Setelah Yoga pulang dan mendengar teriakan dari bapaknya, Elis pun masuk ke rumah dengan sangat malas. Tanpa melihat ke arah bapaknua yang duduk di ruang tamu bersama ibunya, gadis itu pun langsung menuju kamar dan dan menguncinya dari dalam.
"Kau lihat! Karena kebanyakan membela dan memanjakannya dia jadi anak pembangkang dan tak tahu diri begitu, sopan santun juga tidak punya!" Seru pak Ranu kepada Bu Mirna, istrinya.
Elis merebahkan tubuhnya pada ranjang kamarnya. Diraihnya bantal
untuk menutup telinganganya, dia benar-benar bingung apa yang harus dilakukannya agar bisa terbebas dari perjodohan ini.
Ia berfikir keras, berusaha mencari jalan agar terbebas dari perjodohan ini. Apapun alasannya meski harus beresiko ia akan tanggung sekalipun harus kabur dan kawin lari tidak masalah bagi gadis itu dari pada menikah dengan orang yang jiwanya sakit seperti Doni anak Pak Suto.
"Haaaah, kalau aku ajak kabur mas Yoga dia mau apa tidak, ya?" gumam gadis itu seorang diri.
Elis sudah tidak lagi mendengar suara brisik bapaknya. Hanya suara aktifitas di dapur saja yang ia dengar sementara si bapak ternyata ada di halaman mengelus-ayam jantan kesayangannya itu.
Dengan malas Elis bangkit dari ranjangnya, berjalan menuju dapur berniat membantu sang ibu.
Keduanya sibuk sendiri menyiapkan masakan untuk makan malam tanpa bicara sepatah kata pun.
"Bu, kalau saja bapak tidak punya utang atau bisa melunasi segera utangnya apakah masih ada kemungkinan untuk Elis membatalkan perjodohan gila ini?" tanya Elis pada ibunya saat ia menagkapn bayangan sang bapak yang hendak masuk ke dapur.
Bu Mirna menatap kepada putrinya. Tapi bubirnya tetap terkatup tak mampu berkata apapun.
Dan benar saja, saat itu juga Pak Ranu masuk ke dalam dapur dan turut menyahut pertanyaan putrinya.
"Kalau bapak bisa bayar ya jelas saja sudah bapak bayar dari dulu. Kau berlagak tidak mau sama Doni. Emang kau bisa melunasi duapuluh lima juta?" Pak Ranu memandang ke arah Elis dengan tatapan menghina dan merendahkan.
"Bapak itu bukan gak bisa bayar. Tapi gak niat. Dari dulu kerja habis buat judi bukan memenuhi tanggung jawab sebagai kepala keluarga. Ibuk kerja siang malam uang terkumpul banyai bapak habiskan pula buat judi," cercar Elis tak memberi kesempatan bicara pada sang bapak.
"Plaak!"
Pak Ranu kehabisan akal tak mampu menepis tuduhan putrinya yang nayatanya memang begitu kenyataannya. Akhirnya dia pun menampar Elis.
"Ini lagi, bocah kemarin sore. Sudah cari duit aja kagak bisa, sok sok an mengkritik orang tua. Ini karna kau Bukne, selalu memanjakan anak terus. Jadinya begini, kan? Melawan aja terus!"
"Jawab dulu pak, iya paka tidak kalau Elis bisa membayar perjodohan bisa dibatalkan?" ucap Elis setengah berteriak. Mengabaikan pipinya memerah bekas tamparan.
"Ya kalau memang bisa kenapa aku harus lakukan itu? Emang kau suka bapakmu jadi pukul-pukulan oleh anak buah juragan, hah?"
"Baik, Elis akan berusaha mencari uang itu agar bapak tidak dipukuli dan Elis bisa menikah dengan mas Yoga." Dengan percaya diri Elis berteriak lantang seperti itu kepapa pak Ranu. Tapi, laki-laki itu tetap saja tidak percaya akan kemampuan yang dimiliki putrinya.
"Hah, cari duit di mana? Kamu bisa apa coba? Terus saja bermimpi. Keluarga Yoga aja juga ga bakal bisa bayarin utang bapal ke juragan Suto." Pak Ranu pun berlalu keluar dapur. Entah ke mana. Mungkin i Pergi ke pos kampling bermain kartu sambil berjudi dengan teman-temannya. Sebab, kemarin selain dapat uang tunai lima juta dari calon besannya saat melamar putrinya. Masih ada beberapa gram perhiasan emas tua. Yang jelas harganya akan sangat mahal terlebih, beserta suratnya juga diserahkan.
Malam itu juga dalam hati Elis bertekat untuk terbebas dari jeratan hutang yang membutnya harus di nikahkan dengan Doni. dan agar bapaknya tidak lagi di pukuli.
"Aku punya ijazah dan keahlian di bidang mulitmedia komperter dan soft ware. masa iya tidak bisa menemukan pekerjaan sesuai hobiku? pasti bisa dan harus bisa bagai mana pun caranya." Tekatnya dalam hati.
malam itu Elis mendongak ke atas langit. dipandanginya kelip-kelip bintang yang jarang terkihat serta rembulan yang memancarkan sinarnya. ia pun tersenyum lalu terlelap.