Chereads / Cinta seorang gadis psycopath(21+) / Chapter 28 - TERLANJUR NYAMAN

Chapter 28 - TERLANJUR NYAMAN

Menyadari ada seseorang di dalam kamarnya, seketika Axel menghentikan langkahnya dan berdiri tepat di ambang pintu. "Kamu di sini, Wulan?"

Gadis itu berbalik dan bertanya, "Kamu kemana saja? Dari kemarin tidak ada kabar?"

"Maafkan aku," Perlahan-lahan, Axel melangkah dan meletakkan jaket yang ia cangklong di lengannya.

"Boleh aku tinggal di sini untuk beberapa hari?"

"Silakan! Dari pada kamu parno sendirian di rumah." sambil tangannya melempar jacket yang ia kenakan.

"Oh iya, Andrea S sudah menamatkan ceritanya, mungkin bulan depan sudah terbit." Dengan semangat, Wulan berjalan ke meja Max, menganmbil tasnya dan mengeluarkan sebuah laptop berwarna silver.

"Sudah kau baca? Bagai mana endingnya?" tanya pria itu sambil merebahkan tubuhnya di atas kasur.

"Aku ke sini untuk membacanya, sekalian mengedit. Temani aku, ya," Wulan menatap mata Max penuh harap.

"Ok, baiklah!"

Terlihat senyum Wulan nampak merekah dari bibir merahnya. Dengan semangat ia membuka dan menyalakan laptonya. "Ini tolong!" serunya sambil memberikan carger laptopnya kepada Max. Agar, Max menancapkan pada colokan listrik.

Sekitar dua jam, Wulan menyelesaikan tugasnya, kini ia sudah lega, tapi trauma untuk bertemu Alea masih belum hilang. Jadi, Wulan tidak menjenguknya meskipun ia tahu bahwa Alea kecelakaan. Walau tidak tahu pasti dan jelas, kecelakaan yang seperti apa. Dalam benaknya, Alea mengalami kecelakaan lalu lintas. Padahal sebenarnya bukan.

"Andrea S sebelumnya sudah pernah menerbitkan novel, ya?" tanya Axel tanpa mengalihkan pandangannya dari layar sentuh yang ia pegang, seta tak merubah posisinya sedikitpun.

"Iya, kok kamu tahu?"

"Tadi tidak sengaja aku ke rumah temanku dia memiliki novel itu, kalau tidak salah judulnya BROKEN HOME." alisnya naik sebelah, berusaha mengingatnya.

"Oh, iya. Aku membacanya sampe baper ikut nangis," timpal wulan. Sambil menguncir tambutnya.

"Kamu emang mudah baper, baca yang baru ini juga parno an sendiri." Max tertawa mengejek Wulan.

"Bagaimana aku tidak parno, Xel. Kau tidak tahu sendiri, sih..."

Axel hanya mengangkat bahunya dan kembali asik dengan gawaynya.

"Kapan tante Eliz pulang?" tanya Wulan mengalihkan topik pembicaraan.

"Belum ada kabar, kayaknya sih bulan depan."

Wulan mengangguk paham, "Kamu gak ada kerjaan apa buat aku? Yaaah, dari pada nganggur, semua tugasku sudah siap. Ya sekedar isi waktu longgar saja, Max."

"Ada sih di kantor, kebetulan asistenku sedang cuti." Axel memandang Wulan. Mencoba membaca dari gestur tubuh dan wajahnya.

"Ok gapapa, aku bantu kamu sampai dia masuk lagi, Mulai kapan?"

"Sekarang kamu bisa?"

"Ok aku ambil tasku dulu, ya." Wulan berlari menuju kamar tamu. Tak lama kemudian dia sudah kembali dengan membawa tas dan mengenakan blezer, "ayo!" serunya.

"Tapi, apakah kau tidak capek? Kamu baru saja mengedit naskah. Kenapa tidak besok saja?"

"Ya tidak masalah. Karena aki sudah lelah, kamu beri saja aku gaji utuh, jangan setengah hari," jawab Wulan sambil tertawa.

"Ya sudah, ayo! Semua ada di kantor," ucap Max, akhirnya ia menuruti apa maunya Wulan.

*

*

*

Sudah tiga hari Wulan membantu Max di kantornya, kesehatan Alea pun juga berangsur membaik, ini hari pertama untuk Alea kembali bekerja setelah dua minggu off.

"Alea, bagaimana kondisimu?" tanya Max, sedikit terkejut saat mendapati tiba-tiba Alea sudah kembali bekerja. Karena, sebelumnya, dia tidak memberi kabar apapun.

"Sudah, Pak. Sudah lama saya tidak masuk, pasti banyak pekerjaan yang menumpuk, ya?" jawab Alea merasa tidak enak.

"Tidak, aku minta bantuan pada adikku, sudah tiga hari ini dia menggantikanmu sementara. Jadi, tugasmu tidak begitu banyak. Kamu, masuk kerja kok ga kasih tahu aku, sih?"

"Iya, tidak apa-apa. Saya benar-benar sudah baikan, kok Pak." Alea masang akspresi tidak enak, namun Max segera menangkap apa yang Alea pikirkan.

"Dia masih kuliah di USA, karena libur, dia berkunjung ke Indonesia. Nanti ku kenalkan kau dengannya."

"Iya, Pak. Terimakasih." Alea menunnduk, melangkah mendekati menja kerjanya.

"Alea!" Panggil pria itu.

"Iya, Pak?" Seketika gadis itu pun menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang.

"Nanti, pulang biar aku antar kamu saja, ya?"

"Alea hanya tersenyum. Tidak menjawab, tidak pula mengangguk dan mengeleng. Ingin berkata iya, sungkan. Ingin bilang tidak, dia terlanjur merasa nyaman dengan pria itu.