Semua murid disana kecuali Rendra terdiam dan terkejut dengan pernyataan Ady yang mengatakan kalau detektif terhebat di zaman ini yang mereka kenal itu adik dari teman mereka.
"BOHONG...!!!" teriak mereka semua, karna teriakan itu Ady jadi harus menutup telinganya.
"Kalau kalian tidak mau yasudah, aku juga lebih suka dia di rumah" kata Ady meledek. Teman-temannya pun langsung menarik Ady dan memaksanya untuk memanggil adiknya sekarang juga.
"Baik baik, aku akan mencoba menelponnya. tapi kalian semua harus janji, tidak boleh mengatakan pada siapapun, tidak boleh menceritakan kejdian ini pada siapapun, tidak boleh merekam, tidak boleh memotret" kata Ady, mereka semua pun mengiyakan dan Ady mengeluarkan HP baru nya yang di belikan Anna kemarin.
Semua teman temannya yang memperhatikan Ady pun mulai bingung. Karna sejak tadi dia hanya memandangi layar HP itu tanpa melakukan apapun.
"Hei, apa ada yang salah?" tanya Rendra mendekati Ady.
"Eh Ren, ini cara pakainya bagaimana yah?" tanya Ady bingung memberikan HP-nya pada adiknya.
"SIAAAL... KUPIKIR ADA APA!!" teriak Rendra kesal, dan teman-temannya yang ada di sekelilingnya pun ikut menghela napas.
Rendra pun merampas HP itu dan mencari kontak Gama lalu melakukan telpon dan memberikannya ke Ady lagi lalu berjalan pergi dari sana.
"rrrgghht... kenapa aku punya kakak yang pandai tapi sangat terlihat tua" katanya masih kesal sambil berjalan menuju tempat duduknya.
"Jangan marah begitu, aku terbiasa memakai HP yang ada tombolnya, bukan hanya layar seperti ini" kata Ady menempelkan HP-nya ke telinga.
Anak kecil seukuran anak kelas 5 SD yang sedang membersihkan rumah memakai penyedot debu itu pun berhenti setelah mendengar suara dari satu arah. Dia mematikan mesin penyedot debu itu lalu memejamkan matanya dan menajamkan pendengarannya. Dia yang awalnya berada di ruang depan berjalan menyusuri dapur dengan perlahan mengikuti arah suara itu, kali ini dia berjalan keluar dapur dan kembali ke ruang depan dan dia pun berhenti di tempat awal dia mematikan mesin penyedot debu tadi.
Pada akhirnya dia baru menyadari kalau suara itu berasal dari saku celananya dan wajahnya pun berubah sebal karna merasa bodoh.
Dia pun merogoh saku celananya dan menemukan sebuah HP yang dia sendiri tidak ingat kapan dia meletakkannya disana. HP-nya berdering dan ada tulisan 'Ady' disana. Dia bingung harus melakukan apa, tapi setelah melihat ada gambar dengan simbol telpon genggam dengan lingkaran hijau bertulisan geser, dia pun menggesernya lalu meletakannya di telinganya.
Ady yang berada di sebrang sana menunggu Gama menjawab telponnya, lalu dia merasa risih karna teman-temannya menempel padanya.
"Kalian ini sedang apa sih" kata Ady memasang wajah sebal sambil mengusir semua orang, mereka pun tertawa dan berkata penasaran dengan suara Gama yang asli. Karna dulu suara yang di gunakannya itu suara samaran.
Ady pun kembali meletakan HP-nya di telinganya, namun kali ini tidak ada nada tersambung. Hanya diam, tenang, tidak ada suara apapun disana.
"emm.. adik kecil? kau disana?" tanya Ady untuk mengetes dan Gama hanya menjawab 'ya' dengan singkat.
Ady pun menghela napas panjang.
"Kenapa kau tidak mengatakan apapun?" tanya Ady.
"Tapi Ady yang menelpon Gama" katanya bingung dari sebrang sana.
"...."
"Oke cukup, aku tau kau sangat sibuk sekarang. Tapi bisakah kau datang ke sekolahku? aku butuh bantuan mu" kata Ady dan Gama hanya menjawab 'tentu' dengan singkat.
"Kau bersiap lah, aku akan memesankan ojek online untuk mu. Ingat jangan kemana-mana sampai ojek nya datang yah" kata Ady lagi dan sekali lagi Gama pun mengiyakannya lalu Ady pun menutup telponnya.
Setelah menutup telpon itu, Ady langsung berbalik menoleh ke arah Rendra dan Rendra pun memberi kode dengan menunjukan HP miliknya kalau dia sudah memesankan ojek online untuk Gama.
Ady pun berbalik dan melihat teman-temannya menatap padanya penuh harap.
"Baik baik aku tahu, dia akan segera kemari. Lagi pula sebenarnya kalian hanya ingin bertemu dengannya kan" kata Ady menebak, dan semua teman-temannya pun tertawa malu.
Gama yang sedang di rumah pun membereskan alat bersih-bersih miliknya dan melepaskan lalu menggantung celemek yang dia pakai di gantungan baju belakang pintu depan. Dia pun pergi ke kamarnya untuk mengenakan celana hitam bahan panjang dari lemari baju miliknya dan kembali turun lalu dengan kaus berwarna krem yang agak kebesaran, dia juga mengenakan jaket lengan panjang berwarna hitam dan topi pet berwarna hitam serta kacamata min 2 miliknya.
Dia pun keluar dan mengunci pintu, tidak lama sesosok pria yang mengenakan jaket hijau mengendarai motor pun tiba dan memarkirkan motornya di depan Gama lalu bertanya padanya mengenai costumer bernama 'Rendra'. Merasa kalau itu untuk dirinya, Gama pun mengiyakan dan pria itu memberikan helm berwarna hijau pada Gama.
Ady yang menunggu adiknya datang pun keluar kelas dan berdiri di pinggir beranda lantai tiga sekolah itu sambil memandangi anak kelas lain yang mendapatkan jam pelajaran olahraga di lapangan sekarang.
"Enaknya.. bahkan pelajaran olahraga pun tidak ada" pikir Ady menyandarkan dagunya di pinggir pagar.
Angin sejuk yang menghempas pagi itu cukup kencang hingga membuat rambut laki-laki itu sedikit bergoyang, perasaan damai yang tenang inilah yang dia inginkan sejak lama. Perasaan tanpa beban, tanpa pikiran yang terus menerus menghantuinya karna terus menghawatirkan kedua adiknya. Untuk beberapa saat Ady hampir saja tertidur sambil berdiri dan bersandar disana karna sejuknya hembusan angin yang ada, namun perasaan itu hilang dalam sekejap karna Nanda dan Riski datang menghampiri Ady.
"Apa... dia benar-benar akan datang?" tanya Nanda penasaran, Ady hanya mengangguk pelan karna dagunya masih dia sandarkan di tepi tembok itu.
"Berapa lama lagi dia akan sampai?" tanya Riski, laki-laki setinggi Ady ini memang sudah dekat sekali dengan Ady karna selama dua tahun sebelumnya juga mereka sekelas.
"Rendra sudah memesankan ojek online untuk Gama, sebentar lagi juga dia pasti sampai" jawan Ady malas.
"Ojek online? rumah mu menuju ke sekolah kan hanya sekitar 15 menit berjalan kaki" kata Riski heran dan Nanda pun ikut mendengarkan.
"Benar sih.. tapi dia buta arah, meskipun jalanannya hanya lurus, entah kenapa dia bisa saja berbelok tanpa keinginannya sendiri" jelas Ady masih bersandar di pagar.
Riski dan Nanda pun agak terkejut dengan pernyataan itu, rasanya tidak mungkin, orang yang di juluki detektif terhebat era ini tidak tau arah.
"Sungguh mengejutkan, itu kan yang sepele" kata Nanda terkejut.
"Yah mau bagaimana lagi? memang begitu kenyataannya. Sebaiknya kita masuk ke dalam yu, tidak enak kalau terus menerus berada di luar kelas" ajak Ady malas pada kedua temannya ini untuk masuk ke dalam.
Sementara itu, dari ruangan yang berada di dekat tangga lantai tiga seperti gudang tempat bangku-bangku yang sudah tidak bisa di gunakan. Ada seseorang yang memantau mereka bertiga dari balik pintu ruangan tersebut.
"Sesuai rencana bos, mereka benar-benar tidak tau kalau uang itu ada padaku. Di tambah saya sempat mendengar suara ribut, kemungkinan mereka sempat bertengkar tadi" kata Pria yang ada di dalam ruangan itu berbicara mengenakan HT yang di pegangnya.
"Bagus, terus awasi. Terutama anak bernama Ady, kalau dia bersikap tenang, itu artinya bisa jadi dia sudah punya rencana ke depannya" kata suara pria yang ada di sebrang HT itu dengan suara lebih tua.
"Baik bos" jawab pria itu lagi.
Gama yang menaiki ojek online itu pun tiba di depan sekolah Ady dengan wajah yang datar seperti biasanya.