Sialan. Acara sudah dimulai setengah jam lalu. Kenapa Leng Sicheng baru muncul saat ini? Selain itu, wanita yang berdiri di sampingnya, memegang tangannya, adalah pacarnya yang jadi gosip panas—Chen Wenjie, kan?
Pupil kuning Leng Sicheng hanya melihat segerombolan orang yang ingin mendekat padanya. Ia bahkan tidak menerima salam mereka. Ia berbalik, lalu kaki panjangnya membawanya berjalan ke sofa di sisi aula. Tubuh tingginya kemudian tenggelam dalam sofa lembut.
Begitu Leng Sicheng duduk, petugas yang memegang nampan menghampirinya. Leng Sicheng meraih segelas sampanye lalu menyesapnya dengan lembut. Bibir tipisnya pun ternoda oleh warna anggur. Chen Wenjie berbalik untuk duduk di sisinya. Tampak potongan gaun V-neck mengetat di sekitaran dadanya. Senyum cerah mulai terbit di wajah Chen Wenjie, diam-diam menunjukkan hubungan mereka kepada semua orang yang berada di sana. Melihat Leng Sicheng berbalik dan duduk di sofa, orang-orang di aula pun turut berbalik dan bergegas ke sofa.
Mulanya, Gu Qingqing berada di sofa. Namun ketika Leng Sicheng berjalan ke arah sana, dengan segenap kesadarannya, ia mundur dan menundukkan kepala. Ia tidak boleh terlihat atau ditemukan oleh Leng Sicheng. Ia datang ke sini malam ini demi kontrak perusahaan periklanan kecil. Nilainya bahkan hanya 100.000 RMB, tidak bisa dibandingkan dengan jumlah jarinya.
Sejak awal, Leng Sicheng sudah memerintahkan Gu Qingqing untuk tidak bekerja. Bahkan, itu bukan hanya perintah, melainkan larangan keras. Istri Direktur Grup Leng, Presiden Huang Ting Entertainment, tidak boleh pergi ke perusahaan luar dan mempermalukan diri di hadapan orang lain. Leng Sicheng tidak mau kehilangan kendali atas Gu Qingqing.
Gu Qingqing melangkah mundur. Tetapi, orang yang berada di belakangnya ingin menerobos ke depan. Satu orang keluar, kemudian satu orang masuk lagi. Ia tidak tahu siapa yang tidak sengaja mendorongnya. Karena Gu Qingqing tidak berdiri dengan cukup kokoh, ia hampir jatuh di lantai. Panik, ia pun meraih sandaran tangan di tepi sofa. Setelah menstabilkan diri, pergelangan tangan Gu Qingqing tiba-tiba terasa sakit. Jemari yang dingin, dan garis kusut telapak tangan yang familier—ini Leng Sicheng! Lapisan keringat dingin mulai muncul di tengkuk Gu Qingqing.
Sialan. Sudah ketahuan oleh Leng Sicheng, Gu Qingqing merutuk dalam hati.
Leng Sicheng masih terduduk di sofa. Tak ada ekspresi di wajahnya yang tampan dan tak ada gumpalan emosi tampak dari matanya. Leng Sicheng menatap Gu Qingqing seakan ia tidak mengenal dan tidak pernah dekat dengan wanita itu.
Gu Qingqing yang bingung lantas ingin menarik tangannya. Ia berusaha menarik tangannya beberapa kali dengan kencang. Bukannya ia berhasil melepaskan diri, kekuatan cengkeraman itu malah semakin kuat. Seakan-akan, Leng Sicheng berniat menghancurkan tulang-tulangnya.
Semakin Leng Sicheng tak melepaskannya, semakin Gu Qingqing gugup. Bahkan, ia sampai tergagap. "Tangan. Tangan," lirihnya.
Khawatir, Gu Qingqing berusaha sekuat tenaga untuk membebaskan tangannya dari cengkeraman Leng Sicheng. Namun tanpa diduga, Leng Sicheng tiba-tiba melepasnya sekaligus menariknya terlalu kuat. Gu Qingqing mengambil dua langkah mundur hingga terhuyung. Untuk menghindari masalah dan tidak membiarkan orang lain melihat hubungan mereka, ia segera berkata, "Terima kasih, Tuan Leng."
Gu Qingqing tidak tahu, entah ia hanya berimajinasi atau itu benar-benar terjadi. Ketika ia memanggil pria itu Tuan Leng, ia melihat perubahannya. Meski Leng Sicheng tidak menunjukkan perubahan ekspresi sedikit pun, matanya berkontraksi sejenak. Anehnya lagi, aula itu seketika menjadi begitu sunyi. Dalam suasana yang sunyi, Leng Sicheng menatap Gu Qingqing. Mata Leng Sicheng yang dalam seperti sedang mengumpulkan emosi.
"Tuan Leng?" ulang Gu Qingqing.
Meski sambil tertawa ringan, mata Leng Sicheng hampir tak bisa menyembunyikan bayang-bayang gelap. Kata demi kata, ia berujar, "Nona, kamu terlihat familier. Pernahkah kita bertemu?"