"Kapan?" Mendengar kata-kata Yan Xin, rasa kantuk Wen Xiangyang seketika menghilang. Kini, ia tertarik untuk bertanya lebih lanjut. "Begtu keji…"
Yan Xin sedang memikirkan kata apa yang bisa digunakan untuk menggambarkan kemarahannya. Namun, mendengar kalimat seperti itu dari ujung panggilan membuatnya tertegun. Kemudian, Yan Xin bertanya dengan ragu, "Xiangyang? Kau tidak akan mengirimkan karangan bunga untuk mereka, kan?"
"Tidak. Setelah dijadikan topik pembicaraan orang-orang selama setahun karena ulah mereka, masih haruskah kita bersikap sopan?"
Wen Xiangyang mulai merasa tenang namun sebaliknya, Yan Xin semakin ketakutan. Yan Xin harus tetap memikirkan apa yang harus ia lakukan pada laki-laki brengsek itu. Mereka harus pergi ke pernikahan ini!
"Rabu depan," Yan Xin memberi tahu.
"Baiklah kalau begitu. Aku minum terlalu banyak tadi malam, jadi aku akan tidur dulu."
———
Saat bangun tidur, Wen Xiangyang melihat bahwa langit sudah gelap. Ia ingin pergi ke Muse dan meminta Mu Lingqian mengembalikan ponselnya. Ketika ia berjalan ke pintu, ia menemukan kartu bank yang diberikannya kepada Mu Lingqian masih tergeletak di lantai. Bagaimanapun, meski sekarang sedang kekurangan uang, Wen Xiangyang telah tidur dengan orang lain dan ia seharusnya tidak mengingkari janji. Ia mengambil kartu bank itu, mengemasnya, lalu berangkat.
Setiba Wen Xiangyang di Muse Bar, ia berjalan masuk dan langsung menuju ke lantai tiga. Sayangnya, hari ini tidak berjalan semulus kemarin. Seseorang menghentikannya di tangga. Beberapa penjaga menghadangnya.
"Maaf, lantai atas adalah area VIP. Tolong tunjukkan kartu VIP kami."
"Area VIP?"
Padahal, saat Wen Xianyang semalam pergi ke lantai atas dalam keadaan mabuk, tidak ada yang menghentikannya. Tidak ada juga yang memintanya kartu VIP.
"Baiklah, aku tidak akan naik. Tolong panggilkan pria di poster yang ada di lantai tiga. Aku ada urusan dan ingin bicara dengannya."
"Maaf, jika tidak ada kartu VIP, kami—"
Penjaga yang menghentikan Wen Xiangyang belum selesai bicara saat ia melihat pelayan yang ditemuinya tadi malam. Ia melambaikan tangan dan menyapa pelayan itu. "Hei, kau. Kesinilah sebentar. Aku pelanggan yang datang kemarin. Aku ada urusan dengan pria yang melayaniku kemarin."
Sekilas, pelayan itu mengenali Wen Xiangyang. Riasan wajahnya masih sama dengan kemarin, tapi rambut palsunya telah diganti. Pakaian yang mencolok seperti itu benar-benar pemandangan langka di Muse. Ia tidak mungkin tidak mengenali Wen Xiangyang. Mengingat-ngingat apa yang terjadi semalam, pelayan itu berjalan cepat ke depan Wen Xiangyang. Ia kemudian melambaikan tangan kepada kedua penjaga keamanan dan meminta Wen Xiangyang untuk kembali.
"Tamu ini…"
"Aku mencari pria yang kemarin."
Kemarin Bos datang ke sini untuk mengurus berbagai hal. Apakah hari ini Bos datang ke sini untuk menunggu wanita seperti ini?
Setelah memikirkan kemungkinan itu, pelayan itu segera berkata dengan hormat, "Nona Tamu, harap menunggu. Saya akan membawa Anda."
Wen Xiangyang dibawa ke lantai empat. Pelayan itu membungkuk sopan kepada Wen Xiangyang, memperkenalkan namanya, lalu bergegas kembali turun. Ia tidak mengerti sistem kerja di Muse. Namun, melihat pelayan tadi bersikap sehormat itu, ia merasa bahwa pria yang ia pilih kemarin adalah seorang raja.
Wen Xiangyang mengetuk pintu dan tak butuh waktu lama untuk pintunya segera terbuka. Pria yang muncul di depannya hanya mengenakan jubah mandi dan rambutnya masih basah. Tampaknya, ia baru saja mandi. Wen Xiangyang melihat dada telanjang Mu Lingqian dan teringat akan apa yang terjadi semalam. Ia pun menelan ludah.
Mendapati Wen Xiangyang berdiri di ambang pintu, Mu Lingqian mengerutkan kening. Dengan sedikit ejekan yang tidak dapat dijelaskan dengan nada paling dingin, ia bertanya sarkastik, "Kenapa? Kau belum puas juga tadi malam hingga datang ke sini?"
"Omong kosong. Aku ke sini untuk mengambil kembali ponselku."
Jika bukan karena Wen Xiangyang berniat untuk menghancurkan harga dirinya sebagai balas dendam terhadap ayahnya yang brengsek, ia tidak akan pernah datang ke tempat seperti itu.
"Ditambah lagi, kartu ini. Kau lupa mengambilnya." Wen Xiangyang menyerahkan kartu bank miliknya ke tangan Mu Lingqian. "Ingat, kata sandinya delapan enam kali!"