ditempat yang kau inginkan. Ayah bangga padamu." Setetes air mata jatuh ke wajahnya yang mulai keriput. Ia merangkul putrinya dengan erat hingga Alicia memberontak karena kesulitan bernafas.
"Aku butuh udara." Alicia melepaskan pelukan Ayahnya. "Aku akan berkemas untuk berangkat ke akademi."
"Kapan berangkatnya? Apa perlu Ayah antarkan?"
"Tidak usah. Besok aku akan berangkat dengan Shopie."
"Oh Shopie, semoga dia tidak kerepotan karena kehadiranmu." Ledek lelaki itu. "Kalian akan naik apa besok?"
"Shopie bilang kalau dia akan diantar oleh supir pribadinya."
"Tapi kenapa ini seperti buru-buru? Maksud Ayah, kau baru saja dinyatakan lulus hari ini, mengikuti ujian masuk hari ini dan besok sudah berangkat ke akademi. Apa ini tidak terlalu cepat?"
"Sebenarnya kegiatan belajarnya masih bulan depan, tapi aku dan Shopie harus mencari kamar dan kami tidak mengenal daerah akademi Ridge. Kota Ridgle itu luas, Yah. Kami harus berkeliling untuk menghapalnya."
"Oh begitu. Kalau begitu masuklah dan siapkan semua kebutuhanmu."
"Siap laksanakan!" Alicia segera berjalan masuk dan meninggalkan Ayahnya yang kembali ke dalam garasi.
***
Malam begitu sunyi dan hanya diterangi oleh lampu-lampu yang menggantung dilangit-langit rumah. Udara dingin membuat bara api terasa nyaman. Alicia mengaduk-aduk sesuatu dalam panci. Charmeleon yang berdiri disampingnya sibuk dengan berry dan mangkuk yang akan Ia gunakan untuk makan bersama Raticate.
Meja telah dipenuhi dengan makanan. Alicia dan Ayahnya duduk berhadapan dan menikmati kesunyian malam dengan makan malam keluarga.
"Oh ya, Ayah punya sesuatu untukmu." Lelaki itu mengeluarkan sebuah kotak kecil dengan ukiran yang sangat rapi. 2 ekor pokemon terlihat dibagian atasnya. "Ini untukmu. Simpanlah dengan baik dan gunakan saat kau sudah siap."
"Apa ini? Apa ini semacam warisan atau sesuatu yang serupa?" Alicia mengangkat kotak itu dan memperhatikannya dengan seksama.
"Kenapa kau tidak buka saja."
Alicia membuka kotak itu dan mendapati sebuah bola putih dengan spiral ganda ditengahnya. Ia mengeluarkan bola itu dari kotak dan mengangkatnya ke arah lampu. Bola itu memantulkan cahaya lampu dan membuat ruangan jadi lebih terang dari sebelumnya.
"Ini keystone. Dari mana Ayah mendapatkan ini?" Mata berbinar gadis itu berubah menjadi serius begitu bertanya kepada Ayahnya.
"Itu dari Ibumu. Hadiah dari Ayah masih ada di dalam kotak."
Alicia kembali mencari sesuatu dari dalam kotak dan menemukan sebuah gelang berwarna hitam di dalamnya. Ia melihat ada lubang pada sisi gelang itu.
"Masukkan keystone kedalam lubang itu." Perintah lelaki itu.
Alicia memasang keystone pada bagian gelang yang berlubang. Ukurannya pas. Setelah itu Alicia mengunci keystone dengan penutup lubang.
"Ayah membuatnya untukmu. Bagaimana? Apa kau menyukainya?"
"Aku sangat suka." Senyum Alicia terlukis begitu jelas pada wajahnya. "Oh ya, kapan Ibu memberikan keystone ini?"
"Sebelum Ibumu pergi menjalankan misinya dan Ayah menunggu waktu seperti ini untuk menyerahkannya padamu. Lagi pula butuh waktu yang cukup lama untuk membuat gelang itu tanpa ketahuan."
"Kenapa Ibu memberikan keystone ini padaku?" Tanya Alicia sembari memasang gelang itu dipergelangan tangan kanannya.
"Raticate milik Ayah dan Liepard milik Ibumu tidak bisa melakukan mega evolusi. Sementara Charmeleonmu kelak akan menjadi Charizard dan bisa melakukan mega evolusi. Jadi Ibumu pikir itu adalah barang yang sangat berguna untukmu." Lelaki itu membereskan piring kotor dari atas meja makan. "Ayah akan membersihkan ini semua. Sebaiknya kau persiapkan semua yang mau kau bawa besok. Setelah itu beristirahatlah."
"Siap laksanakan!" Alicia segera bergegas pergi ke kamarnya dan meninggalkan dapur yang berantakan kepada Ayahnya.
***
Udara sejuk dengan langitnya yang biru. Mentari bersinar terang, tetapi kabut tak ingin sinarnya membangunkan semua yang terlelap. Percakapan Pidove dengan Pidgey mengusik ketenangan Starly dan Taillow yang masih enggan membuka mata mereka. Lewatnya rombongan Fletching membuat keempat pokemon itu terbang meninggalkan dahan mereka.
Alicia sedang duduk menatap cermin dengan sisir yang terus Ia menyapu rambut hitamnya yang lurus. Pagi masih terlalu dingin, tapi dia telah selesai membasuh tubuhnya. Pakaiannya sudah rapi dan ada 2 koper besar yang menunggunya didepan pintu. Charmeleon yang mengenakan dasi kupu-kupu juga sudah siap didepan pintu. Namun gadis yang menjadi partnernya masih sibuk memilih ikat rambut.
"Alice! Shopie sudah datang! Cepatlah turun!" Teriak Ayahnya dengan suara beratnya yang khas.
Alicia yang mendengarnya langsung menarik kedua kopernya dan berjalan cepat menuju ruang tamu. Charmeleon mengekor dibelakangnya dengan ekor yang bergoyang kesana kemari dengan api yang berkobar karena semangatnya.
"Shopie!" Alicia menghambur ke arah Shopie yang sedang menyesap teh.
"Alicia, apa kau tau ini jam berapa?" Tanya Shopie dengan tangan kanan yang sibuk membenarkan posisi kacamatanya.
"Jam 7. Bukannya kita janjian jam 7?" Alicia menggaruk kepalanya karena teka-teki yang membingungkan ini.
"Ya, kita memang janjian jam 7. Tapi apa kau tau?" Shopie menunjukkan senyum jahilnya. "Shinx berevolusi jadi Luxio." Sorak Shopie dibarengi dengan kemunculan pokemon singa hitam bertipe listrik itu dari balik sofa.
"Wow selamat ya, walau tidak nyambung sama pertanyaanmu." Alicia mengelus bulu lebat yang memenuhi kepala Luxio.
"Apa kalian nanti satu kelas?" Tanya Ayahnya Alicia dengan secangkir kopi panasnya.
"Kalau Shopie sendiri dikelas Virizion. Kalau Alice ga tau kelas apa. Coba liat suratmu." Shopie menggeledag saku Alicia tanpa izin dan mengambil amplop yang kemarin mereka dapat dari wasit kemarin. Shopie membukanya dan melihat bagian belakang surat itu dan menemukan gambar pokemon Cobalion dibagian pojok kiri bawahnya. "Alice dikelas Cobalion. Sayang sekali ruang kelas kita berbeda."
"Tapikan kita tetap sekamar nanti."
"Semoga saja." Shopie melipat surat ditangannya dan mengembalikannya pada Alicia.
"Kapan kalian mau berangkat?"
"Sekarang." Jawab kedua gadis itu serentak.
***
Kedua gadis itu sedah berkendara sekitar 1 jam dan mereka masih jauh dari Ridge. Mereka masih harus menempuh 1 jam lagi untuk sampai di Ridge. Selama perjalanan mereka melewati berbagai landscape. Mulai dari kota, desa, hutan hingga padang rumput yang luas.
Jauh dari balik pepohonan mereka melihat sebuah bangunan megah yang terisolasi didalam hutan. Bangunan dari batu dan kayu itu adalah tujuan akhir mereka dalam perjalanan yang melelahkan ini. Setelah melewati hutan lebat mereka menemukan gerbang besar yang menyembunyikan kota Ridge. Saat pintu gerbang yang besar itu terbuka, penampakan kota Ridge dengan bangunan yang dibangun sangat rapi terlihat. Sebagian besar bangunan disini terbuat dari kayu.
Mobil milik Shopie berhenti didepan gerbang dan menurunkan penumpangnya. Shopie dan Alicia menurunkan koper mereka.
"Nona, saya minta maaf harus menurunkan anda didepan gerbang." Supir itu meletakkan tangan kanannya yang terbungkus sarung tangan putih didadanya.
"Tidak apa, lagi pula itu aturan disini." Jawab Shopie.
"Apa saya bisa membawakan barang bawaan anda kedalam?" Tanya supir itu lagi.
"Tidak perlu. Kami akan masuk sama seperti siswa yang lain. Kau bisa pulang sekarang dan katakan pada Ibu kalau aku akan baik-baik saja." Shopie menarik kopernya dan melangkah masuk kedalam kota Ridge. Alicia mengekori Shopie karena tidak tau harus kemana.
"Kita akan kemana?" Tanya Alicia saat sudah berada di depan sebuah air mancur besar.
"Akademi Ridge." Jawab Shopie dengan santai.
"Apa kau tau jalannya?"
"Kita sudah di dalam lingkungan akademi. Seluruh kota, bahkan hutan diluar sana adalah bagian akademi. Kita hanya perlu mencari bangunan utamanya." Shopie kembali melihat kertas yang Ia genggam.
"Bangunan itu sangat mencolok. Kurasa itu bangunan utamanya." Alicia menunjuk sebuah bangunan besar di atas bukit -atau bangunan itu memang dibangun sebesar itu- yang atapnya membentuk prisma segi empat yang lancip.
"Mungkin. Ayo kesana." Shopie bergegas dengan langkahnya yang panjang. Untung saja partnernya, Luxio, sudah memiliki kaki yang lebih panjang dari sebelumnya saat Ia masih seekor Shinx.
Alicia dan Charmeleon mengikuti Shopie dengan susah payah. Sesampainya mereka dibangunan besar itu, nafas Alicia tersenggal-senggal karena berjalan setengah berlari.
"Permisi, apa benar ini adalah akademi Ridge?" Tanya Shopie pada seorang penjaga yang bertugas.
"Benar. Apa ada yang bisa saya bantu?" Disamping petugas itu berdiri partnernya, Wobbuffet, yang berwarna biru dengan wajah yang menggemaskan.
"Kami berdua adalah siswa jalur undangan dan kami baru pertama kali berada disini. Kami sedang mencari asrama untuk kami tinggali." Kata Shopie sambil menunjukkan surat yang Ia dapat kemarin.
"Disini ada 4 asrama dan kalian bebas mau masuk diasrama yang mana. Ada Koko di timur, Lele di barat, Fini di selatan dan Bulu di utara. Lihat lah bangunan yang paling tinggi di setiap sudut Ridge, itulah gedung asramanya." Petugas itu menunjukkan 4 bangunan yang menjulang tinggi ke langit dengan 4 warna yang berbeda.
"Apa semua siswa disini bebas memilih mau masuk di asrama yang mereka mau?" Tanya Alicia.
"Tentu, tapi kalian harus bisa memenuhi syarat dari asrama yang kalian mau. Misalnya saja seperti asrama Bulu yang mengharuskan kalian menguasai dasar-dasar taktik pertahanan dan asrama Lele yang mengharuskan kalian untuk menguasai setidaknya 20 resep obat tradisional dan atau 10 teknik pengobatan." Jelas petugas itu kepada kedua gadis dihadapannya.
"Terima kasih untuk informasinya." Shopie membungkuk sebagai tanda hormat dan diikuti oleh Alicia dengan sedikit kikuk. "Kami permisi dulu."
Petugas itu memandangi punggung kedua gadis yang perlahan menjauh itu. "Entah asrama mana yang akan mereka pilih, tapi ada satu hal yang pasti, nereka mereka akan segera dimulai." Sebuah senyum mengejek terukir diwajahnya.
"Wobbuffet!" Sahut partnernya dengan gerakan tangan yang terlihat seperti sedang hormat.
***
Alicia dan Shopie menuju ke kolam air mancur yang mereka lewati tadi dan mereka melihat sebuah papan denah di samping air mancur itu.
"Sepertinya tadi tidak ada?" Shopie menggosok dagunya dan terus memperhatikan papan denah itu.
"Apa mungkin ini baru dipasang?" Sahut Alicia.
"Tidak mungkin hal sepenting ini baru dipasang. Pasti ada seseorang yang menyembunyikannya." Shopie memperhatikan sekelilingnya, banyak orang berlalu lalang dan beberapa cafe yang penuh dengan pengunjung.
"Bagaimana caranya menyembunyikan sesuatu sebesar ini?" Tanya Alicia dengan raut wajah yang tertekuk.
"Mungkin saja seseorang menggunakan kemampuan partnernya untuk menjahili kita." Shopie mengambil selembaran disisi papan denah. Ia membaca dengan seksama selembaran itu. "Asrama apa yang harus kita ambil?"
"Entahlah, aku lapar." Matahari memang sudah berada di atas kepala dan mereka belum makan siang. Suara perut Alicia mempertegas perkataannya.
"Baiklah, kita makan sambil berpikir." Shopie memperhatikan setiap kedai dan cafe yang ada. "Aku tidak tau mau makan apa."
"Yaudah, kita cari tempat yang kelihatan enak. Kira-kira dimana ya?" Alicia mengedarkan pandangannya dan memutuskan untuk berkeliling.
Kalau dilihat-lihat, kota ini begitu ramai padahal masih dalam musim liburan. Banyak orang berpakaian santai yang berjalan bersama pokemon mereka dan dilihat dari parasnya, mereka seperti siswa akademi ini.
"Apa kau yakin ini masa liburan?" Alicia menyenggol lengan Shopie.
"Aku tidak tau. Kita makan disitu saja. Tidak terlalu ramai dan terlihat cukup nyaman untuk berpikir." Shopie menunjuk sebuah cafe dengan nama Cafe De Luna.
Saat berada di dalam cafe, bukannya cafe ini tidak terlalu ramai, tapi memang tidak ada pengunjungnya. Kedua gadis itu masuk dengan langkah ragu dan duduk disebuah meja ditengah cafe. Mereka memperhatikan suasana cafe yang begitu tenang dan dipenuhi dengan ornamen yang unik, seperti dream catcher dan benda-benda mistis lainnya.
"Ini horror karena ornamennya apa karena ada Mr. Mime yang dari tadi ngeliatin kita dari sana?" Shopie menunjuk Mr. Mime yang duduk disudut ruangan dengan kemeja merah bermotif daunnya.
"Keduanya." Jawab Alicia singkat. "Permisi!" Alicia melambaikan tangannya ke arah bar. "Kami ingin memesan." Lanjutnya begitu seseorang melihatnya.
Alicia memesan Lalapan dengan Magikarp dan Shopie memesan nasi goreng Gogoat. Setelah memesan makanan Alicia dan Shopie kembali berunding tentang asrama yang akan mereka masuki. Mereka masih tidak tau apa-apa soal akademi ini.
"Kita harus masuk ke asrama terbaik." Kata Shopie dengan penuh semangat.
"Tapi asrama disini sama rata. Yang bikin beda hanya namanya." Alicia menyeruput es tehnya. "Maksudku, mereka adalah asrama yang cocok sesuai tipe muridnya."
"Ok, jadi asrama yang cocok denganmu?" Tanya Shopie.
"Asrama Koko mungkin, karena aku tipe petarung jarak dekat. Jadi sepertinya tes masuk asrama Koko akan lebih mudah untukku." Alicia berhenti bicara begitu seorang pelayan membawakan pesanan mereka.
"Apa kalian murid baru di akademi ini?" Tanya pelayan itu.
"Iya dan kami sedang memikirkan asrama mana yang akan kami masuki." Jawab Alicia dengan cepat.
"Hmm, kalau begitu pikirkanlah dulu. Saya permisi." Pelayan itu membungkuk dan berbalik hendak pergi. Namun tertahan oleh pertanyaan Alicia.
"Apa kau tidak punya saran?"
"Maaf, tapi itu adalah keputusan yang harus kalian ambil sendiri, karena kalian akan tinggal dikamar yang sama selama 3 tahun. Jadi aku tidak bisa memberi saran apa-apa." Pelayan itu pergi meninggalkan kedua gadis itu dengan pikiran mereka.
"Aku akan masuk ke asrama Koko bersamamu." Kata Shopie sebelum menjejalkan sesendok nasi goreng dengan potongan daging Gogoat.
"Ok." Jawaban singkat Alicia sebelum memakan Magikarpnya.
***
Sebuah bangunan dengan cat kuning dan 2 patung Tapu Koko didepan pintu masuk berada dihadapan Alicia dan Shopie. Seorang pria berjanggut putih dengan kepala bagian atas yang botak keluar dari balik pintu kayu yang besar.
"Apa ada yang bisa saya bantu, nona-nona?" Kata pria itu dan dibarengi dengan munculnya seekor Manectric dari belakang pria itu.
"Kami siswa jalur undangan dan berharap bisa tinggal disini. Bisakah kami menetap di asrama ini?" Tanya Shopie.
"Manectric, thunder!" Kata pria itu.
"Charmeleon, smokescreen!" Teriak Alicia dan segera menarik Shopie menjauh.
Charmeleon melemparkan atau lebih tepatnya meludahkan sesuatu berwarna hitam ke arah Manectric dan meledak menjadi kabut hitam. Manectric yang sedang berkonsentrasi untuk menyerang pun gagal mengenai targetnya.
"Luxio, bite!" Kali ini giliran Shopie yang berteriak dan partnernya segera menggigit Manectric yang masih sibuk dengan sisa kabut dimatanya.
"Menghindar ke kiri, lalu gunakan wild charge." Kata pria itu dengan santai.
Serangan Luxio meleset dan dia mendapatkan tubrukan kuat dari Manectric. Saking kuatnya, Luxio sampai terlempar cukup jauh.
"Charmeleon, metal claw." Kata Alicia saat melihat kesempatan untuk menyerang.
Charmeleon berlari dengan cakar besarnya lalu melompat tinggi dan mengarahkan serangan kepada Manectric yang masih terdiam ditempat. Serangan Charmeleon mengenai Manectric. Namun pokemon bertipe electric itu terlihat seperti tidak terjadi apa-apa.
"Apa yang kuharapkan? Kalian hanya anak baru dan sangat payah." Ledek pria itu. "Manectric, ayo kita selesaikan mereka." Pria itu mengeluarkan sebuah kalung dengan bandul key stone. Saat jemarinya menyentuh key stone, cahaya keluar dari dalam batu itu dan mengarah ke batu Manectite yang ada dileher Manectric. Tubuh Manectric bercahaya dan berubah menjadi Mega Manectric.
"Dia tambah kuat sekarang." Kata Alicia dengan penuh kepasrahan.
"Luxio, apa kau siap?" Tanya Shopie kepada partnernya.
"Apa Luxio bisa mega evolusi juga?" Tanya Alicia.
"Tidak, tapi ini adalah z-move. Kita pakai strategi ke 5." Shopie mulai menari dan Alicia masih berpikir.
"Charmeleon, gunakan metal claw terus menerus." Alicia memutuskan untuk menghambat Mega Manectric.
"Luxio, black hole eclipse!" Teriak Shopie dipenghujung tariannya.
Mega Manectric terhisap masuk kedalam lubang hitam. Namun Ia masih sanggup bertarung dan itu membuat semangat kedua gadis itu menurun.
"Sebaiknya kalian belajar yang rajin untuk 3 tahun kedepan. Cara bertarung kalian masih sangat payah." Kata pria itu dengan nada mengejek. "Aku Wattson, pengurus asrama Koko dan kalian kepersilahkan tinggal disini."
"Sebentar, tapikan kami belum menang." Alicia menggaruk tengkuknya.
"Tapi kerja sama kalian terlihat cukup bagus. Kalian lulus karena kerja sama yang kalian perlihatkan. Lagi pula pertandingan ini sangat dadakan dan kalian mampu bertahan sejauh ini. Jadi kuputuskan kalian lulus." Wattson mengembalikan Manectric kewujud aslinya. "Asrama untuk wanita disebalah kanan dari lantai 2 sampai 5. Di lantai 1 adalah tempat untuk bersantai, mencuci baju dan itu tempat dimana pria dan wanita bisa bertemu." Lanjut Wattson sambil memberikan sebuah kunci kepada masing-masing dari mereka.
"Maaf, 1 kamar bisa berapa orang ya?" Tanya Shopie.
"Biasanya murid disini memilih untuk sendirian. Jadi kebanyakan 1 kamar diisi 1 orang." Jawab Wattson.
"Bisakah kami jadi teman 1 kamar?" Pinta Alicia.
"Tentu saja. Ayo masuk." Wattson membuka pintu kayu itu untuk kedua gadis yang berdiri dibelakangnya. "Untuk peraturan di asrama ini sudah tertulis di kamar kalian. Jadi bacalah dengan seksama."
"Terima kasih. Kami akan menjadi anak yang baik." Kata kedua gadis itu.
"Baguslah. Silahkan istirahat dan jika butuh sesuatu aku ada disana." Wattson menunjuk sebuah pintu dibagian paling belakang lantai 1. "Itu ruanganku. Aku akan ada disana jika kalian butuh." Wattson meninggalkan kedua gadis itu sendirian.
"Sekarang ayo cari kamar kita." Kata Shopie dengan berat hati karena dia tidak melihat lift.
"Dikunci ini ada nomor 3/4. Mungkin kamar kita di lantai 3 nomor 4 atau lantai 4 nomor 3. Aku tidak begitu yakin." Alicia memperhatikan kunci yang Ia bawa.
"Kita cek yang paling dekat dulu saja."
Alicia dan Shopie sudah sampai didepan kamar nomor 4 dilantai 3. Kuncinya cocok dikamar itu dan mereka segera masuk dan membereskan barang bawaan mereka.
"Beruntung sekali kita memutuskan datang hari ini. Jika pergi seminggu sebelum masuk pasti sudah sesak." Celoteh Shopie ditengah kegiatannya.
"Setidaknya keputusan kita sudah bagus dan aku sangat lelah. Aku akan tidur dan bangun besok pagi." Alicia melompat ke atas kasur dan bersiap untuk berlayar ke negeri kapuk.
"Apa kau yakin tidak mau keliling nanti malam?"
"Tidak. Besok saja. Aku lelah. Aku capek. Aku letih." Kata Alicia sebelum kesadarannya hilang ditelan kantuk.
"Ok." Shopie menggendikkan bahunya dan melanjutkan kegiatannya.