Jiang Yao menatap Lu Xingzhi, menggertakkan giginya, dan berkata "Bajingan!" Untuk waktu yang lama, Jiang Yao juga hanya bisa menemukan kata itu untuk mendeskripsikan Lu Xingzhi sekarang atas kelakuannya. "Memangnya kenapa?" Lu Xingzhi mengangkat alisnya dan melihat Jiang Yao diam-diam menggigit bibirnya, sehingga dia sudah mengetahui jawabannya. Lu Xingzhi hanya terdiam selama dua detik dan dia pun menggertakan giginya, "Kamu yang cari masalah sendiri."
Lu Xingzhi melakukan apa yang dia katakan. Dia sudah menahan selama satu tahun dan baru ada sedikit hasil. Sebenarnya dia ingin mencicipinya perlahan-lahan. Namun, karena Jiang Yao tidak bekerjasama, dia hanya bisa melakukannya langsung sekaligus. Jiang Yao benar-benar disibukkan sepanjang malam. Tetapi Lu Xingzhi pada akhirnya juga tidak mengganggu Jiang Yao sampai pagi. Ketika langit hampir cerah, dia akhirnya melepaskan Jiang Yao dan membawanya untuk tidur.
Ketika alarm berbunyi, Jiang Yao hanya merasa seolah baru saja menutup matanya dan tertidur. Dia mendorong orang di sampingnya agar dia menekan tombol pada alarmnya karena dia ingin lanjut tidur. Tetapi gerakan ini hanya menyadarkannya bahwa ada sesuatu yang salah. "Sudah bangun?" Lu Xingzhi tidak menarik diri dari tubuhnya sepanjang malam sampai sekarang, waktunya untuk bangun. Ia mengamati Jiang Yao dari bagian atas sampai bawah dengan saksama. Kemudian, dia bangun dan dengan lembut meremas pinggang Jiang Yao, "Mandilah lalu ganti baju dan antar aku ke bandara."
"Mati pun aku juga tidak mau pergi" Jiang Yao benar-benar emosi. Jiang Yao tidak berpikir bahwa Lu Xingzhi akan menyibukkan dia sampai pagi. Tetapi, dia benar-benar melakukannya. Jam tujuh, benar-benar jam tujuh! Jiang Yao benar-benar mengantuk, begitu mengantuk sampai dia menutup matanya sambil berbicara. Jiang Yao langsung tertidur begitu dia selesai berbicara.
Lu Xingzhi juga tahu bahwa semalam dia telah membuat masalah. Tetapi dia ingin tinggal bersama dengan Jiang Yao lebih lama. Jadi bahkan saat Jiang Yao sangat mengantuk, Lu Xingzhi menggendongnya dari tempat tidurnya dan memandikannya. Setelah itu, dia memakaikan pakaian untuk istrinya itu, dan baru turun untuk sarapan. Ketika Ayah dan Ibu Lu melihat Lu Xingzhi turun sendirian, Ayah dan Ibu Lu tahu bahwa Jiang Yao tidak akan mengantar Lu Xingzhi ke bandara. Mereka berdua sudah terbiasa, jadi hanya berkata beberapa hal kepada Lu Xingzhi, kemudian masing-masing pergi bekerja.
Setelah Ayah dan Ibu Lu pergi, Lu Xingzhi menggendong istrinya yang sedang tidur nyenyak ke lantai bawah lalu memeluknya ke dalam mobil. Sopir memandangnya dan terkejut. Tetapi karena Tuan Lu tidak mengatakan apa-apa, sopirnya juga tidak berani bertanya lebih lanjut. Ia memandangi Lu Xingzhi yang menggendong Jiang Yao yang tidur nyenyak dan meletakkannya di kursi belakang. Sopir yang cerdas itu langsung menaiki mobilnya. Sebagai sopir yang profesional. Dia tidak melihat, berbicara, dan bertanya.
Jiang Yao terbangun di tengah jalan. Dia membuka matanya dan merasa bingung. Dia menggosok matanya dan berpikir bahwa dia sedang bermimpi sampai dia mendengar suara Lu Xingzhi di sampingnya. Dia perlahan-lahan mengangkat kepalanya untuk melihatnya. "Sudah bangun?" Sekarang kamu dalam perjalanan untuk mengantarku ke bandara dan kita akan sampai di bandara dalam dua puluh menit." Suasana hati Lu Xingzhi sangat baik.
Jiang Yao menggosok matanya. Dia bahkan tidak memiliki kekuatan untuk berpikir dan memutarkan matanya. Dia bergumam dalam hatinya, siapa yang membawanya? Ini jelas penculikan! Orang ini! Jiang Yao berpikir dalam hatinya, apakah dia terlalu menuruti suaminya ini selama dua hari ini? Awalnya Lu Xingzhi memang masih mencoba selangkah demi selangkah. Tetapi sekarang sikapnya sudah benar-benar berbeda sampai Jiang Yao sendiri juga terkejut.
Tersisa 20 menit, Jiang Yao tidur dalam pelukan Lu Xingzhi sampai mobil tiba di bandara dan Lu Xingzhi membangunkannya. "Sudah sampai, turunlah." Lu Xingzhi menggendong Jiang Yao keluar tanpa peduli pandangan orang lain, lalu berbalik badan dan berkata kepada sopir, "Kamu tunggu di sini, pergilah beli sarapan dan nanti kamu antar dia kembali lagi."
Sopir itu menjawab 'iya,' sambil berpikir bahwa kalau dia masuk, dia akan mengganggu mereka berdua. Setelah memberi tahu si sopir, Lu Xingzhi membawa Jiang Yao masuk ke bandara dengan puas.