Chen Fan melihat keluar pintu, dan ada seorang laki-laki muda berbadan kurus yang berdiri di depan pintu. Laki-laki muda itu berampun poni, tapi tampan.
"Silakan masuk," Han Xuezhi menyuruh masuk dengan senyuman manis.
Laki-laki muda itu adalah murid favorit, sebab dia telah memenangkan banyak olimpiade dan mendapat banyak medali. Nantinya, laki-laki muda itu akan didaftarkan pada Universitas Hua Qingyan. Semua orang yang di sekolah menganggap laki-laki muda itu sebagai murid yang berharga. Jadi kalau persoalan telat masuk sekolah, laki-laki muda itu akan mendapatkan maaf dari guru tanpa waktu yang lama.
Pemuda ini membawa tas dan masuk, semua perempuan fokus melihatnya.
Tiba-tiba Jiang Tanqiu berbicara: "Dia tidak hanya tampan, prestasinya juga sangat baik. Tiap kali lomba diadakan, dia pasti akan menjadi juara pertama. Bahkan, medali olimpiade saja bisa ia raih. Di sekolah dia kerapkali membaca buku, sedang di waktu lainnya dia tidak membaca. Satu hari sebelum ujian, yang dia lakukan adalah bermain dota, tapi ketika ujian akan mendapatkan juara Tiga Besar. Benar-benar murid yang pandai.
Terlebih lagi, dia dia adalah salah satu anggota basket. Bahkan, tiap bertanding pemandu sorak kita semuanya terfokus padanya."
Jiang Tanqiu terdiam sebentar, lalu menghela nafas. Tak lama kemudian dia bicara lagi: "Untungnya, dia suka pada Xu Rongfei, kalau tidak pasti banyak perempuan yang bisa dalam pelukkannya."
Chen Fan tertawa. Sedangkan Jiang Tanqiu melihat Chen Fan seraya berkata: "Sepertinya kamu tak percaya pada ucapanku mengenai Si Yingxia, ya?"
Chen Fan membalas, "Benarkah? Aku memang tak melihat ada sesuatu yang spesial dalam dirinya."
Di kehidupan sebelumnya, Si Yingxia adalah anak terkenal, sehingga anak-anak lainnya iri padanya. Namun, kali ini, Chen Fan melihat Si Yingxia tidak berbeda dengan makhluk lainnya, yang lebih penting adalah Jiang Tanqiu.
Di kehidupan sebelumnya, Si Yingxia di kelas 9 ini diiri sama semua pria yang ada di kelasnya, saat itu Si Yingxia memang sangat terkenal. Di kehidupan ini, Chen Fan melihat bahwa Si Yingxia tidak berbeda dengan makhluk lain, sebab Jiang Tanqiu lebih penting.
"Kamu pintar berpura-pura rupanya. Aku sendiri tidak menyukainya, tapi harus kuakui juga bahwa dia benar-benar hebat," ucap Jiang Tanqiu.
Chen Fan tersenyum, dan tidak menjawab.
Jiang Tanqiu sendiri malah melihat Chen Fan sebagai anak yang sombong.
...
Beginilah situasi Chen Fan bersekolah secara resmi.
Chen Fan adalah anak baru yang pindah sekolah. Chen Fan juga anak yang rendah hati, namun teman sekelasnya banyak yang menganggunya. Sedangkan, orang yang bersikap jujur pada Chen Fan hanyalah ketua kelas Chan Wen yang memerintah Chen Fan untuk mengepel lantai, mengangkat barang, dll, ketika waktu piket di kelas.
Murid di SMA Chang Qing Teng bukanlah murid biasa, kelas 3 SMA sepertinya tidak harus belajar sampai jam 11. Keluarga mereka adalah orang-orang yang makmur, pilihan di masa depan untuk anak-anak mereka juga banyak. Kuliah di luar negeri atau kuliah di universitas swasta bagi mereka adalah hal yang biasa. Dengan begitu, anak-anak yang belajar dengan giat tidak terlalu banyak.
Jiang Tanqiu sudah pergi dari awal.
Malam ini, setelah Chen Fan membersihkan kelas, dia berjalan pulang di sepanjang jalan Danau Yangui. Tetapi jalan sampai setengah, tiba-tiba Chen Fan mendengar suara orang yang meminta tolong.
"Ada apa?" Chen Fan bingung.
Setelah mengelupas alang-alang, Chen Fan melihat seorang pria berusia 30/40 tahun mengenakan baju samaran yang usang di lokasi konstruksi dan sedang menutup mulut seorang perempuan. Baju perempuan itu berantakan dan kedua lengannya berjuang mati-matian.
"Lepaskan!" Chen Fan berteriak.
Pria berusia 30/40 tahun itu tidak berpikir panjang bahwa akan ada seseorang yang datang ke tempat itu untuk melepaskan perempuan yang sedang ia bekap.
Chen Fan melempar sebuah batu ke punggung pria tersebut dengan kecepatan seperti sebuah peluru. Dan menendang kuat-kuat laki-laki itu.
"Ah!" Laki-laki tersebut berteriak dan langsung lari.
Chen Fan juga enggan untuk mengejar pria itu.
Tendangan terakhir Chen Fan menggunakan kekuatannya yang asli. Jika orang biasa yang dipukul, dia pasti akan terluka. Jika orang itu tidak pergi ke rumah sakit tepat waktu, mungkin orang tersebut akan langsung mati.
"Apakah Anda tidak baik-baik saja?" tanya Chen Fan.
Dengan memandang perempuan yang diseret-seret ke alang-alang itu dari dekat, dapat diketahui bahwa usianya sekitar 27/28 tahun. Dia sangat cantik, dengan riasan gelap yang menawan di wajahnya. Roknya berwarna merah, dan dia adalah seorang perempuan yang bekerja di klub malam.
''Seorang perempuan berjalan seorang diri di bawah kegelapan malam dengan lembut… pantas saja laki-laki itu ingin memperkosa," Chen Fan membatin.
Perempuan itu sadar, ternyata ada yang menolong dirinya. Sekarang ia juga sudah tenang. Chen Fan menarik lengan perempuan itu agar dia bisa berdiri. Mereka berjalan ke bagian jalan yang diterangi lampu, dan perempuan itu langsung sadar bahwa orang yang menolongnya usianya sangat muda dan juga masih mengenakan seragam sekolah. Kemudian, perempuan itu mulai bicara: "Kalau tidak ada kamu yang menolongku, kemungkinan malam ini aku akan…."
Perempuan itu tak bisa menahan tangisnya.
"Tidak apa-apa, kakak perempuan. Anda jangan dulu berpikir terlalu banyak, situasi sekarang sudah aman," bujuk Chen Fan.
Kedua orang ini berdiri di jalan dan bercakap-cakap sebentar.
Chen Fan mengenalnya. Nama perempuan ini adalah Chen Ying, dan dia bukan perempuan klub malam melainkan seorang pimpinan di sebuah Bar. Dia berdandan agak menor karena tuntutan pekerjaan. Biasanya dia membawa mobilnya seorang diri, tapi malam ini dia telah meminum alkohol sehingga tak berani untuk menyetir mobil dan tak ada taksi yang ia dapatkan. Perempuan ini juga masih hidup sendiri di "Daerah Hupan", yang perjalanan dari tempatnya bekerja ke rumah hanya beberapa menit. Dia akhirnya jalan kaki, namun tak disangka-sangka ada kejadian yang tak diinginkannya.
Saat ini Chen Ying dapat menjadi lebih tenang meski dalam hatinya masih tersisa rasa takut.
Kalau tidak ada salah seorang siswa dari Sekolah Chang Qing Teng, mungkin Chen Ying sudah diperkosa orang. Chen Ying memang membuka sebuah Bar, tapi dia juga tahu betapa pentingnya sebuah harga diri.
Kemudian, perempuan itu mulai penasaran dengan Chen Fan, terlebih lagi dia mendengar bahwa Chen Fan juga tinggal di "Daerah Hupan", ini membuatnya terkejut.
"Kita tinggal di daerah yang sama, dan juga memiliki marga yang sama, Chen, malam ini kamu menolongku. Sepertinya, ini bukan kebetulan," ucap Chen Ying yang merasa bahwa pertemuan dirinya dengan Chen Fan bukan sebuah kebetulan.
Mereka berdua bersama-sama berjalan menuju ke Daerah Hupan, Chen Ying menjadi lebih tenang dan kesadarannya juga telah kembali normal.
"Xiaofan, kamu murid Sekolah Chang Qing Teng, tapi mengapa masih berjalan kaki? Apa sekolah tidak mengantarmu pulang? Mengapa tidak memanggil taksi? Atau paling tidak, mengapa kamu tidak membeli sepeda listrik, kan harganya juga tidak seberapa."
Chen Ying juga memandang Chen Fan dengan seksama, lalu menyimpulkan bahwa penampilan Chen Fan yang biasa-biasa saja adalah penanda bahwa Chen Fan tidak berasal dari keluarga yang tinggi latar belakangnya.
Meski demikian, Chen Ying juga merasa bahwa melihat Chen Fan sama dengan melihat diri sendiri ketika dia tengah bekerja di luar kota.
Sampai di Daerah Hupan, kedua orang ini berpisah, lalu Chen Ying berujar, "Xiaofan, apa kamu sempat berpikir untuk memiliki pekerjaan sampingan?"
"Pekerjaan sampingan?" Chen Fan bingung.
"Iya, Kakak di universitas sana bukan sebuah Bar Coco, dekat dengan sekolahmu. Kalau kamu pulang sekolah langsung kerja di sana selama dua sampai dengan tiga jam. Kakak akan memberimu gaji selayaknya gaji pegawai biasa, satu bulan 3000 berserta komisi lainnya," Chen Ying menawarkan pekerjaan dengan hati-hati, karena dia takut menyakiti hati Chen Fan.
"Begitukah, Kak?" Chen Fan tertawa. Bagaimanapun, dia reinkarnasi dari Dewa Beixuan. Kalau dirinya mau mendapatkan uang maka dengan mudah sekali ia mendapatkannya. Apakah Chen Fan masih mau uang senilai 3000 itu?
Chen Ying sendiri memang orang yang baik hati, sebab tahun 2007 di Kota C, uang gaji sebesar 3000 sudah lumayan banyak, apalagi waktu kerjanya hanya sekitar 2-3 jam saja.
Chen Ying membicarakan satu hal lagi: "Kamu tenang saja. Bar tempat Kakak adalah Bar yang bersih dan aman, jauh berbeda dengan Bar di Daerah CZ. Yang Kakak utamakan dalam membuat Bar ini adalah memberi kesempatan dan tempat bagi para mahasiswa. Di sana tempatnya tenang, tidak bising.
Setelah kejadian ini, kakak takut untuk pulang seorang diri lagi. Nanti setelah bekerja di Bar, kamu bisa, kan, temani kakak pulang. Bagaimana menurutmu?"
Chen Ying merasa ingin menangis.
Chen Fan menggangguk dan juga ingin mencari pengalaman.
"Baik kalau begitu. Terima kasih, ya, Kak."
"Besok jangan lupa datang ke Bar dan mulai kerja, ya. Tempatnya dekat universitas Bar Coco, kalau sudah sampai di sana langsung cari aku saja," balas Chen Ying.