Chereads / Pokemon Mix : Ridge Academy / Chapter 3 - Hutan Emerald

Chapter 3 - Hutan Emerald

Alicia berlari menyusuri pinggir danau yang cukup luas. Ia menemukan danau ini kemarin saat berkeliling bersama Shopie, tapi pagi ini dia harus sedikit berolahraga bersama Charmeleon. Lari pagi dipinggir danau yang indah, namun sepi pengunjung ini lumayan juga bagi Alicia. Dia tidak perlu takut menabrak orang lain atau semacamnya. Udara segar yang berhembus dari seberang danau terasa begitu menyegarkan, cahaya mentari yang terpantul diatas air danau terlihat seperti ribuan berlian yang mengapung diatas air dan celoteh sekelompok Swanna dan Ducklett menjadi pengisi kesunyian pagi bagi Alicia.

Alicia terjatuh saat seekor Arcanine melompat diatasnya. Pokemon bertipe fire itu ditunggangi oleh seorang pemuda yang melihatnya dengan mata runcingnya. Dia melihat Alicia tanpa rasa bersalah dan kembali melanjutkan perjalanannya. Arcanine itu kembali berlari dengan cepat ke arah belakang Alicia dan menghilang pada tikungan pertama. Charmeleon mengulurkan tangannya untuk Alicia.

"Apa yang salah dengan anak itu? Oh, dia mengacaukan pagi yang tenang ini." Celoteh Alicia. Dari pada dia menemukan pengacau yang lain, Alicia memilih untuk kembali ke asramanya dan berdiam diri didalam rumah.

***

Bangunan besar dengan cat kuning dan hitam memiliki halaman yang luas. Banyak remaja yang berlatih tanding dihalaman itu dan Shopie tak mau ketinggalan. Dia terlihat membara bersama partnernya.

"Luxio, bite!" Perintah Shopie kepada Luxio yang langsung berlari ke arah Kirlia yang menjadi lawannya. Serangan tipe dark yang diberikan Luxio tidak terlalu effective kepada pokemon bertipe psychic dan fairy seperti Kirlia.

Kirlia masih berada dalam gigitan Luxio dan partnernya segera memberi perintah untuk melancarkan serangan draining kiss. Kirlia mencium pipi Luxio dan berhasil menyedot kekuatan Luxio dengan paksa. Sudah sedikit membaik, Kirlia segera menjauhi Luxio.

"Confussion!" Teriak anak laki-laki yang menjadi partner Kirlia. Kirlia menyentuh kepalanya dan menaruh fokusnya kepada Luxio. Gelombang otak Kirlia memancar keluar dan menghantam kepala Luxio. Luxio yang mendapat serangan itu kehilangan keseimbangannya dan mulai menyakiti dirinya sendiri pada setiap perintah dark Shopie.

"Luxio, charge." Shopie berusaha menghentikan Luxio menyerang dirinya sendiri. Luxio mengumpulkan tenaga sesuai dengan perintah Shopie dan berhasil kembali normal. "Spark!" Teriak Shopie dengan penuh semangat. Energi listrik memenuhi tubuh Luxio dan dilemparkan ke arah Kirlia. Mendapat kerusakan yang besar, Kirlia tidak dapat melanjutkan pertandingan dan tergelepar dilantai.

"Kalah lagi? Yang benar saja." Wally menggendong tubuh Kirlia yang lemah. "Terima kasih telah berjuang keras untukku." Kata Wally pada Kirlia.

"Setidaknya hari ini kau sudah berhasil membuatku kerepotan. Maksudku, kemarin kau bahkan tidak bisa mendekati Luxio." Shopie menepuk-nepuk bahu Wally dan berjalan beriringan ke dalam asrama.

Sore harinya semua penghuni asrama berkumpul di lantai 1, tepatnya di aula. Hanya ada 15 orang di asrama Koko, karena tidak semua murid di akademi Ridge tinggal diasrama. Banyak yang memilih tinggal di apartment yang lebih nyaman dan bagi mereka yang lebih suka sendiri, apartment adalah pilihan terbaik. Wattson, penjaga asrama Koko memberikan sebuah surat kepada masing-masing murid.

"3 minggu lagi tahun ajaran baru akan dimulai dan aku diminta untuk memberikan formulir itu kepada kalian. Itu adalah formulir daftar ulang. Silahkan diisi dan serahkan padaku jika sudah. Akan kutunggu diruanganku." Wattson berjalan pergi dari ruang aula dan Ia berjalan sedikit membungkuk. Usianya sudah tidak muda lagi, tapi untungnya ada partnernya yang selalu setia disampingnya.

Ke-15 anak itu mulai menulis data diri mereka dikertas itu. 3 orang yang akan menjadi murid baru, 8 orang yang sebentar lagi masuk kelas 2 dan 4 orang yang tak lama masuk tahun ajaran terakhir dan lulus.

"Apa kau sudah selesai?" Tanya Alicia pada Shopie.

"Sudah." Shopie menyerahkannya pada Alicia.

"Punyaku juga sudah." Kata Wally yang segera menyerahkan kertasnya pada Alicia.

"Jadi yang akan menjadi murid tahun pertama itu hanya kita bertiga?" Tanya Alicia saat melihat tumpukan kertas ditangannya.

"Lebih tepatnya dari asrama Koko." Imbuh Shopie.

"Setidaknya kita akan mendapat banyak teman saat tahun ajaran dimulai. Kita hanya perlu sedikit bersabar." Kata Wally.

"Kau benar. Lagi pula kita sekelas nanti." Alicia pergi setelah semua formulir diberikan kepadanya.

"Kuharap kalian bisa menjadi murid yang baik di akademi ini." Kata salah satu calon murid kelas 3, Drake. Tubuhnya besar dengan otot yang menonjol dan partnernya juga berotot. Partnernya adalah Conkeldurr, pokemon tipe fighting yang selali membawa beban berat ditangannya.

"Akan kami usahakan dengan sebaik mungkin dan menjadi yang terbaik." Jawab Shopie.

"Oh ya, siapa yang memasak untuk makan malam hari ini?" Tanya murid lain yang akan masuk ke kelas 3, Vivi yang berpartner dengan Vivilon. Gadis berambut panjang dari kelas Virizion itu melihat jadwal didinding. "Emy, Lupin, sama Jessie." Vivi melihat ketiga orang tersebut dengan bergantian. "Jangan buat makanan yang pedas." Katanya dengan suara lirih yang tegas. Ketiganya hanya bisa mengangguk. Dia sudah dianggap seperti ibu disini karena sikapnya yang terkadang sangat perhatian kepada penghuni asrama, tetapi kadang juga bisa seseram ibu pada umumnya.

***

Dimeja makan yang diisi 16 orang, berjejer masakan yang dibuat oleh 3 orang yang tadi sempat berkeringat dingin karena Vivi. Meja panjang itu dipenuhi makanan dan beberapa buah. Ke-16 orang itu makan dengan lahap sementara partner mereka makan di meja yang lain. Ruang makan terasa begitu tenang dengan hanya suara dentingan alat makan dan kunyahan.

Dalam waktu makan malam ini, Lupin membuka suara. "Apa ada yang pernah masuk hutan disamping danau Shappier?" Tanyanya yang langsung mendapatkan perhatian dari semua orang yang ada dimeja makan.

"Maksudmu hutan Viridian atau hutan Emerald?" Tanya Jessie balik. Karena memang danau Shappier menjadi pembatas 2 hutan di akademi Ridge.

"Hutan Emerald. Salah satu tempat angker di akademi ini." Lupin mengambil sepotong semangka didepannya. "Aku sangat penasar tentang apa yang membuat hutan itu angker."

"Itu tempat yang menyeramkan. Aku sarankan kalian tidak kesana atau kalian akan menyesal." Wattson memperingatkan ke-15 orang yang lebih muda darinya.

"Memangnya ada apa disana?" Tanya Alicia penasaran. Namun mulutnya tetap mengunyah potongan apel yang dia ambil dari piringnya Wally.

"Kalian tau soal cerita Tarian Hujan Darah?" Wattson memperhatikan mimik muka semua orang. Bahkan mereka yang akan masuk ke kelas 3 memperhatikannya dengan serius. "Itu cerita nyata yang kejadiannya terjadi didalam hutan emerald." Lanjutnya.

"Maksudmu cerita itu sungguhan terjadi?" Vivi memfokuskan dirinya pada Wattson. Mencoba mencari kebenaran karena setaunya, itu hanyalah dongeng untuk menakuti anak-anak agar tidak bermain disana.

"Tentu saja itu nyata. Trio dragon dancer itu adalah salah satu dari pendiri akademi ini. Mereka adalah yang bertugas menanam hutan Emerald dan mereka menggunakan ritual tarian hujan darah itu dan memgorbankan nyawa mereka." Wattson menyeruput kopinya.

"Tapi kenapa mereka harus melakukan ritual yang mengorbankan diri mereka sendiri?" Tanya Lupin.

"Akademi ini dibuat setelah perang terakhir dan pada saat itu ada organisasi bintang hitam yang terus mencoba membuat onar pasca perang. Trio dragon dancer mendapat tugas untuk merubah tanah tandus bekas perang menjadi sebuah hutan dan kebetulan organisasi bintang hitam membuat markas dibawah tanah itu. Mereka bertiga pun sepakat untuk sekalian mengubur organisasi itu dibawah tanah dan menumbuhkan hutan secara bersamaan." Wattson berhenti sejenak untuk menghirup oksigen. "Dan ritual tarian hujan darah adalah cara paling tepat untuk mengatasi itu. Kalian tau kelanjutan ceritanyakan. Sekarang, roh para anggota organisasi yang terkubur disana gentayangan di hutan Emerald. Berharap suatu hari bisa membalas dendam pada siapa pun yang masuk ke dalamnya."

"Wah, aku ingin kesana. Ada yang mau ikut?" Jessie melihat sekeliling mencoba mencari teman untuk masuk ke dalam mala bahaya.

"Sudah kubilang jangan kesana. Disana berbahaya." Wattson memperingatkan anak perempuan berambut oranye itu dengan tegas.

"Ya sudah kalau tidak boleh." Jessie mengerucutkan bibirnya dan menyilangkan tangannya di dada. Dia penasaran setengah mati setelah memdengar cerita dari pengawas asrama.

***

"Hutan Emerald." Alicia bergumam saat sudah berada dikamarnya. Tangannya yang tadi sibuk membolak-balikkan halaman buku sekarang sibuk memutar-mutar pensil dengan lihai.

"Apa kau mau kesana?" Tanya Shopie yang berbaring diranjang yang berseberangan dengan Alicia. Dia melirik Alicia dari sudut matanya dan kembali fokus ke bukunya.

"Hmm. Aku penasaran." Alicia mengubah posisinya dari berbaring menjadi duduk. "Aku akan kesana besok. Mungkin aku akan mengajak kak Jessie dan Wally. Mau ikut?" Tawar Alicia.

"Tidak. Besok aku mau jalan-jalan di taman dekat danau Shappier." Jawab Shopie secepat kilat.

"Ya sudah kalau tidak mau. Aku tidak apa-apa. Aku baik-baik saja. Aku kuat, sehat dan ceria." Alicia mematikan lampu mejanya dan bergelung dalam selimut.

Charmeleon dan Luxio hanya bisa menatap nanar kepada Alicia. Mereka hanya bisa diam dipojokan kamar, nyaman dalam tempat tidur mereka. Setelahnya mereka memutuskan untuk tidur saja dan membiarkan partner mereka.

***

Jam 5 pagi dan Shopie sudah membuat sesuatu didapur dengan Vivi. Mereka yang bertugas membuat sarapan hari ini dan menu yang mereka buat adalah makanan yang cukup ringan seperti smoothies dan oat cereal. Sangat simple dan semua siap sebelum jam setengah 7. Satu persatu penghuni asrama keluar dari kamarnya dan mulai menikmati sarapan mereka.

"Besok adalah hari senin dan banyak murid baru yang akan datang untuk mengikuti tes masuk, tapi kalian bertiga tidak perlu mengikuti tes. Kalian adalah murid jalur undangan dan kualitas kalian tidak perlu diragukan lagi. Bukan begitu." Kata Wattson ditengah kunyahannya yang sesekali menyeruput susu dari mangkuknya.

"Besok akademi ini akan mulai ramai dan kalian akan lihat bedanya." Drake menyeruput kopi paginya dengan begitu santai. Sesekali dia menggoyangkan cangkir di dekat hidungnya dan menikmati aroma kopi hitam itu.

"Berharaplah agar banyak yang masuk ke asrama Koko agar kita tidak terlalu kesulitan mengurus semua ini." Keluh Vivi yang terlihat sudah sangat lelah dengan semua ini.

"Aku sudah selesai. Aku akan melanjutkan pekerjaanku di halaman belakang. Permisi." L, pria pendiam yang berpartner Cacturne, setiap harinya selalu bergelut dengan kebun kecil yang diberikan Wattson untuk dia urus.

"Ya, silahkan. Rawatlah semua sayur dengan baik biar kita bisa makan makanan yang enak." Teriak Vivi saat L sudah keluar dapur.

"Aku akan membantu kak L." Wally segera membereskan peralatan makannya dan menyusul L. Dia dan L sudah seperti kakak beradik yang sama-sama menyukai kegiatan berkebun.

"Kurasa aku harus memperluas area kebun agar mereka bisa menanam lebih banyak sayur dan buah." Wattson membereskan perlengkapan makannya. Namun berhenti saat Jessie berbicara.

"Bisakah paman membuka lahan untuk merawat hewan ternak?" Tanya Jessie begitu melihat ada kesempatan baginya untuk merawat pokemon.

"Berternak itu butuh lisensi. Apa kau punya lisensi?" Tanya Wattson pada Jessie yang terlihat kecewa. "Sebaiknya kau mengurus itu segera sebelum lahan untuk peternakan dibuka." Lanjut Wattson yang langsung membuat senyum diwajah Jessie.

"Akan kuurus secepatnya." Jawab Jessie dengan tegas dan itu ditertawai oleh semua orang yang masih ada dimeja makan. Semangatnya benar-benar sangat membara saat berhubungan dengan hal seperti ini.

***

Disore hari yang tenang, Jessie, Alicia dan Wally berjalan disekitar danau Shappier dan memandang ke arah hutan Emerald yang gelap. Pepohonan disana begitu rapat dan lebat. Udara yang berhembus dari dalam hutan begitu dingin dan memikat. Suara samar yang terbawa angin sampai ketelinga mereka yang diam berdiri didepan hutan Emerald.

"Apa kalian mau melihat kedalam?" Tanya Alicia.

"Aku cukup penasaran. Jadi aku ikut." Jawab Jessie.

"Aku ikut." Jawab Wally singkat dan mereka bertiga berjalan masuk kedalam hutan.

Langkah pertama mereka terasa begitu berat dan angin bertiup kencang seperti mengusir mereka. Dedaunan berguguran dan menutupi penglihat mereka. Samar-samar terlihat cahaya hijau yang berterbangan. Pokemon mereka dengan sigap berdiri didepan untuk melindungi partner mereka. Wajah mereka ditekuk karena tak mengetahui apa yang ada dihadapan mereka. Cahaya hijau itu melayang mendekat dan semakin mendekat. Sudah sangat dekat hingga wujud asli mereka terlihat. Api hijau yang membakar bongkahan kayu itu adalah sekumpulan Phantump.

"Aw lihat mereka. Sangat menggemaskan." Jessie mendekati mereka dan mencoba mengelus kepala mereka. Namun salah satu pohon disana menghalau tangannya untuk menyentuh salah satu Phantump itu. Pohon itu menampakkan wujud aslinya dan membelakangi sekumpulan Phantump. Evolusi dari Phantump, Trevenant, berdiri dengan wajah marah.

"Kami akan segera pergi." Kata Jessie sambil mengangkat tangannya.

Saat mereka ingin pergi, langkah mereka terhenti karena mereka dipindah tempatkan secara paksa oleh sesuatu yang tidak mereka ketahui. Saat ini mereka berada entah dimana. Pepohonan besar mengelilingi mereka dan sebuah goa berada dihadapan mereka. Mulut goa itu tertutupi lumut dan beberapa tanaman dengan bunga kecil. Goa yang terlihat seperti tumpukan batu itu terlihat begitu jelas diantara pepohonan yang menjulang tinggi.

"Dimana ini?" Tanya Wally sambil mengedarkan pandangannya ke arah pepohonan besar yang mengelikingi mereka. Udara dingin yang berhembus membuat mereka mengeratkan pakaian.

"Kurasa ditengah hutan Emerald." Alicia berjalan mendekati mulut goa. Udara berhembus dengan kuat dari dalam goa. Suara raungan memekakan telinga mereka. Ada sesuatu di dalam sana yang begitu kuat hingga bisa dirasakan olehnya.