Untuk kata-kata Jiang Yao tadi, Lu Xingzhi hanya mendengus dan tidak memberikan jawaban lain. Jiang Yao melirik Lu Xingzhi tanpa daya dan Lu Xingzhi membelakanginya dan membolak-balik beberapa buku ekstrakurikuler yang Jiang Yao letakkan di mejanya. Ada beberapa buku buku ekstrakurikuler yang terkenal di sana. Ada beberapa buku yang dia dapat dari kakak pertamanya. Setelah kakak pertamanya bekerja, dia pergi ke toko buku di kota untuk membelikan buku bimbingan belajar untuk Jiang Yao.
Lu Xingzhi adalah seorang pria dengan badan yang sangat kokoh, dan mungkin itu karena dengan pekerjaannya. Bahkan jika dia hanya berdiri dan membalik-balik buku secara acak. Dia masih berdiri tegak tanpa perasaan malas atau santai. Jiang Yao berdiri di belakangnya, berdiri di sana, dan melihat punggungnya dengan linglung. Dalam pikirannya, yang Jiang Yao pikirkan semuanya tentang Lu Xingzhi.
Jiang Yao pernah dengar Ibu Lu mengatakan bahwa nilai Lu Xingzhi sangat baik ketika dia belajar. Setelah ujian masuk perguruan tinggi, dia berhasil lulus dari Sekolah Militer Kyoto yang dia dambakan dan belajar kursus favoritnya. Setelah lulus, ia secara resmi pergi ke tim tentara dan menjadi seorang tentara sejati.
Ayah dan Ibu Lu pernah mengatakan sejak kecil Lu Xingzhi adalah orang yang secara khusus memiliki pendapat dan rencana. Orang seperti ini sangat baik dan memiliki latar belakang keluarga yang baik. Bagaimana pun Jiang Yao berpikir, kenapa Lu Xingzhi bisa mencintai dia?
Pria yang sama sekali tidak khawatir tentang tidak ada wanita menyukainya. Kenapa dia bisa mengakomodasi Jiang Yao terus dan akhirnya mengikuti dia ke bukit kecil untuk tinggal. Dia jelas adalah seorang pria yang bisa hidup dengan kepala terangkat dengan bangga. Tetapi karena Jiang Yao, Lu Xingzhi melepaskan semuanya. Lu Xingzhi membolak-balik buku Jiang Yao dan melihat jawabannya dengan jelas. Tanpa kecuali, semuanya benar. Seperti Lu Xingzhi mengenalnya, Jiang Yao sangat baik dalam tugas sekolahnya.
Tulisan tangannya mudah dilihat dan cantik. Meskipun halamannya penuh dengan karakter tetapi tidak berantakan untuk dilihat malahan lebih enak dilihat. Dia mungkin adalah jenis murid yang paling disukai guru, bersih dan cerdas. Cuman walaupun Lu Xingzhi melihat buku yang di tangannya, tetapi itu tidak mempengaruhi dia untuk memperhatikan bahwa ada orang di belakangnya yang sedang menatapnya.
Lu Xingzhi berpikir, Jiang Yao melihat ada orang yang menyentuh barangnya tanpa bertanya kepada dia dulu. Apakah dia merasa tidak senang jadi dia menatapnya di belakangnya? Dia berpikir cara Jiang Yao menatapnya pasti sangat menarik. Ketika Lu Xingzhi menoleh untuk melihat cara Jiang Yao menatapnya. Orang yang di belakangnya tiba-tiba memanggilnya dan meneriakkan namanya dengan nama belakangnya.
Lu Xingzhi mendengar suara itu, dia meletakkan buku, kemudian perlahan berbalik badan. Tetapi tidak menduga saat dia baru saja berbalik langsung ada seseorang yang melompat kepadanya dan memeluk dia dengan kedua tangannya. Begitu dia menundukkan kepalanya, hidungnya mencium bau rambutnya. Bau rambut Jiang Yao adalah Bau sampo yang Lu Xingzhi beli. Ini adalah kedua kalinya Jiang Yao memeluknya di hari yang sama.
Lu Xingzhi bukan orang yang bodoh dan bahkan bisa dikatakan merupakan orang yang waspada. Oleh karena itu, ia tidak gagal untuk merasakan ada yang salah dengan Jiang Yao pada hari ini. "Ada apa denganmu hari ini?" Lu Xingzhi menaruh dua tangannya di atas meja dan tidak berani menyentuh orang yang memeluknya itu. Dia tidak tahu apa yang terjadi pada Jiang Yao hari ini. Oleh karena itu, dia terpikirkan sikap Jiang Yao dulu yang tidak suka dengannya. Dia juga tidak melingkarkan tangannya di badan Jiang Yao untuk memeluknya.
Jiang Yao perlahan menggelengkan kepalanya di lengannya dan ketika dia akan berbicara. Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki dari luar pintu yang menuju ke kamarnya. Setelah itu, orang yang datang ke pintu kamar itu melihat mereka berdua sedang berpelukan di dalam ruangan dan terkejut.
"Wah, benar-benar kejutan!" Orang yang datang adalah Jiang Lei. Dia berdiri di depan pintu dan menutupi wajahnya, tetapi tetap menunjukkan sepasang mata. "Aku mendengar ayah dan ibu bilang kalian telah pulang, jadi aku langsung bergegas pulang."