Karena hanya makan hotdog satu porsi cacing-cacing penghuni perut Georgina masih berdemo minta diisi, alhasil mau tak mau setelah turun dari bus Gina mencari makanan lagi. Dengan langkah tenang Gina menyusuri jalan di depan pertokoan yang berada tak jauh dari apartemen tempatnya tinggal, dari deretan kedai makanan yang menggugah selera pilihan Gina jatuh pada churros yang aroma wanginya sudah tercium dari jauh.
Beruntung saat Gina sampai di kedai churros pembeli sedang sepi, sehingga Gina bisa langsung dilayani. Tak lama berdiri di depan kedai seporsi churros hangat dengan saus coklat pun sudah Gina nikmati. Gina memakan makanannya dengan lahap sambil duduk di dekat kedai churros yang baru ia datangi, saat akan menggigit churros terakhir tiba-tiba suara keributan terdengar. Secara spontan Gina pun menoleh dan menatap ke arah sebuah restoran kecil yang memiliki bangunan paling mewah diantara yang lain di komplek itu, tak lama suara keributan terdengar tiba-tiba terlihat seorang laki-laki dan perempuan didorong oleh seorang wanita dari dalam kedai dengan cukup keras sehingga membuat mereka berdua terjatuh di tanah tepat di depan restoran.
"Penghianat dan penggoda adalah pasangan yang sangat serasi dan itu adalah kalian berdua, mulai saat ini kalian aku pecat dan tak ku izinkan datang kembali ke restoranku. Lebih baik kalian segera menyingkir dari hadapanku sebelum aku memanggil polisi dan melaporkan tindakan mesum kalian yang baru saja kalian lakukan di dalam restoranku,"pekik seorang wanita muda sambil berkacak pinggang dengan suara meninggi.
Saat Gina sedang menatap wanita itu tiba-tiba seorang wanita paruh baya duduk di samping Gina.
"Akhirnya pemilik restoran itu sadar kalau tunangan nya sudah berselingkuh dengan pekerjanya sendiri,"ucap wanita paruh baya itu pelan seperti mengajak Gina mengobrol.
"Siapa yang berselingkuh?"tanya Gina penasaran.
Wanita paruh baya itu menatap Gina dan menceritakan semua yang terjadi pada pemilik restoran itu selama hampir 3 bulan terakhir ini, saat wanita itu bicara Gina menutup mulutnya. Ia sangat terkejut mendengar perkataan wanita itu.
"Jadi lelaki itu lebih memilih wanita yang baru dikenalnya 3 bulan, ketimbang mempertahankan hubungannya dengan sang pemilik restoran yang sudah dipacarinya selama lebih dari 4 tahun itu?" Gina mengulangi perkataan sang wanita paruh baya yang baru saja bicara padanya itu.
Wanita paruh baya itu langsung menganggukan kepalanya dengan cepat. "Iya, bodoh sekali bukan? Padahal si pemilik restoran itu sangat baik dan jauh lebih anggun dari wanita yang baru bekerja 3 bulan ini, meski…"
"Meski apa?"
"Meski wanita itu seorang janda."
Kedua mata Georgina membeliak, ia merasa sedikit terganggu dengan ucapan wanita paruh baya soal stigma janda. Pasalnya dulu sang ibu juga mendapatkan berbagai sebutan tidak menyenangkan dari orang-orang di sekelilingnya, karena memiliki dirinya tanpa diketahui suaminya. Tanpa bicara Gina tiba-tiba bangun dan langsung berjalan menuju restoran tempat dimana sang pemilik restoran masih berdiri di hadapan kekasih dan pekerjaannya yang berusaha bangun setelah ia dorong.
"Kau akan menyesal karena sudah mempermalukan ku seperti ini, Francia,"hardik sang pria saat baru bangun bersama wanita selingkuhannya.
"Apa? Aku menyesal? Atas dasar apa aku menyesal meninggalkanmu? Kau hanya lelaki yang tak tahu malu, lelaki yang menumpang hidup, lelaki yang tak punya tanggung jawab. Seharusnya sudah sejak dulu aku membuangmu supaya uang uangku tidak terus berkurang karena kau makan,"jawab sang pemilik restoran yang bernama Francia lantang.
"Dasar wanita…"
Ucapan pria itu terhenti seiring tertahan tangannya diudara, pria itu yang berniat melayangkan pukulannya pada kekasihnya yang juga pemilik restoran itu terkejut saat tangannya ditahan oleh seorang gadis kecil yang tiba-tiba muncul diantara mereka.
"Lepaskan, jangan ikut campur kau pelacur kecil!!"hardik pria itu dengan keras pada Georgina yang tengah mencengkram tangannya dengan kuat.
Kemarahan Georgina semakin besar saat ia disebut pelacur kecil, tanpa rasa ragu Gina kemudian menambah kekuatan pada tangannya sehingga pria itu menjerit kesakitan.
"Aaarrggghh fuck... lepaskan tanganku, sakit!!"
Gina menipiskan bibirnya, karena tak mau berlebihan Gina akhirnya melepaskan cengkeramannya dan mendorong pria itu kembali.
Bruk
Dengan suara yang cukup keras pria itu kembali terjatuh, karena kerasnya ia terjatuh alhasil tangannya terlihat mengeluarkan darah.
Melihat kekasihnya kembali terjatuh sang perempuan penggoda itu kemudian menolongnya dan membantunya berdiri, melihat pemandangan itu sang pemilik restoran menjadi semakin murka. Ia pun meraih sebuah vas bunga yang ada di dekatnya dan berniat ingin melukai mantan kekasih dan mantan pegawainya itu, namun gerakannya tertahan oleh Georgina yang langsung merebut vas bunga itu dari tangannya.
"Kau…"
Georgina menatap Francia sang pemilik restoran dengan tatapan tajam. "Jangan kotori tangan anda dengan darah manusia-manusia rendahan ini."
Kedua mata Francia terbeliak mendengar perkataan Gina, meski ia tak mengenal Georgina namun ia merasa senang mendengar perkataan Gina.
"Karena memang dari dulu Tuhan sudah menentukan laki baik-baik hanya untuk wanita baik-baik, begitu juga sebaliknya. Jadi lebih baik anda jangan ladeni mereka berdua, lebih baik anda segera ambil air dan siram tempat ini supaya kesialan dari pasangan ini tak menimpa anda dan bisnis anda,"imbuh Gina kembali dengan suara dingin.
"What? Siram mereka dengan air?"pekik Francia terkejut.
"Iya, untuk buang sial,"jawab Gina tanpa rasa bersalah.
Bersambung