*SKRAK
Membuka kedua matanya, apa yang dilihat oleh Shidou adalah sebuah kegelapan dengan secercah cahaya matahari yang menyinari dari antara celah-celah batu yang saat ini menimbunnya.
Menggunakan secercah cahaya tersebut, Shidou mulai memperhatikan sekelilingnya.
Saat ini Ayane masih pingsan di dalam pelukannya, hal yang bagus baginya adalah dia tidak menemukan sedikitpun luka pada tubuh Ayane.
Sementara itu di sekeliling mereka, Shidou dapat merasakan sesuatu yang terasa sangat familiar.
Dan kemudian, Shidou melihatnya.
Sebuah ukiran huruf Runes yang mengelilingi ke empat sisi mereka. Itu adalah ukiran Runes untuk perlindungan.
"Runes ya, Camus..."
Menyadari bahwa Camus lah yang mengukir Runes tersebut, Shidou kemudian menyadari suatu hal yang aneh.
Dan hal aneh tersebut adalah. Kekuatan yang saat ini di keluarkan oleh Runes yang terukir. Itu karena normalnya, bahkan empat ukiran Runes perlindungan tidak akan dapat melindungi Shidou dan Ayane dari reruntuhan gedung sekolah. Pada masa lalu, mungkin empat ukiran Runes dapat melakukan itu, tapi pada jaman sekarang? Itu adalah hal yang mustahil.
Karena itulah Shidou merasa sangat aneh.
"Mungkinkah...?" tanya Shidou, sementara dia mengangkat tangan kanan nya keatas dengan maksud untuk memecahkan misteri yang saat ini dia temui.
Jari telunjuk tangan kanannya kemudian terlihat seolah sedang menulis sesuatu di udara. Setelah Shidou selesai menulis, sebuah huruf yang bertuliskan 'ᛈᚢᛊᛃ' kemudian terlihat bersinar dan melayang di tempat dimana Shidou menulis tadi.
"Mustahil..." sambil berguman tidak percaya, mata Shidou terlihat sangat terkejut melihat Runes yang baru saja di tulis olehnya.
Tangan kanannya kemudian terlihat menyentuh Runes tersebut, dan kemudian...
*SSKKRRRKK
Sebuah suara getaran kemudian terdengar dari sekitar Shidou. Suara-suara tersebut terlihat berasal dari puing-puing bangunan yang saat ini sedang bergetar dan membuka tempat dimana Shidou dan Ayane saat ini sedang tertimbun.
"Berhasil..."
Setelah melihat bahwa dia berhasil melakukan sihir Runes dengan kekuatan yang lebih besar dari pada sebelumnya. Berbagai macam skenario secara sekejap langsung berputar di dalam kepalanya.
Bersamaan dengan semua skenario tersebut, berbagai macam pertanyaan serta jawaban juga bermunculan didalam pikiran Shidou.
"Shidou...?"
Mendengar Ayane yang mulai sadarkan diri, Shidou memutuskan untuk menaruh semua hal yang baru saja dipikirkan olehnya ke belakang pikirannya. Saat ini Shidou tahu bahwa dia harus fokus kepada apa yang sedang terjadi di depannya.
"Kau tidak apa-apa?" tanya Shidou kepada Ayane. Sementara dia membantunya untuk berdiri.
"Bahu kiriku terasa sedikit sakit." kata Ayane sambil menunjukkan Bahu kirinya.
Melihat itu, Shidou kemudian berusaha untuk merasakan bahu kiri Ayane dengan tangannya agar dapat mengetahui apakah ada luka dalam di bahu Ayane.
Setelah tidak merasakan apa-apa di bahu kirinya, Shidou merasa bahwa Ayane hanya sedang keram di bahu kirinya.
"Bahu mu tidak apa-apa. Yang lebih penting lagi, kita seharusnya mencari tahu apa yang sedang terjadi."
"Maksudmu naga itu?"
"Iya." kata Shidou sementara dia memasukan tangan kanannya ke kantung celana untuk mengeluarkan handphonenya. "Kita pingsan selama 30 menit. Dan selama 30 menit itu, berbagai macam hal bisa saja terjadi. Sebagai contohnya, kenapa sekolah ini menjadi sepi? kemana para murid pergi?"
Ketika Shidou mengatakan itu, Ayane tiba-tiba saja tersadar akan sekelilingnya, yang kosong akan para murid ataupun guru.
Normalnya, ketika ada gedung yang runtuh, bukankah akan ada kepanikan? Seperti murid-murid yang berteriak histeris atau guru yang mencoba untuk melihat apa yang terjadi?
Tapi tidak. Tidak ada satupun dari hal tersebut yang saat ini terjadi di sekitar Shidou dan Ayane. Terlebih lagi, Shidou merasa bahwa saat ini, hanya dia dan Ayane saja lah yang masih berada di area sekolahan.
"Mungkinkah mereka semua di evakuasi oleh polisi dan militer?" kata Shidou sambil mengingat bahwa sebelumnya, mereka berdua memang melihat kendaraan polisi dan militer yang mendekat ke arah sekolah AKA.
Tapi setelah memikirkannya kembali, Shidou sangat yakin bahwa semua kendaraan tersebut, berada di dalam area lintasan bola hitam yang di keluarkan oleh sang naga.
Karena itu, sangat mustahil bagi semua kendaraan itu untuk selamat. pikir Shidou.
"Lalu apa yang sedang terjadi disini?"
Area sekolah yang sepi, dan kosong akan murid dan guru, perlahan-lahan memberikan kesan menyeramkan bagi Shidou dan Ayane. Dan bukan hanya itu saja, Shidou merasa bahwa mereka juga sedang di awasi dari jarak jauh. Itu adalah sebuah perasaan yang tidak enak.
===
"Kita harus segera pergi dari sini."
Segera setelah aku selesai mengatakan itu kepada Ayane, dari kejauhan, tiba-tiba saja kami mendengar suara lolongan yang sepertinya berasal dari sekelompok serigala.
Ya. lolongan itu tidak salah lagi berasal dari serigala. Tapi itu sangat aneh, karena meskipun sekolah AKA berada di bukit di pinggiran kota Akita, area disekitar sini seharusnya aman dari binatang buas.
Setelah semua, sekolah AKA masih sangat dekat dengan perkotaan. Dan untuk serigala sampai berada di tempat ini, dimana habitat mereka setidaknya berada sekitar 50KM lebih jauh ke arah timur, lebih tepatnya di lembah Dakigaeri.
lalu kenapa serigala tersebut bisa berada di sini? Ahh sialan, sebenarnya selama kami pingsan apa yang sebenarnya terjadi?
Aku tidak tahu mengapa sekelompok serigala bisa berada sangat dekat di kota Akita. Tapi yang jelas, saat ini situasi kami benar-benar sangat bahaya. Hal itu, aku sangat pahami dengan jelas.
Mulai dari kemunculan bola kemerahan itu di tengah-tengah kota. Naga. dan militer.
Aku sangat yakin situasi di sekitar sini sedang sangat kacau. Mungkin saja para murid dan guru sedang bersembunyi di tempat yang aman, karena kemunculan serigala-serigala ini.
Sekelompok serigala sangatlah berbahaya. Terlebih lagi pada situasi yang sekarang, tentu saja kami harus berlari.
*SKRRTT
"LARI!"
Karena itu ketika aku mendengar patahan ranting pohon yang terinjak oleh sekelompok serigala tersebut, aku langsung menarik lengan Ayane dan membawanya berlari.
Berada di area terbuka seperti ini adalah suatu hal yang bodoh. Kami harus segera masuk dan bersembunyi di gedung sekolah. Tapi masalahnya, yang mana? gedung sekolah itu sangat besar. Jika kami bersembunyi disana, kemungkinan besar kami akan ketahuan. Terlebih lagi, kami tidak dapat mengunci semua pintu gedung sekolah dan membarikade diri kami, karena waktunya tidak akan sempat.
Jika kami pergi ke lantai tiga, dan membarikade tangga yang kami lewati, para serigala itu masih bisa dapat naik ke lantai tiga dengan tangga yang lain.
Mengunci diri di dalam kelas? Oh tolonglah, tentunya kaca-kaca jendela ruangan kelas tidak dapat bertahan lama, jika sekelompok serigala menerjang kaca jendela tersebut.
Karena itu harapanku untuk berlindung dari sekelompok serigala ini hanya berada pada sebuah ruangan kecil di belakang gedung olahraga. sebuah ruangan yang berisikan peralatan-peralatan olahraga yang disimpan ketika sedang tidak digunakan.
Disana, setidaknya aku yakin kami akan aman.
"Sh...Shidou!"
Mendengar Ayane yang berteriak dari belakangku, aku secara refleks langsung melihat ke arahnya.
Dan disana, aku melihatnya.
Sosok serigala yang saat ini sedang berlari mengejar kami berdua.
Itu adalah seekor serigala yang memiliki badan sebesar 2 meter, sepasang celah bola mata yang berwarna kemerahan. serta bulu-bulu lebat yang juga berwarna merah layaknya darah. Di kakinya, aku dapat melihat cakar panjang yang sangat runcing. sementara di mulutnya, terdapat dua pasang taring yang panjang.
Aku sangat yakin hanya dengan taring atau cakarnya saja, serigala itu dapat mengoyak-oyak tubuh kami berdua.
Tapi mengingat bahwa hanya satu serigala yang mengejar kami secara terang-terangan, aku perkirakan bahwa kelompoknya yang lain, saat ini sedang berusaha untuk mengepung kami.
"Sial" kataku sambil berlari sekuat tenaga, tapi sambil memastikan bahwa Ayane masih dapat mengikuti. Setelah semua, akan sangat bahaya jika Ayane tiba-tiba saja tersandung dan jatuh.
Belok ke arah kiri, dan terus berlari menuju gedung olahraga, dengan segera aku menemukan tempat yang aku tuju.
Atau setidaknya, apa yang aku lihat adalah puing-puing dari bangunan yang saat ini aku tuju.
Setelah melihat ruangan tempat persiapan olahraga yang telah hancur menjadi puing-puing bangunan, langkah kaki ku mendadak menjadi terhenti.
Aku berhenti berlari bukan karena aku tidak memiliki tujuan lain selain bangunan tersebut, tidak malahan aku masih tahu beberapa tempat lainnya yang setidaknya cukup aman, hanya saja jaraknya yang menjadi masalah.
Tapi aku berhenti karena di sebelah puing-puing bangunan tersebut, atau lebih tepatnya, di pintu masuk menuju gedung olahraga. Disana aku melihat banyak sekali Youkai yang sedang mengerumuni pintu tersebut.
Bahkan Ayane juga terlihat sangat terkejut akan apa yang dilihat olehnya.
Mulai dari Youkai mata satu, Oni, Kuchisake-onna, dan beberapa jenis youkai lainnya. Mereka terlihat sedang menggedor-gedor pintu gedung olahraga.
*AUUUUU
Suara lolongan serigala dari belakang kami kemudian menyadarkan kami berdua, bahwa saat ini, se-ekor serigala masih sedang mengejar kami.
"Shidou!" teriak Ayane.
Ketika aku melihat kebelakang, apa yang menyambutku adalah serigala yang sedang menerjang ke arah kami berdua, sementara mulut dan taringnya terbuka lebar.
MENGHINDAR!
Aku tahu bahwa kami harus menghindar. Tapi sayangnya, kami sangat terlambat. Mustahil bagi kami berdua untuk menghindar tepat waktu.
Ya. Mustahil bagi kami berdua.
Karena itu setidaknya, Ayane...
Ketika aku memikirkan itu, tiba-tiba saja aku mendengar teriakan dari dalam kepalaku. Teriakan itu berkata.
"VENTUM DIS!"