"Ya, agar hubungan kita kedepannya menjadi resmi. Bagaimana? Maukah kau jadi pacarku?" tanya Riyan lagi sambil memberikan sekuntum mawar merah.
"Ya. Aku mau," jawab Decha hampir menangis. Ia masih belum yakin kalau ini nyata.
"Kalau memang kamu mau, terima bunga pemberian dari ku dong." ucap Riyan sambil tersenyum dan mengedipkan sebelah matanya. Mungkin lengannya terasa pegal, sejak tadi terus mengulurkan bunga itu. Tapi, Decha kurang peka. Tidak langsung menerima bunga itu.
"Kau dapatkan dari mana bunga ini? Bukan teman mu kan yang menyediakan nya untukmu?" Decha pun mengambil bunga itu dari tangan Riyan.
"Iya, bukan dari teman. Tapi, tadi di meja kan ada vas. Aku mengambil satu bunganya untukmu," jawab Riyan sambil cengar-cengir dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Dasar!" Decha memukul kening Riyan dengan bunga mawar yang ada di tangannya.
"Kenapa kau tega memukul pacarmu ini, Sayang?" ucap Riyan, sambil menangkap pergelangan tangan kanan Decha.
