Chereads / Kesempatan Kedua / Chapter 52 - Setuju

Chapter 52 - Setuju

Bandara di kota ini baru di bangun beberapa tahun yang lalu, jadi skalanya masih tidak besar dan penerbangannya tidak lengkap sehingga jumlah orang di sana tidak sebanyak seperti di bandara internasional Jin Shi. Jiang Yao menggosok matanya yang mengantuk sepanjang jalan, sambil digendong oleh Lu Xingzhi dan menguap tanpa peduli terhadap penampilannya. 

Saat mendengarkan siaran jadwal penerbangan, Jiang Yao baru tahu bahwa Lu Xingzhi meninggalkan rumah dengan sisa waktu yang sedikit sehingga begitu dia tiba di bandara, penerbangannya sudah memulai cek tiket. "Cepat~" Jiang Yao melepaskan diri dari tangan Lu Xingzhi dan mendorongnya. Melihat wajah Jiang Yao yang tidak sabar, Lu Xingzhi menundukkan kepalanya dan menciumnya secara langsung, serta menggigit bibirnya dengan keras sampai dia dapat mendengar suara Jiang Yao yang kesakitan. Lu Xingzhi tetap memperdalam ciumannya sampai menyentuh lidah Jiang Yao.

Orang-orang yang melewati mereka di bandara memandangi mereka yang berciuman sampai lupa mereka sedang berada di tempat umum. Meskipun sekarang masyarakat lebih terbuka tetapi di tempat umum, juga masih jarang ada pasangan yang bisa berciuman sampai begitu di tempat umum. Ciuman itu berlangsung selama pas lima menit. Lu Xingzhi yang menghitung waktu, sekarang benar-benar harus pergi cek tiket, karena itu dia pun mengakhiri ciuman ini, tetapi masih memeluk Jiang Yao dengan erat dan berbisik di telinganya "Saat Hari Nasional temui aku, ya?"

Satu kata 'ya' dengan nada berharap dan itu terasa menggoda. Jiang Yao benar-benar kalah dan mengangguk. "Iya! Iya! Iya! Yang penting aku pergi menemuimu, kan?" Cara Lu Xingzhi menempel padanya memang sungguh hebat. Jiang Yao ingin membuat kejutan untuk Lu Xingzhi, tetapi melihat hal ini, jika Jiang Yao tidak setuju untuk pergi menemui Lu Xingzhi, Mungkin orang itu bisa terus melekat padanya sampai tertinggal pesawat.

"Kamu setuju?" Lu Xingzhi terkejut. Dia bertanya sekali lagi. Tidak terduga bahwa orang yang dia sibukkan semalaman itu, yang awalnya tidak setuju, sekarang malah setuju. "Ya ya," Jiang Yao mengulangi jawabannya dua kali sambil mendorong orang yang memeluknya dan tidak ingin melepaskannya itu. "Kalau kamu terlambat, pesawat tidak akan menunggu kamu"

Lu Xingzhi pun akhirnya melepasnya, tetapi tidak bisa menahan emosinya sehingga dia mencubit wajah Jiang Yao dan memujinya, "Sangat bagus." 

Dengan persetujuannya, Lu Xingzhi juga tidak merasa ragu lagi untuk naik ke pesawat. "Ketika tiba di markas, ingatlah untuk menelepon ke rumah untuk memberi kabar," Jiang Yao memberitahu Lu Xingzhi dan berjalan tepat di belakangnya. Dia melewati dan mendorong orang-orang di depannya sampai dia berada di depan gerbang tiket. 

Jiang Yao tidak rela, tetapi Lu Xingzhi tetap naik ke pesawat. Setelah melihat pesawat yang ditumpangi Lu Xingzhi terbang, JIang Yao baru meninggalkan bandara. Setelah berterimakasih kepada sopir untuk sarapan yang dibelikannya untuknya, Jiang Yao duduk di mobil yang menuju ke rumah. Setiap cara berpikir Lu Xingzhi melekat padanya, dan dia tidak bisa menahan senyumannya.

Sebelumnya, dia berpikir bahwa Lu Xingzhi dilahirkan dengan karakter yang dingin dan jarang tersenyum. Tetapi dua hari ini memberitahunya bahwa Lu Xingzhi terkadang adalah anak kecil yang suka menempel pada orang. Sekitar pukul sepuluh, Jiang Yao kembali ke rumah dan kembali mengucapkan terima kasih kepada sopir, kemudian kembali ke kamar dengan badannya yang lelah. Pada saat ini, tidak ada seorangpun di rumah. Saat dia memasuki kamarnya yang penuh kekacauan, muka Jiang Yao merah, marah kepada pria yang sedang berada di pesawat. 

Sprei sutra itu benar-benar penuh dengan bekas cinta semalam. Mukanya merah dan dia dengan cepat mengganti spreinya, kemudian meletakkannya di mesin cuci. Dia juga dengan cepat membersihkan kamarnya dan mencuci semua pakaian yang seharusnya dicuci bersama dengan satu set pakaian yang dia ganti setelah mandi tadi malam. 

Lu Xingzhi baru saja kembali untuk tinggal di rumah selama dua hari, tetapi ketika dia pergi, Jiang Yao merasa kamarnya tampak kosong. Dia harus mengakui bahwa waktu baru berlalu lebih dari satu jam, tapi dia sudah mulai merindukan Lu Xingzhi.