"Ventum Dis!"
Segera setelah aku mengucapkan kalimat tersebut, sebuah hempasan angin yang hebat tiba-tiba saja mengenai serigala yang saat ini sedang menerjang kami dan melemparkan mereka cukup jauh.
Tapi bersamaan dengan itu juga, sekumpulan Youkai yang berada di depan pintu gedung olahraga membalikkan kepala mereka dan menengok ke arah belakang. Atau lebih tepatnya ke arah kami berdua.
Mulut-mulut mereka terlihat tersenyum secara mengerikan ketika mereka melihat kami. Tentunya, di mata mereka kami adalah mangsa yang dapat mereka jangkau karena tidak ada apapun yang menghalangi jarak diantara mereka dengan kami berdua.
"Lari!"
Tentu saja aku juga tahu akan hal itu, karena itu aku langsung menarik Ayane dan kembali berlari. Kali ini tujuan kami adalah kantor kepala sekolah yang berada di lantai 3 gedung sekolah baru. sebagian gedung sekolah lama telah hancur karena bola hitam yang berasal dari naga, karena itu kami tidak dapat berlindung di sana.
Kantor kepala sekolah AKA berada di bagian paling ujung di lantai 3 gedung sekolah baru. Karena letaknya yang berada di ujung, kami jadi tidak perlu takut akan terkepung dari segala arah. Terlebih lagi pintu ruangan tersebut sangat kokoh meskipun terbuat dari kayu, tapi tentu saja itu masih belum cukup. Karena itu sesampainya disana, aku akan membarikade pintunya.
Kami dapat keluar menggunakan tangga rahasia yang menuju ke atap jika situasinya sudah cukup aman.
Lari. Lari. Kami terus berlari. Jika sebelumnya kami berlari karena di kejar oleh serigala, kali ini kami berlari karena di kejar oleh sekumpulan youkai.
Berbagai macam suara mulai dari teriakan histeris, tangisan, serta suara tertawa juga terdengar dari belakang kami. Tentu saja semua suara-suara tersebut berasal dari para youkai yang saat ini sedang mengejar.
Sesampainya di gedung sekolah baru, aku langsung menutup pintu yang baru saja kami lewati. Kami harus bersembunyi, dan untuk itu setidaknya aku harus memperlambat mereka sehingga para youkai itu tidak tahu dimana kami bersembunyi nantinya.
Aku tidak tahu ini akan berhasil atau tidak, tapi mengingat bahwa aku dapat melakukan Runes dan memanggil roh angin untuk membantu menghempaskan serigala tadi, aku memiliki kepercayaan bahwa kali ini juga akan berhasil.
Sambil terus berpikir seperti itu, tangan kananku kemudian memegang bagian kunci dari pintu ini.
"Shidou...?"
Ayane yang melihat bahwa aku sedang melakukan sesuatu kepada pintu masuk gedung sekolah, sedikit bertanya-tanya tapi sepertinya dia memutuskan untuk diam dan percaya kepadaku.
Wajahnya terlihat sangat cemas dan lelah, seragamnya juga terlihat sedikit basah karena keringat.
'Aku tahu Ayane.' kataku dalam hati. 'Tapi jika aku tidak melakukan ini kemungkinan kita selamat akan sangat kecil.'
Dari sini aku dapat melihat sekumpulan youkai yang mulai mendekat. Melihat itu aku segera memulai hal apa yang ingin aku lakukan.
Tangan kananku segera bergerak seolah-olah sedang menulis sesuatu di bagian kunci pintu ini. Apa yang coba aku tulis atau ukir adalah 5 huruf runes 'ᛏᛉᛟᛉᛏ' yang memiliki maksud untuk memberikan perlindungan kepada semua orang yang berada di balik pintu ini. Runes ini hanya akan berlaku kepada manusia, karena aku juga menulisnya dengan maksud seperti itu.
Tentu saja aku melakukan itu karena aku tidak mau kalau nantinya, makhluk atau monster lain yang sedang bersembunyi di dalam gedung ini akan menerima perlindungan dari runes yang aku buat.
Jika hal semacam itu terjadi, dan aku malah akan berhadapan dengan monster semacam itu, bukankah itu sama saja aku menggali kuburanku sendiri?
Segera setelah aku selesai menulis ke lima huruf runes tersebut, sebuah pancaran cahaya terlihat bersinar dari pintu. Bersamaan dengan itu, sebuah kilatan cahaya tiba-tiba saja bersinar dan mengenai kami berdua.
"Sukses!" teriakku penuh semangat.
Disisi lain, aku juga dapat melihat Ayane yang sedikit kebingungan, tapi mungkin karena melihat aku sedang tersenyum gembira, dia jadi tidak khawatir.
"Sebentar, aku perlu menambahkan sesuatu."
Ya, kelima huruf runes tersebut saja aku yakin tidak cukup untuk menahan sekumpulan youkai yang saat ini sedang mengejar kami, karena itu berpikir untuk menambahkan tekhnik sihir lainnya yang dapat saling berkoordinasi dan membantu kelima runes ini.
"Cepatlah." kata Ayane memintaku untuk bergegas. "Para monster itu terlihat semakin menakutkan bagiku."
Melihatnya yang semakin tidak sabaran untuk segera mencari tempat berlindung, aku dengan segera merapalkan mantra sambil menaruh tangan kananku di pintu.
"Deus patrum nostrorum custodi in caelum et protege nos perfugium. Da fortitudinem illis qui auxilio. Et flamma ignis dantis vindictam his qui impius."
Bersamaan dengan selesainya rapalan mantra, cahaya kebiruan kemudian bersinar dengan terang dengan pintu ini sebagai pusatnya.
Apa yang baru saja aku rapal adalah mantra sihir yang aku pelajari dari Camus. Itu adalah mantra sihir 3 kalimat dengan menggunakan bahasa latin. Camus bilang bahwa bahasa latin adalah bahasa yang paling mirip dengan bahasa para roh suci, karena itu kebanyakan mantra sihir yang saat ini dipelajari oleh manusia, setidaknya memiliki bahasa latin sebagai sihir originalnya.
Sementara efek dari mantra tersebut. Yah bisa dibilang bahwa, mantra tersebut akan memberikan kekuatan kepada tempat orang yang berlindung, memperkuat sihir perlindungan yang telah ada, dan menyerang yang jahat dengan sihir yang berasal dari para leluhur orang yang menggunakan mantra tersebut.
"Ayo!" kataku sambil menuju ke arah Ayane, dan kami berdua kembali berlari.
Dibelakang kami, aku dapat melihat para youkai tersebut sudah sampai ke pintu masuk gedung sekolah. Tapi ketika salah satu dari mereka mencoba untuk merusak pintu tersebut, sebuah bayangan berwarna kebiruan tiba-tiba saja terlihat melayang dan menjaga pintu masuk tersebut.
Semakin jauh jarakku dengan pintu gedung sekolah, penglihatanku semakin memudar. Tapi hal yang terakhir aku lihat adalah, bayangan kebiruan tersebut terlihat melancarkan berbagai macam serangan kepada para youkai tersebut.
'Mari berharap bahwa dengan mantra tersebut, para Monster atau Youkai yang berada di luar, tidak dapat masuk kedalam gedung ini.' ucapku dalam hati
Sepanjang perjalanan menuju kantor kepala sekolah, kami berdua melihat berbagai macam keadaan kelas dan lorong yang sedikit hancur.
Mulai dari kaca yang pecah, retakan di dinding, loker yang terlempar rusak, dan beberapa hal lainnya yang dalam keadaan berantakan.
Tenu saja semua barang-barang yang rusak dan berantakan ini adalah hal yang normal dalam situasi sekarang.
Tapi ada hal yang sangat aneh disini.
Pikirkan saja. Jika keadaan yang sangat kacau dengan segala macam benda rusak dan berserakan adalah hal yang normal pada saat ini. Maka, apakah hal aneh tersebut?
Tentu saja jawabannya adalah, darah atau lebih buruk lagi, mayat.
Ya. sejauh kami berlari menuju kantor kepala sekolah, kami berdua sama sekali tidak melihat atau menemukan sedikitpun cipratan darah.
Sekarang, itu adalah hal yang sangat aneh mengingat bahwa situasi yang saat ini sedang terjadi, sangatlah kacau layaknya mimpi buruk yang menjadi kenyataan.
Terdapat 2 skenario yang saat ini sedang terlintas di dalam pikiranku. Yang pertama adalah, semua murid didalam gedung ini berhasil di evakuasi seluruhnya tanpa adanya korban jiwa ataupun luka. Aku tidak tahu siapa yang berhasil melakukan hal tersebut, karena menurutku. Setidaknya memerlukan sekelompok orang yang sangat kuat atau di percaya tinggi oleh para murid, sehingga para murid tidak kebingungan ataupun terlalu tergesa-gesa ketika evakuasi sedang berlangsung.
Tentu saja sekelompok orang yang dapat melakukan hal itu adalah polisi, militer, ataupun para guru.
Sementara skenario yang kedua adalah, terdapat sesuatu yang sangat menakutkan didalam gedung ini dan sesuatu tersebut memburu semua murid yang berada di dalam gedung ini dan memakan mereka semua dengan bersih.
Tapi mengingat bahwa sebelumnya, youkai yang mengejar kami terlihat sedang mencoba untuk menorobos masuk ke dalam gedung olahraga, skenario ini langsung aku coret.
Karena itu menurutku, skenario pertama adalah apa yang sebenarnya terjadi. Dan kemungkinan besar, saat ini mereka semua sedang berada di dalam gedung olahraga.
Setelah beberapa lama kami berlari, dan menaiki tangga menuju lantai ketiga. Akhirnya ruangan kepala sekolah yang saat ini kami tuju mulai terlihat di depan mata kami.
Melihat kedua pintu kayu yang tertutup dengan sangat rapat, kami berdua kemudian berhenti tepat di depan pintu.
Ayane menatapku dengan wajah yang terlihat sangat kelelahan sementara dia sambil menarik nafas sekuat tenaga.
"Shidou..." ucapnya sambil terengah-engah.
"Sebentar, kita tidak tahu apakah didalam ruangan ini terdapat youkai atau monster lainnya. Jika kita langsung membuka pintu ini tanpa persiapan apapun, dan ternyata terdapat monster jelek lainnya yang terperangkap didalam, bukankah sama saja kita mati dengan bodoh?" kataku sambil memikirkan kira-kira teknik sihir apa yang cocok untuk situasiku di saat ini.