Axel diam membisu. Dia jelas tidak bisa menjawab ya atau tidak. Ya, karena ini hanyalah sandiriwara. Jika tidak, maka misinya akan gagal.
"Tante, bagaimana kalau kita ke taman belakang saja. Kita perlu bicara berdua. Menunggu Alea sadar juga sepertinya masih lama," jawab pria bertubuh kekar tersebut.
Tanpa banyak bicara Yulita bangkit, dan mengabulkan permintaan Axel. Di sana, suasana yang sepi hening di bawah cahaya remang-remang kembali Yulita menangis terisak, membuat Axel bingung. Ingin memeluk, dia adalah ibu dari pacarnya. Yang ia takutkan, setelah anaknya dia juga akan merayu ibunya. Sebab, di camp dia terkenal sebagai intel playboy dan gombal. Selalu mendekati target dengan pesonanya yang ah, tak usah lah dijelaskan dari pada ikut jatuh cinta padanya.
"Tenang tante. Ceritakan saja masalah keluarga anda. Saya jamin ini tidak akan menyebar dan bocor. Lagi pula, bukankah sudah kepalang basah? Saya melihat Alea dilukai ayahnya sendiri," lirih Axel merasa tidak enak.