Menelurusi lorong sekolah yang saat ini sedang ramai akan murid, Shidou Amane segera sampai di lorong utama. sesampainya disana, dia segera keluar dan belok ke sisi kiri menuju area halaman belakang sekolah. dalam perjalanannya, Shidou berhenti sejenak untuk kembali membeli minuman isotonik di mesin penjual minuman yang sama.
sambil meminumnya sedikit, Shidou kembali berjalan.
"AKU INI 1000X LEBIH BAIK DARI BAJINGAN SEPERTI DIRINYA!"
Ketika dia sudah hampir sampai di halaman belakang sekolah, Shidou mendengar sebuah teriakan amarah dengan sangat jelas. Menyadari bahwa teriakan tersebut berasalah dari Kouki Shigetani, salah satu teman sekelasnya, Shidou terlihat tersenyum lelah sambil berpikir.
'Dasar Ayane, aku yakin suatu saat nanti dia akan menaruhku dalam situasi yang sangat berbahaya.'
Mengingat karakteristik Ayane, hal tersebut mungkin saja terjadi di masa depan nanti. Shidou sendiri sudah berusaha sebisa mungkin untuk menjauh dari Ayane, tapi setiap kali Ayane menyadari akan hal itu. Ayane malah membuat masalah untuknya.
Jika Shidou menjauh dari Ayane, Ayane akan menjadi masalah baginya, tapi jika dia terlalu dekat dengan Ayane, Shidou yakin bahwa dia akan berada di situasi yang sangat sulit nantinya.
Karena itulah selama ini Shidou selalu berusaha untuk menjaga jarak dengannya. Tidak terlalu dekat, tapi juga tidak terlalu jauh.
Ketika sudah sampai, Shidou memutuskan untuk mengintip situasi yang sedang terjadi saat ini, sebelum mengambil keputusan nantinya akankah dia membantu Ayane, atau membiarkan Ayane mengakhirinya dengan caranya sendiri.
Tapi mengingat bahwa Ayane yang membiarkan situasi ini terjadi, Shidou yakin bahwa Ayane tidak akan memerlukan bantuannya.
Shidou kemudian mendengar suara Ayane yang saat ini dilihatnya sedang berhadapan dengan Kouki.
"Apa hanya itu saja senior Shigetani? Maaf kalau aku sedikit lancang tapi, setelah mendengar semua perkataan senior, rasa hormatku jadi hilang. Tolong jangan berbicara lagi kepadaku. Selamat tinggal."
Setelah mengatakan itu, Ayane langsung pergi meninggalkan Kouki yang saat ini sedang sangat terkejut.
Melihat kesekitarnya, Kouki langsung sadar kembali bahwa saat ini banyak sekali murid perempuan yang sedang menonton. kebanyakan dari mereka sedang mengarahkan kamera handphone mereka kedepan.
"Sial." sambil mengutuk dalam suara kecil, Kouki juga beranjak kaki dari area Halaman Belakang Sekolah, sambil memasang raut wajah yang sangat menyeramkan.
Sementara itu, sekumpulan murid perempuan yang baru saja menyaksikan pernyataan cinta Kouki yang gagal, salah satu dari mereka kemudian berbicara.
"Apa... Kouki-sama benar-benar baru saja mengatakan hal itu...."
"Itu kejam..."
"Apa kalian masih punya salah satu nomer handphone dari pacarnya yang sebelumnya?"
"Aku punya nomor Mirai, tapi aku sudah tidak berhubungan lagi dengannya setelah tahu dia sudah putus."
"Baguslah, tolong berikan nomornya kepadaku. Aku harus tahu apa yang sebenarnya terjadi."
Setelah mendengar semua kata-kata kasar dari Kouki, para murid perempuan menjadi sedikit curiga kepadanya. Kouki adalah seorang murid lelaki idaman banyak wanita, karena itu mereka jadi jatuh hati kepadanya.
Tapi setelah mereka menyaksikan semua ini, mereka jadi merasa sedikit tidak percaya.
Sebelumnya Kouki memiliki banyak mantan kekasih, tapi entah kenapa Kouki selalu putus dari mereka semua setelah berpacaran selama satu bulan. Terlebih lagi, alasan mereka putus selalu berhubungan dengan masalah keluarga dari pihak kekasihnya Kouki. Karena itu, mungkin saja bahwa Kouki adalah...
Ketika mereka berpikir seperti itu, para murid perempuan jadi merinding. Mereka sama sekali tidak dapat membayang apabila hal yang mereka pikirkan, ternyata adalah kenyataan yang sesungguhnya.
===
Melihat Liener yang mengintip dari pojokan dinding, Ayane kemudian memberikan sinyal mata kepada Shidou untuk mengikutinya.
Setelah beberapa saat, Ayane kemudian duduk di bangku yang sama yang mereka berdua gunakan pada jam istirahat sebelumnya.
Shidou kemudian mengikuti dan duduk di sampingnya.
Ayane kemudian berbicara sambil melihat keatas langit yang berwarna biru cerah tanpa adanya awan sama sekali.
"Bajingan itu akan menargetkan mu setelah sekolah selesai. Aku yakin kau sendiri juga sudah dapat memperkirakannya. Tapi mengetahui dirimu, kau pasti dapat mengatasinya."
"Yah, terimakasih kepadamu. Aku bukanlah tipe pria yang takut akan masalah, aku hanya mencoba menjauhi masalah yang dapat aku hindari. Tapi jika masalah itu tetap datang menghampiriku, maka aku akan dengan senang hati mengurusnya."
"Aku mengerti akan hal itu. Jujur, itu merupakan hak mu untuk sedikit kesal denganku. Tapi mengingat bahwa kau berhutang satu padaku, jadi anggap saja sekarang kita impas." kata Ayane sambil sedikit tertawa.
"Aku tahu, dan aku berterimakasih akan hal itu, bahkan sampai beberapa jam yang lalu."
Biasanya, Shidou selalu berusaha untuk menghindari berhutang budi kepada seseorang. Dia selalu berusaha untuk membalas semua kebaikan orang-orang secepat yang dia bisa, agar dia tidak merasa tidak enak. Tapi pada beberapa situasi yang sangat serius, terkadang Shidou merasa sangat kesulitan untuk membalas kebaikan mereka.
Situasi semacam itulah yang terjadi diantara Ayane dan Shidou.
"Kau sebaiknya menahan dirimu jika beberapa dari mereka, cukup bodoh untuk menargetkanmu." kata Shidou mengingatkan Ayane.
"Maaf saja tapi, jika mereka melakukannya, aku bukanlah orang yang memberikan belas kasih kepada musuh-musuhku."
Mendengar penolakan tegas dari Ayane, Shidou tahu bahwa dia tidak dapat mengubah pikirannya. Shidou hanya berdoa agar mereka yang menargeti Ayane, setidaknya hanya akan tinggal di rumah sakit untuk beberapa hari saja.
"Setidaknya jangan buat mereka sampai..."
Ketika Shidou ingin berbicara, tiba-tiba saja dia merasakan sesuatu yang aneh di sekitarnya. Dia tidak dapat mengungkapkan dalam kata yang pas, karena dia tahu betul perasaan ini bukanlah sesuatu yang biasanya dia rasakan.
Shidou kemudian berdiri dan melihat ke sekelilingnya. Ayane, yang melihat Shidou bertingkah aneh, merasa sedikit curiga tapi dia kemudian mengikuti Shidou untuk berdiri.
Mereka berdua saling melihat ke sekeliling mereka. Setelah menemukan tidak ada yang aneh akan sekitar mereka, Ayane kemudian berbalik ke arah Shidou untuk bertanya.
Tapi dia kemudian segera membatalkan pemikiran tersebut ketika dia melihat wajah Shidou yang terlihat sangat pucat.
Ayane tahu bahwa Shidou lebih peka terhadap apa yang sedang terjadi di sekelilingnya, karena itu Ayane sekali lagi memutuskan untuk lebih melihat ke sekelilingnya secara detil.
Tapi setelah beberapa saat, Ayane masih juga tidak menemukan sesuatu yang aneh.
Pada saat ini, dia mendengar suara Shidou yang terdengar seperti sedang ketakutan.
"Perasaan apa ini...? Rasanya seperti dunia sedang menjerit kesakitan... Apa yang sebenarnya sedang terjadi?"
"Sial!"
Melihat Shidou yang langsung berlari menuju tangga ke atap sekolah, Ayane memutuskan untuk mengikuti Shidou dengan cepat.
"Camus! Apa yang kau lihat!"
Dalam perjalanannya menuju atap sekolah, Shidou kemudian ingat dengan tingkah aneh Camus sebelumnya. Camus adalah makhluk yang berasal dari alam astral, karena itu dia dapat melihat dan merasakan lebih banyak hal dari pada Shidou.
Karena itu saat ini dia benar-benar yakin bahwa Camus setidaknya tahu perasaan aneh apa yang saat ini Shidou sedang rasakan.
'Apa yang dia lihat ketika dia melihat ke arah kota?' pikirnya.
Dengan pemikiran seperti itu, Shidou juga memutuskan untuk mempercepat langkah kaki nya menuju atap sekolah. Karena dari sana, dia dapat melihat ke arah Kota Akita lebih jelas.
Dibelakangnya, Ayane yang mendengar Shidou meneriakan sesuatu, saat ini sedang berpikir keras akan nama yang baru saja Shidou sebutkan.
'Camus lagi? Shidou sebenarnya siapa Camus? Kenapa setiap kali kau bertingkah aneh, kau selalu meneriakan namanya?'
Selama Ayane mengenal Shidou, Ayane sangat jarang mendengar nama Camus, tapi. Ketika dia mendengar namanya, biasanya itu ketika Shidou bertingkah aneh seperti saat ini.
Ayane selalu mengingat setiap situasi ketika Shidou meneriakan nama itu, dan biasanya setiap kali itu terjadi, Shidou segera mengetahui situasi apa yang akan segera terjadi di sekitarnya.
Sesampainya di atap, Shidou dan Ayane segera bergegas ke bagian sisi atap yang melihat ke arah kota Akita.
Dan kemudian, mereka akhirnya melihat sesuatu yang aneh, yang sedang terjadi di tengah kota Akita.
Disana. Mereka dapat melihat sesuatu yang berwarna kemerah darahan yang memiliki bentuk seperti bola yang sedang mengambang di tengah langit kota Akita.
""Apa itu...?"" kata Shidou dan Ayane dengan raut wajah yang sangat terkejut.
Tentunya, objek tersebut adalah hal yang sangat tidak normal. Terlebih lagi, mereka berdua dapat melihat bahwa objek tersebut semakin mengembang setiap detiknya.
Ketika mereka melihat bola kemerahan tersebut, besarnya seperti sebuah matahari yang setiap hari mereka lihat dari bumi. Tapi saat ini, bola kemerahan tersebut setidaknya lebih besar dari pada 5 lapangan sepakbola. Dan buruknya, bola kemerahan tersebut tidak memiliki tanda-tanda untuk berhenti mengembang.
Dari sana, mereka juga dapat melihat kekacauan yang sedang terjadi di tengah-tengah kota.
Mereka melihat banyaknya helikopter yang mendekat ke arah bola kemerahan tersebut. Dari kejauhan mereka langsung paham bahwa kebanyakan helikopter tersebut, berasal dari stasiun televisi yang berusaha untuk mendapatkan informasi. Mereka juga dapat melihat beberapa helikopter polisi dan militer yang mencoba untuk menyuruh setiap helikopter lain untuk pergi menjauh dari bola kemerahan.
Sepertinya pemerintahan berusaha untuk mengontrol situasi di kota Akita agar tidak terjadi kekacauan.
Memahami itu, Shidou langsung berpikir bahwa itu adalah hal yang mustahil.
Setelah semua, Shidou yakin setidaknya seluruh jepang dan mungkin dunia, sudah tahu akan hal apa yang sedang terjadi di Akita, karena apa yang stasiun televisi sudah lakukan.
*TINU NINU*
Mendengar suara sirine yang mendekat ke arah mereka. Shidou kemudian memalingkan kepalanya dan segera melihat beberapa mobil polisi mendekat ke arah sekolah AKA. Dibelakang mobil polisi tersebut, Shidou juga melihat sebuah truk angkutan personel militer yang mengikuti dari belakang.
"Sialan..." kutuk Shidou.
Shidou paham bahwa militer adalah suatu kekuatan negara untuk bertahan dari serangan pihak asing yang mengancam kedaulatan mereka.
Karena itu Shidou saat ini menjadi semakin gelisah. Dia paham bahwa ketika pemerintah sudah menggerakan militer, itu berarti situasinya sudah menjadi sangat buruk dan hampir tidak dapat terkendali.
"Shidou... Ada sesuatu yang keluar dari sana..."
Ketika Shidou masih fokus kepada sekumpulan mobil polisi dan militer yang mendekat kearah sekolah mereka, dia kemudian mendengar suara Ayane yang terdengar sangat terkejut.
Mengetahui arah yang dia maksud, dia kemudian memalingkan kepalanya untuk sekali lagi melihat objek bola kemerahan tersebut.
Dan kemudian, dia terkejut.
"Apa...itu?"
Mulutnya ternganga ketika Shidou melihat wujud akan sesuatu yang keluar dari bola kemerahan tersebut.
Itu adalah sebuah makhluk yang memiliki badan sebesar pusat perbelanjaan Mall. Dengan leher yang sepanjang 2 mobil limousine, kepala yang runcing dengan banyaknya duri di sekitar kulitnya, serta sepasang bola mata celah yang berwarna kemerehan.
Dalam hati Shidou, dia menjerit kata 'Mustahil' berkali-kali, sambil memastikan bahwa dia sedang tidak bermimpi sekarang.
Seluruh tubuhnya bergemetaran, tanda bahwa dia saat ini sangatlah ketakutan.
Tapi itu adalah hal yang normal ketika seseorang melihat wujud dari makhluk tersebut.
Setelah semua.
Makhluk tersebut.
Adalah Naga.