Chereads / Kembalinya Sang Dewa / Chapter 6 - Daun itu Terbang, tapi Tidak Melukai Orang

Chapter 6 - Daun itu Terbang, tapi Tidak Melukai Orang

Chen Fan tertawa dan berkata dalam hati, "Bagaimana mungkin aku tidak mengerti?"

Zhenwu Xianzong disebut juga organisasi pertama di tingkat Dewa. 

Di organisasi itu mencakup ajaran mengenai teknik paling dasar sampai teknik pedang, dengan kata lain organisasi itu mencakup semua teknik. Kalau begitu, sebagai Dewa Beladiri nomor satu, maka hal apa saja yang yang belum pernah dilihat dan dialami oleh Chen Fan? Dengan itu pula dapat dibaratkan: perempuan yang tengah berdiri di hadapan Chen Fan hanyalah anak kecil yang berusia tiga tahun.

Lebih dari itu, murid tingkat paling rendah Zhenwu Xianzong mempraktikkan "Tiga Puluh Enam Gaya Melepas Tangan" dengan lebih baik alih-alih seperti yang sedang dipraktikkan perempuan itu. Lagipula, teknik itu adalah metode pertempuran fisik yang hanya dilakukan oleh pembantu dan murid Zhenwu Zianzong yang tidak rajin.

Namun demikian, Chen Fan tidak mau berdebat dengan perempuan itu dan tidak mau mengaku pada orang-orang di sekitarnya bahwa dirinya adalah Dewa. Alih-alih bermasalah dengan orang-orang itu, Chen Fan akhirnya memilih untuk meminta maaf.

"Sebenarnya, aku tidak mengerti. Dan alasanku menggelengkan kepala karena aku sedang mengalami sebuah masalah lainnya. Aku minta maaf…"

"Kalau tidak mengerti, jangan seenaknya menggelengkan kepalamu!" perempuan itu melanjutkan ocehannya. Sedangkan, pria tua yang sedang berada di situ juga ikut berkata-kata: "Zhiqing, ke sini! Anak itu sudah minta maaf!"

"Baik, kek," jawab Ziqing. Ia kemudian menatap Chen Fan dengan tajam, berbalik badan dan berjalan ke arah kakeknya. 

Chen Fan menggelengkan kepala seraya bergumam, ini benar-benar kutukan. Kemudian Chen Fan menatap laki-laki tua itu dan langsung menyadari bahwa laki-laki tua itu memiliki kekuatan internal, dan kekuatan internalnya lebih luar biasa dibandingkan dengan perempuan itu.

Dalam hal kuantitas, laki-laki tua itu berada di tingkatan tengah, yang artinya lebih tinggi daripada Chen Fan. Ziqing adalah murid pemula dan, karenanya, belum memiliki fondasi yang kuat. Sederhananya, manusia biasa yang sedang melatih diri untuk melepas kekotoran batin dengan seorang ahli beladiri tidak bisa disamakan, apalagi dibandingkan.

Kuantitas boleh saja hampir sama, bahkan seimbang. Akan tetapi, untuk tingkatan-tingkatan, kuantitas mestilah berbeda. Hal ini sama seperti sebuah tahu; sebesar apapun tahu itu dipotong oleh pisau, tahu itu akan terbelah menjadi dua bagian.

Chen Fan, sebagaimana laki-laki tua itu, bisa saja memukul sepuluh orang dengan satu tangan saja.

Setelah Chen Fan memahami siapa orang-orang yang berada di sekitarnya itu, dia tidak merasa penasaran dan tidak lagi melihat Ziqing yang kembali berlatih. Saat ini, dia mencari sebuah pohon dan kemudian bermeditasi, mulai melatih diri.

Di tengah-tengah udah yang segar, Chen Fan bisa dengan cepat berkonsentrasi melatih diri dengan metode 'Xu Kong Lian Ti Jue'. 

Konsentrasi Chen Fan menarik perhatian laki-laki tua dan Ziqing yang telah datang dari subuh dan berlatih hingga mereka tidak tidur.

Laki-laki tua itu memerhatikan Chen Fan dan mengeluarkan suara penuh ragu, "Hah?"

"Ada apa, kakek?" Tanya Ziqing. 

"Seperti ada yang berbeda…"

Ziqing bingung. Dia melanjutkan latihannya seraya bertanya lagi, "Memangnya apa yang beda, kek?"

"Coba perhatikan keluar-masuk pernapasan anak itu," jawab pria tua itu.

Kalimat kakeknya itu membuat Ziqing tersadar bahwa laki-laki yang mengganggunya tadi, memiliki dada yang tegak, pernapasannya juga sangat baik ketika dia sedang menghirup dan mengeluarkan napas, khususnya dalam alurnya yang tenang, persis seperti alat musik tiup. 

Kemudian ada angin putih yang keluar dari hidungnya, kemudian nafasnya mulai tidak stabil, karena ada 2 ular yang sedang menganggu, kalau tidak cermat melihatnya, tidak kelihatan kedua ekor ular tersebut. 

"Ini adalah?" Tanya Ziqing

"Ini adalah salah satu metode yang kualitasnya tinggi, dan hanya dilakukan oleh para murid di organisasi yang kualitasnya pun juga tinggi. Pernapasan seperti itu hanya bisa dimiliki oleh orang yang memiliki paru-paru besar, yang sekali bernapas bisa bertahan lama di dalam air," laki-laki tua itu memberi penjelasan. 

"Ternyata dalam hidup ini, aku bisa bertemu dengan orang yang kualitasnya tinggi seperti dia, belum lagi usianya yang muda. Benar-benar sulit dipercaya," sambung laki-laki tua itu lagi.

"Huh!"

Perempuan itu terlihat tidak senang. Dia membalas ucapan kakeknya dengan nada dingin, "Hanya dengan memiliki pernapasan yang baik, apa yang harus dibanggakan? 

Sepertinya kakek terlalu memuji anak itu."

"Kamu.... kamu… kamu benar-benar tidak tahu tingginya sebuah langit," jawab laki-laki tua itu seraya menggelengkan kepala. "Orang berkualitas tinggi seperti itu sudah pasti telah berlatih selama puluhan tahun. Kalau dia tidak melakukannya, pasti tidak akan seperti itu. Selama ini, aku hanya mendengar cerita saja tentang keberadaan orang-orang yang kualitasnya tinggi, belum pernah bertemu secara langsung.

Orang seperti itu tidak perlu menggerakkan tangannya untuk menjatuhkanmu, tapi dengan bernapas saja juga dia sudah bisa."

"Apa sungguh hebat, kek?" balas Ziqing yang masih ragu-ragu.

Kemudian Ziqing secara tiba-tiba mengingat satu hal, dan dia membatin: tunggu… orang itu adalah orang yang berkualitas tinggi. Tadi dia sempat menggelengkan kepalanya, dan itu bukan tanda bahwa dia tidak mengerti, melainkan memandang rendah caraku berlatih?

"Baiklah. Kakek mengeluarkan jurus tiupan batin sampai dia tak tahan begitu. Sepertinya aku harus mengetes dia juga nanti," jawab Ziqing. 

"Hais!" sang kakek sedih melihat tingkah cucunya, sehingga dia hanya bisa menghela napasnya.

Bagaimanapun juga, dia tidak mempersiapkan apa-apa, sedangkan anak muda yang berada di depan matanya adalah orang yang memiliki kualitas diri yang sangat tinggi.

Mereka juga tak menunggu lama, sebab kurang lebih tiga puluh menit, anak muda itu telah membuka mulut dan matanya. Mulutnya mengeluarkan angin putih yang terhembus hingga berapa meter ke depan, bahkan sampai meninggalkan jejak di udara, lebih jauh daripada waktu sebelumnya. 

Dengan yakin laki-laki tua itu berkata, "Kualitas diri orang itu benar-benar sangat tinggi."

"Tidak apa-apa. Lagipula, masih ada kakak laki-laki Qi," Ziqing juga terkejut.

Ziqing berbeda dengan kakeknya, ini karena sejak dilahirkan dia telah mendapatkan kasih sayang dari banyak orang, dan juga memiliki latar belakang yang tinggi. Sayangnya, dia belum pernah bertemu dengan seseorang yang kualitasnya begitu tinggi, sehingga tindakannya hari ini seperti anak sapi yang tak takut sedikitpun pada seekor harimau.

Laki-laki muda yang sedari tadi bersandar di mobil telah memerhatikan apa yang terjadi, kemudian dia berjalan mendekati Ziqing dan kakeknya. Laki-laki muda ini memiliki fisik yang bagus, tatapan kedua matanya bagaikan sebuah pisau yang sangat tajam, dan memiliki karakter yang dingin. 

Setelah berlatih, Chen Fan langsung berdiri, tapi hatinya kurang puas dengan hasilnya. Katanya dalam hati: ternyata tanah ini lebih baik daripada tanah lainnya karena bisa membuat kekuatan meningkat dengan lebih cepat. Kalau dibandingkan dengan yang kemarin, meskipun ditambah dengan aroba obat herbal, auranya sangat berbeda sekali.

Chen Fan berbalik arah, dan menyadari bahwa perempuan serta laki-laki tua di dekatnya belum pergi juga, dia malah melihat ke arah mereka.

Melihat Chen Fan sudah selesai berlatih, laki-laki tua itu tersenyum manis dan langsung mengatup kedua tangannya: "Aku tak menyangka bahwa Anda juga berasal dari kelompok beladiri. Ngomong-ngomong, nama saya adalah Weifu, dan saat ini saya memberanikan diri untuk bertanya dari mana Anda berasal, dan siapa nama guru Anda?

"Weifu?"

Nama yang tak asing bagi Chen Fan. Namun, Chen Fan sendiri tak peduli karena lima ratus tahun yang lalu banyak sekali orang yang pernah ia jumpai. Dan rasanya sulit bagi Chen Fan untuk mengingat nama-nama semua orang.

Melihat laki-laki tua itu, Chen Fan merasa masih ada sedikit kesalahpahaman mengenai masalah dirinya dengan cucunya. Kemudian Chen menjawab: "Aku bukan termasuk anggota kelompok bela diri. Aku hanyalah orang biasa yang ingin melepaskan hawa nafsu duniawi." 

Chen melanjutkan kata-kata dalam hati: aku tidak boleh mengatakan pada mereka bahwa diriku ini adalah Dewa. Kalaupun aku bicarakan, mereka pasti tak akan mengerti.

Perihal bumi, Dewa memiliki pandangan yang sama seperti berbagai perkataan yang diutarakan oleh Alkemis, Taois, dan guru surgawi. Dan bukankah mereka itu satu golongan, yaitu sebagai Bhikkhu atau manusia yang ingin melepas hawa nafsu duniawi?

"Bhikkhu? Organisasi apa ya?" Tanya laki-laki tua dengan ragu.

"Sudahlah, kek, jangan terlalu banyak bicara dengan orang itu. Biarkan kali ini aku mengetesnya!" balas Ziqing sambil menatap ke arah Chen Fan lalu mengatakan sesuatu padanya: "Tadi, kutanya mengapa kau menggelengkan kepalamu, dan jawabanmu adalah karena kau sendiri yang tak mengerti. Kau ingin berbohong? Baik… kalau berani mari kita bertarung!"

"Kau mau bertarung denganku?"

Chen Fan merasa sedang ditantang, sebab, bagaimanapun juga, tak ada satupun yang berani menantang Zhenwu Xianzong 'Beixuan Xianzun', tapi kali ini perempuanlah yang sedang menantang dirinya.

"Apakah aku harus menerima tantanganmu hingga membuatmu puas?!"

Bagaimanapun juga, melawan seorang perempuan tidak lain merupakan upaya untuk merendahkan keagungan julukan Beixuan Xianzun yang selama ini melekat pada Chen Fan. Chen Fan sendiri merasa kesulitan menghadapi perempuan itu, "Aku hanya seorang yang ingin melepaskan hawa nafsu duniawi, yang caranya adalah dengan melakukan meditasi pernapasan saja. Kalau kau ingin mengajakku bertarung dalam ilmu bela diri, maka kau salah, karena aku sama sekali tidak mengerti bela diri.

"Hai… tadi kulihat kau memperhatikanku dengan tidak tenang. Tapi sekarang malah berpura-pura menjadi pengecut, apa kau sedang menganggapku sebagai bocah berusia tiga tahun?" ucap Ziqing dengan penuh kemarahan.

"Kawan, mari kita bergandengan tangan… tidak apa-apa. Cucuku memang masih tidak pandai melakukan seni bela diri dan kekuatan batinnya juga belum juga terbentuk. Meski begitu, dia telah memiliki beberapa jurus dari keluarga. Kamu bisa saja menunjukkan kekuatanmu dan mengarahkan kepadanya."

Ucapan laki-laki tua itu tidak sama dengan isi hatinya, sebab dia masih dirudung keraguan. Selain itu dia merasa kecewa, karena setelah mengenalkan siapa namanya, Chen Fan malah tidak mengenalinya. Biasanya, ketika ia bertemu dengan orang lain, dan dia mengenalkan siapa namanya, orang lain itu pasti akan sangat menghargai dirinya.

"Haih."

Melihat Ziqing sudah memasang kuda-kuda dan memasang wajah yang tegas dengan penuh keseriusan, Chen Fan menggelengkan kepalanya dan terpaksa harus memperlihatkan kemampuannya.

"Mulai!"

Bayangan gelap melesat dengan cepat, seperti kilat, menghantam pipi Ziqing hingga dia terlempar ke arah sebuah pohon yang jaraknya lebih dari sepuluh meter.

"Dong!" muncul sebuah suara yang mirip dengan peluru yang masuk ke dalam tubuh manusia. Kemudian, batang pohon bergetar hebat selayaknya batang pohon yang baru saja dibanting oleh seseorang. Daun-daun berguguran, jatuh bertebaran dari ranting.

"Hati-hati!"

Laki-laki tua itu berubah menjadi geram. Ini karena, sebelum ia selesai bicara 'hati-hati', semuanya terasa seperti terlambat.

"Ini adalah?" Ziqing terkejut dan bingung ketika menyadari rambut panjangnya putus dan anting-anting kristalnya sudah tak ada di telinganya. Lalu, dia menyentuh pipinya dan merasakan ada sedikit darah. Setelah itu, dia juga memutar kepalanya untuk melihat daun yang terpaku di atas pohon bersama rambut dan anting-antingnya.

"Daun itu terbang, tapi tidak melukai orang."

Sementara itu, kakek Ziqing merasakan kelegaan karena cucunya tidak mengalami hal buruk. Seketika kakek Ziqing berujar seraya tersenyum pahit: "Ternyata dalam sisa-sisa dari hidupku, aku masih bisa melihat seni bela diri yang benar-benar ajaib. Bukan hanya cucuku, kalaupun aku melawanmu, aku juga pasti akan kalah."

Selesai bicara, kakek itu mengatupkan kembali kedua tangannya dan berkata lagi, "Maaf… aku dan cucuku sudah berbuat gegabah dan tidak sabar di hadapanmu."

Hati laki-laki tua itu sepertinya sedang berubah haluan: sebelumnya ia mengira Chen Fan hanya sebagai orang yang berkualitas tinggi, tapi nyatanya Chen Fan juga adalah seorang ahli seni bela diri. Hanya saja laki-laki tua itu tak tahu siapa guru dari Chen Fan.

Laki-laki tua itu sebenarnya sudah tahu betul siapa Chen Fan hanya dengan melihat satu jurus saja darinya. Bila seseorang telah mampu melakukan apa yang Chen Fan lakukan, orang itu akan menjadi salah satu tokoh terkenal di Organisasi Taishan Beidou.

Kemudian, seperti tak peduli dengan luka-lukanya, Ziqing lari ke arah pohon untuk melihat daun yang diterbangkan ke atas pohon, dan hasilnya, ia kagum pada Chen Fan. Ziqing kemudian mengatakan sesuatu pada Chen Fan: "Kau baru saja memotong rambut dan anting-antingku dan memakunya ke pohon, bagaimana bisa?"

Laki-laki muda yang bersama kelompok laki-laki tua hanya terdiam. Padahal, dia telah lama mengikuti laki-laki tua itu selama bertahun-tahun, tapi hari ini dia sangat amat kagum melihat seni bela diri Chen Fan. 

Jika musuh bertemu seseorang seperti Chen Fan, bukankah sehelai daun atau kartu dapat dengan cepat dapat membunuhnya tanpa mampu menghindarinya?

Sangat menakutkan!

Laki-laki muda pengikut Weifu seketika merasa gelisah.