Chereads / The Forgotten Princess. / Chapter 25 - H-1 garden party

Chapter 25 - H-1 garden party

Pilihan Gina menggunakan identitas baru tepat, pasalnya ia langsung diterima bekerja di sebuah perusahaan pengiriman barang. Tanpa mengalami kesulitan Gina berhasil melakukan tugasnya dengan baik di hari pertamanya, menggunakan GPS membuat Gina mudah menemukan alamat tujuannya. Sehingga dalam waktu empat jam semua paket yang harus ia kirimkan sudah sampai di tangan sang pemilik masing-masing, padahal biasanya rekan kerjanya yang lain baru akan kembali ke kantor setelah lima jam berputar-putar di jalan. Yes, Gina menghemat waktu satu jam lebih cepat. Meski dengan resiko ia harus menerima cacian dari teman-temannya yang lain karena dianggap cari muka dihadapan atasan. Selama bekerja Gina harus membuat suara sedikit berat supaya tidak terlalu feminim, meskipun ia harus merasakan sakit di tenggorokan ketika berbicara dengan cara seperti itu tapi Gina harus melakukannya supaya tak ada orang yang meragukan identitasnya sebagai laki-laki.

"Ck, anak baru yang sok cari muka."

"Ada yang pamer rupanya, menggunakan motor mahal untuk menjadi kurir."

"Iya, benar-benar sebuah penghinaan bagi kita semua para kurir yang bekerja dengan motor butut seperti ini."

Beberapa orang kurir nampak menyindir Gina yang sedang mencuci tangannya, mereka semua terkejut saat mengetahui Gabriel nama baru Gina, sang karyawan baru di tempat mereka bekerja sudah menyelesaikan pekerjaannya satu jam lebih awal dari waktu yang ditentukan.

"Gabriel!" Tiba-tiba terdengar suara panggilan dari seorang pria yang berdiri di ambang pintu memanggil Gina yang sedang merapikan sepeda motornya.

Merasa namanya dipanggil Gina pun langsung berlari mendekati sang pria yang baru saja memanggilnya itu.

Belum juga membuka mulutnya, Gina sudah dikejutkan dengan sebuah amplop berwarna putih yang diberikan oleh pria itu kepada dirinya.

"Ini adalah upah kerjamu hari ini,"ucapnya pelan sambil menyodorkan amplop berisi uang kepada Gina.

Gina menatap amplop itu dengan bingung. "Bukankah upahnya adalah setiap satu minggu sekali?"

"Memang, ini adalah uang makanmu hari ini yang biasanya diberikan perhari seperti yang lain,"jawab pria yang bernama Andres itu dengan cepat. "Yang diberikan per minggu adalah gajimu."

"Oh i see, baiklah saya terima uang ini. Terima kasih pak."

Pria bernama Andres itu tersenyum penuh arti pada Gina yang sudah menggunakan identitas barunya, terlihat menakutkan dan tidak normal untuk tatapan seorang laki-laki pada seorang laki-laki. Fix, ada yang salah dengan pria ini.

"Baiklah kalau begitu saya permisi, sampai jumpa besok Andres,"ucap Gina pelan sesaat setelah ia memasukkan upahnya hari ini kedalam saku bajunya.

Andres tak merespon perkataan Gina, hanya sebuah senyuman dan anggukan kecil saja yang ia berikan untuk menjawab perkataan Gina. Semua kurir yang lain pun hanya bisa diam dan menjadi penonton tanpa berani berbicara apa-apa, pasalnya manajer yang bernama Andres itu terkenal sangat keras kepada para kurir yang lain sehingga mereka nampak sangat terkejut ketika melihat pria itu bersikap ramah kepada Gabriel si anak baru yang menggunakan motor mahalnya untuk bekerja sebagai kurir.

Karena merasa urusannya sudah selesai Gina pun segera memacu motornya dan langsung pergi dari tempatnya bekerja untuk pergi ke rumah keluarga ayahnya, Julian Sanders. Besok adalah hari yang sangat penting untuk keluarga itu dan hari ini dipastikan mereka pasti akan sangat sibuk sekali, karena itu Gina memutuskan untuk datang berkunjung. Ia ingin melihat dari kejauhan seperti apa persiapan pesta pertunangan anak tiri dari keluarga Sanders, anak yang tak ada hubungan darah dengan mereka.

Tak butuh waktu lama untuk Gina tiba di kediaman keluarganya, seperti yang sudah Gina duga sebelumnya rumah besar itu kini nampak sangat sibuk dengan banyaknya pekerja yang sedang mendekorasi halaman dua rumah besar itu. Gina tak mengerti dengan konsep pertunangan dalam keluarga kaya, ia merasa apa yang dilakukan oleh keluarga ayahnya itu adalah tindakan pemborosan yang menghambur-hamburkan uang saja. Padahal sebenarnya dengan uang sebanyak itu Gina yakin mereka bisa melakukan hal yang lebih baik seperti memberikan kesejahteraan untuk orang-orang yang tinggal disekitar rumah besar itu atau melakukan amal yang lain, tapi sepertinya apa yang ada dalam pikiran Gina tak seperti yang dipikirkan oleh keluarga ayahnya yang kaya itu.

Saat Gina sedang duduk diatas sepeda motornya menatap ke arah halaman luas yang sedang disulap menjadi area pesta itu tiba-tiba sebuah mobil cukup mewah berhenti tepat di seberang Gina dan muncullah dua orang gadis yang usianya tak jauh beda dari Gina. Selena dan Rose adik-adik tiri Gina, ditangan kedua gadis itu nampak terlihat membawa dua kantong tas belanja dari sebuah brand tas ternama. Meski Gina tak memiliki satu tas itu namun ia tahu kalau merk tas yang dibawa kedua adiknya berharga ratusan ribu dollar. Gina menyipitkan matanya mencoba untuk mendengarkan percakapan kedua adik tirinya itu, meski sebenarnya yang Gina lakukan sia-sia karena mereka terpisah oleh jalan yang cukup besar. Alhasil Gina hanya bisa melihat dan mendengar samar-samar percakapan mereka yang cukup keras ketika berbicara.

"Ck, menyulitkan saja. Kenapa juga Mommy ingin mengadakan acara pertunangan Diego brengsek itu di rumah, kenapa mereka tidak mengadakan pertunangan anak itu di sebuah gedung atau di tempat lain yang tidak akan menyusahkan kita seperti ini,"gerutu Rosa penuh emosi, mengumpat acara sang kakak yang akan diadakan besok malam.

Selena tersenyum. "Itu karena Daddy tak mau acara si anak tiri itu dihadiri banyak orang, apa kau tak sadar, hah?"

Rosa menoleh kearah sang kakak dengan cepat. "Sepertinya kau benar-benar bodoh Selena, justru karena Daddy bangga kepada anak tiri itu makanya dia mengadakan acara pertunangannya dirumah. Bayangkan saja jika acara pertunangan ini dilakukan di hotel atau di gedung atau di tempat lain, tamu-tamu penting Daddy pasti tak punya kesempatan untuk berbicara banyak dengan Daddy. Tapi jika dilakukan dirumah seperti ini maka mereka memiliki waktu yang lebih leluasa untuk berbicara dengan rekan kerjanya, seperti membahas pesta pernikahanmu dengan lelaki tua itu misalnya."

"Rosa...jaga mulutmu!! Yang mau menikah itu siapa, hah!!"hardik Selena dengan keras.

Rosa yang senang sekali menggoda kakaknya langsung menjulurkan lidahnya dan langsung berlari masuk kedalam rumah, melihat adiknya kabur Selena pun langsung mengejarnya dengan membawa dua kantong belanjanya.

Gina menghela nafas panjang ketika melihat kedua adiknya masuk ke dalam rumah, kedua gadis itu sama seperti dirinya yang memiliki rambut brunette yang diwariskan oleh ayahnya mereka Julian Sanders.

"Setelah semua urusanku selesai dengan keluarga ini aku pasti akan bahagia seperti mereka Bu, kau tenang saja di atas sana. Jangan khawatirkan aku,"ucap Gina pelan tanpa sadar saat melihat Vanessa sang ibu tiri terlihat memeluk kedua anak gadisnya, di halaman besar yang sedang didekorasi dengan puluhan lampu hias dan bunga untuk acara pertunangan Diego Alvaro Sanders.

Tak jauh dari tempat Gina berada sebuah mobil berwarna hitam juga bersiap pergi dari tempatnya berhenti saat ini, kaca di bangku belakang nampak naik secara perlahan. Sepertinya penumpang di mobil itu juga baru saja memperhatikan rumah keluarga Sanders sama seperti Gina, mobil hitam dengan plat aneh itu akhirnya pergi terlebih dahulu dari Gina yang baru saja selesai memakai helm yang memiliki warna senada dengan motor.

Bersambung