Chereads / Suamiku mantan gay / Chapter 28 - Ayaaaah?

Chapter 28 - Ayaaaah?

Pukul setengah tiga sore, Elis sudah siap berpakaian rapi,

mengenakan setelan  kaus oblong berwarna

biru muda, celana jeans Panjang berwara biru gelap dan rambut diikat ekor kuda

tanpa poni.

"Elis, mau kemana kamu, Nak? Jam segini kok sudah rapi

saja?" tanya pak Ranu.

"Elis mau ikut perkumpulan dengan anak-anak karang taruna,

Pak. Mas Yoga masih aktif di sana, tidak?"

"Ya, Masih aktif." Dengan raut sedih dan bingung pak Ranu

menjawab pertanyaan putrinya berdasarkan fakta.

"Ibu di mana, Pak? Elis mau pamit." Gadis itu mengambil

sandal slop tranparan dengan alas berwarna hitam. Sangat cocok sekali dengan

penampilannya, dan kulitnya yang putih bersih.

"Ibu mu sedang pergi ke warung, Lis. Kalau kamu mau pergi,

biar bapak nanti yang izinkan."

"Baik, Pak. Terimakasih, ya Pak?" Gadis itu pun bersalaman

dan mencium punggung tangan kanan pria paruh baya itu, dan dengan langkah

pasti, serta wajah yang berseri-seri pergi meninggalkan rumah menuju

perkumpulan anak-anak karang taruna untuk melepas rindu pada mereka. Terkusus

adalah kekasihnya, Yoga.

"Elis, kamu yakin ma uke sana?" tanya pak Ranu dengan nada

berat dan terkesan menahan. Namun, juga terkesan ambigu.

Gadis itupun menoleh ke belakang melihat bapaknya.

"Iya pak, memangnya kenapa? Apakah ada masalah di sana?

Atau pergantian jadwal? Elis kehilangan kontaknya mas Yoga. Saat mencari di FB

juga sudah tidak ada. Mungkin dia sudah tidak menggunakan sosial media lagi,"

jawab gadis itu.

"Ya sudah, Nak. Kamu hati-hati, ya?" sahut pak Ranu, rasa

cemas dan khawatir tersirat jelas di wajahnya yang kian menua itu.

"Iya, Pak. Jangan lupa sampaikan pada ibu, ya?"

Pak Ranu hanya menjawab dengan beberapa kali anggukan, dan

melihat punggung Elis sampai lenyap dari pandangannya.

Dari pintu belakang, bu halimah memasuki rumah, karena toko

yang ia datangi letaknya memang ada di belakang rumah mereka. Jadi, ia tidak

berpapasan dengan Elis.

"Elis di mana, Pak?" tanya wanita paruh baya itu pada

suaminya.

"Elis pergi ke karang taruna, Bu."

"Kok bapak tidak mencegahnya?"

"Alasan apa yang akan bapak pergunakan, Bu? Buat mengatakan

kebenarannya juga bapak tidak tahu. Bapak tidak sanggup."

Keduanya pun hanya duduk lemas, membayangkan bagaimana

reaksi Elis nanti bertemu dengan Yoga.

***123

Elis mempercepat langkahnya saat memasuki halaman Gedung

balai desa yang biasa digunakan anak-anak karang taruna berkumpul.

"Assalamualaikum!"

"Waalaikumssalam!" Jawab anak-anak dan para pelatih di sana,

sambil menoleh ke sumber suara. Di sana, mereka melihat sosok gadis cantic,

dengan kulit putih membawa bungkusan kresek berisi gorengan.

Sebagian dari mereka ada yang ingat, ada pula yang lupa

dengan Elis. Namun, kebanyakan dari mereka juga pada ragu-ragu, mengingat

penampilan dan fisik Elis yang nampak jauh sangat berbeda.

"Siapa? Elis, ya?" ucap pria tampan dengan postur tinggi

besar dan berkulit kuning langsat.

Elis pun melangkah, mendekati mereka dan memberikan oleh-oleh

berupa makanan ringan dan gorengan yang ia beli ketika melewati pedagang

gorengan di pinggir jalan tadi.

"Iya, Mas. Ini aku, Elis. Kamu apa kabar?" jawab gadis itu

dengan sangat bahagia. Ia tak menyangka akhirnya bisa bertemu juga dengan

kekasihnya yang selama ini selalu ia rindukan.

Tapi, Yoga hanya diam dan terpaku saja melihat Elis di

depannya. Ia yang memang pada dasarnya sudah cantik dan jadi primadona di

kampungnya.

"Mas, Yoga kok diam saja? Kaget, ya? Kamu apa kabar?" tanya

Elis dengan senyumannya yang dulu selalu mapu mengalihkan dunia siapapun yang

melihatnya.

"Kabar aku baik. Gimana kabar kamu?" tanya Yoga dengan lirih

dan serba salah tingkah.

"Ayaaaaah!"