Chereads / Pembalasan Gadis Peliharaan / Chapter 4 - Tunggu Apa Lagi, Pria Tampan?

Chapter 4 - Tunggu Apa Lagi, Pria Tampan?

Mu Lingqian mendorong Wen Xiangyang dengan sangat kasar. Punggung dan pinggang Wen Xiangyang masih terasa sakit. Sejujurnya, ia benar-benar takut pada Mu Lingqian.

"Bagaimana jika begini? Jika kau setuju, katakan iya. Tapi jika kau tak setuju, aku akan mencari pria lain. Pria yang dapat bersikap lebih lembut padaku."

Wen Xiangyang mengusap pinggang kecilnya. Ia telah menjelaskan, kalau ia hanya ingin membalas dendam pada ayahnya yang brengsek sehingga ayahnya tidak dapat menggunakannya sebagai alat jual. Terlebih lagi, ia tidak ingin melukai dirinya sendiri untuk pertama kalinya, apalagi hingga menderita.

"Masuk dan mandi."

"Hah?" Wen Xiangyang kira ia sedang berhalusinasi. Ia hanya bisa mengerjapkan mata dan menatap pria di depannya. "Kau berbicara padaku? Kau menyetujuinya?"

Mu Lingqian merasa begitu jijik ketika matanya menyapu wajah Wen Xiangyang. "Kau boleh saja melakukan itu denganku. Tapi sekarang, pergilah mandi yang bersih!" 

Wanita dengan riasan terlalu tebal adalah hal yang paling dibenci Mu Lingqian. Jika bukan karena Wen Xiangyang tidak memakai parfum, atau jika bukan karena ia sudah pernah melihat Wen Xiangyang sebelumnya, gadis itu pasti akan langsung diusir begitu mendekatinya.

"Jika aku sudah selesai mandi, apa kau yakin kau akan melakukannya dengan lembut?"

"Jika tidak, kau bisa pergi."

Nada bicara yang kasar…

Setidaknya, Mu Lingqian sudah menyetujuinya. 

"Terima kasih. Terima kasih banyak, pria tampan. Kau sungguh pria yang baik!"

Wen Xiangyang melepas wig merah di kepalanya. Tanpa memedulikan sifat kasar Mu Lingqian, ia mencoba memasangkan wignya di kepala pria itu. "Pria tampan, kau terlihat cantik juga mengenakan wig ini."

Setelah berkata begitu, Wen Xiangyang menendang tumit Mu Lingqian dengan usil lalu berlari ke kamar mandi sambil tersenyum. Wajah Mu Lingqian kembali muram. Ia mengulurkan tangan untuk melepas wig merah di kepalanya. Melihat bayangan si gadis yang bersenandung di kamar mandi, bibir tipis Mu Lingqian melengkung membentuk sebuah garis.

Wen Xiangyang kini sedang asyik berendam di bak mandi. Ia merasa begitu bangga.

Tunggu sampai nanti dia selesai mandi. Dia akan terbangun dari mabuknya, lalu akal sehatnya akan kembali.

Setelah mengenakan handuk mandi, Wen Xiangyang bersembunyi di kamar mandi. Diam-diam, ia memandang pria yang duduk di depan sofa di luar kamar mandi seperti seorang pencuri. Ia tiba-tiba menjadi begitu tegang. Setelah terlalu lama mandi, ia tidak berani keluar.

Mu Lingqian masih duduk di sofa sambil membolak-balik majalah di tangannya. Namun, setiap gerakan Wen Xiangyang terlihat jelas di sudut matanya. Ia bisa melihat Wen Xiangyang mondar-mandir di kamar mandi. Mulutnya tampak seperti berkomat-kamit. Wen Xiangyang terlihat tak takut sama sekali. Tapi, ia masih terlihat seperti anak-anak.

Mu Lingqian sepertinya teringat sesuatu. Ia pun bangkit dari sofa, berjalan menuju kamar mandi, dan mengetuk pintunya. Mendengar suara ketukan di pintu kamar mandi, Wen Xiangyang sedikit terkejut. Ia jelas-jelas berada di sini untuk menghabiskan uang demi membeli seorang pria. Mengapa ia harus gugup?

Mengapa?!

"Pria tampan, tunggu sebentar! Bersabarlah! Keluarga Lun akan segera keluar!" seru Wen Xiangyang.

Bukannya membuka pintu, Wen Xiangyang malah mengeratkan handuk yang melilit tubuhnya. Kemudian, ia berjongkok di lantai kamar mandi dan menangis. Wen Xiangyang hendak menghancurkan harga dirinya sendiri. Belum lagi, ia hendak berfoto mesra dengan seorang pria. Ia hendak mengirim foto-foto itu nanti ke ayahnya yang brengsek itu. Sekarang, Wen Xiangyang telah menemukan seorang pria yang sempurna dalam segala aspek. Pria itu telah berjanji untuk bersikap lembut padanya. Tetapi, mengapa sekarang ia malah ketakutan? Mengapa?

Melihat Wen Xiangyang berjongkok di lantai, Mu Muqian tampaknya mengerti perasaan gadis itu. Ia mengeluarkan kartu aksesnya dan membuka pintu kamar mandi dengan sekali bunyi klik. Kemudian, ia berdiri di ambang pintu kamar mandi.