Ayah dan ibu Lu selalu mencintai anak-anak. Mereka menyayangi Lu Xiaoxiao sama seperti mereka menyayangi putri mereka, Lu Yuqing. Setelah Lu Xiaoxiao tiba di rumah pamannya, dia disayangi oleh paman dan bibinya, juga ditemani oleh kakak dan adik sepupunya. Mungkin karena inilah Lu Xiaoxiao bertumbuh dewasa dengan sehat dan sama sekali tidak menderita, walaupun tidak hidup dengan orang tua kandungnya sendiri, dan malah bertumbuh menjadi gadis yang aktif dan ceria. Lu Haixing sangat berterima kasih kepada kakak dan kakak iparnya. Oleh karena itu, Lu Haixing selalu murah hati terhadap kakak dan kakak iparnya.
Sekarang, jika ada hal baik yang terjadi di keluarga kakak dan kakak iparnya, mereka akan mengingat Lu Haixing, dan jika Lu Haixing ada hal baik yang terjadi di keluarganya, dia juga tidak akan lupa kepada keluarga kakaknya. Hubungan kedua saudara itu sangat baik sampai orang-orang di kota menjadi iri. Mereka berdua juga merupakan sebuah contoh baik yang sering dibicarakan oleh generasi tua di kota.
Mungkin karena mendengar suara langkah kakinya, Lu Xingzhi memandang kepada Jiang Yao. Kemudian Ayah Lu menatap dan tersenyum pada Jiang Yao berkata, "Apakah besok kalian berdua akan pergi ke pasar? Nanti sore, aku akan menghubungi paman kedua. Jadi pada besok pagi, paman kedua akan menyuruh seorang supir untuk datang ke kota dan mengantar kalian ke pasar. Setelah kembali ke kota, pergilah ke rumah paman keduamu untuk makan malam, dan setelah makan malam, kita baru sama-sama pulang."
Jiang Yao mengangguk. "Saya mengerti." Setiap kali Lu Xingzhi pulang, keduanya pasti akan mencari waktu untuk berkumpul. Tidak peduli seberapa sibuknya Lu Haixing sebagai paman kedua, dia pasti akan menyediakan waktu. "Aku dan ayah masih ada urusan. Kamu pergilah ke atas untuk mandi terlebih dahulu." Lu Xingzhi melihat bahwa Jiang Yao berdiri di sana tanpa melakukan apa-apa, jadi Lu Xingzhi berbisik dan mengangkat tangannya. Dia ingin mendorong Jiang Yao menuju tangga, tapi setelah berpikir, Lu Xingzhi menarik kembali tangannya.
Jiang Yao tidak memperhatikan gerakan Lu Xingzhi dan berkata 'iya.' Dia pamit kepada ayah Lu dan kemudian naik ke atas. Ketika keluarga Lu membangun rumah ini, dia secara khusus mencari ahli feng shui untuk melihat lokasinya, termasuk kamarnya, dan memastikan seluruh bangunan mendapat sinar matahari. Karena itu, di musim panas bahkan jika sudah malam, ketika memasuki ruangan, semua orang masih bisa merasakan angin panas yang bertiup dari luar.
Kamar Jiang Yao dan Lu Xingzhi memiliki kamar mandi dan toilet, jadi dia tidak perlu keluar dari kamar untuk mandi. Setelah mandi dan membersihkan keringatnya. Jiang Yao merasa lebih segar. Ketika bangun di pagi hari, dia masih tidak sempat memperhatikan kamarnya. Saat itu, Lu Xingzhi sudah pulang, dan kemudian semua perhatiannya tertuju pada Lu Xingzhi. Pada saat ini, akhirnya dia punya waktu untuk melihat-lihat kamarnya dan Lu Xingzhi. Sebenarnya kalau dipikirkan, melalui tata letak kamar ini, sudah bisa terlihat pemahaman Lu Xingzhi terhadap kesukaan Jiang Yao.
Sebelum menikah, kamar ini telah direnovasi. Keluarga Lu telah bertanya kepada Jiang Yao tentang hal ini, bahkan meminta Jiang Yao sendiri untuk mendekorasi kamarnya. Tetapi pada saat itu, hatinya penuh dengan perlawanan terhadap pernikahan ini. Keluarga Lu sudah berkata dua kali dan dia juga tidak datang untuk mendekorasi kamarnya, hanya berkata terserah. Kemudian, dia mendengar dari Lu Yuqing bahwa tata letak kamar ini semuanya diatur oleh Lu Xingzhi sendiri, dari hal besar sampai memilih gorden dan furnitur. Hal-hal kecil seperti ornamen kecil di atas meja, juga Lu Xingzhi beli sendiri di kota.
Meskipun tidak dibahas, tetapi setiap detail sangat sesuai dengan kesukaan Jiang Yao. Jiang Yao tidak tahu apa yang dikatakan Lu Xingzhi di lantai bawah bersama ayahnya, tetapi dia jarang berbicara di rumah ini. Ketika dia santai, dia hanya berada di dalam kamar dan membaca buku. Jadi bahkan jika Jiang Yao ingin mendengarkan pembicaraannya, dia juga tidak bisa menemukan alasan untuk turun. Kalau dia langsung turun dan tidak bisa mengikuti topik yang mereka bicarakan, itu juga memalukan.
Sudut dari surat penerimaan yang dia tadi letakkan di laci tampak mencuat. Jiang Yao pun menariknya keluar untuk melihatnya, dan sedikit tersenyum.