Chereads / Cinta seorang gadis psycopath(21+) / Chapter 12 - PASAR EXPO

Chapter 12 - PASAR EXPO

Sambil menenteng laptop di tangan kanan, Alea berjalan menyusuri koridor. Langkahnya berhenti saat tiba di balkon. Ia berdiri di sana melihat sepasang kekasih ngobrol berdua, Alea terus menatapnya.

"Selamat siang," sebuah ice cream cone berada di hadapannya, Alea menoleh melihat seorang berwajah tampan tersenyum sambil menyodorkan 1 cup ice cream vanila.

"Andra!" Alea mulai tertawa melihat ekspresi Andra yang dibuat seolah cuek ala-ala dirinya.

"Ayo, diterima!" ucapnya datar. Namun sangat otoriter.

"Terimakasih," jawab Alea sambil meraih ice cream tersebut dari tangan pria tampan dengan tinggi 178cm itu. bibir Alea mulai merekah dan melengkung ke atas membentuk sebuah senyuman.

"Nanti kamu lembur tidak? Pulang bareng, yuk! Aku ingin mengajakmu ke expo, ada pameran barang-barang bagus, lo! Pasti kamu suka!" ucap Andra. Sudah kembali menjadi dirinya sendiri. Lagian, siapa yang bisa seperti Alea, banyak diam irit bicara, dan misterius. Walau dia sangat ceria. Tapi, tetap saja, dia seperti memiliki dunianya sendiri. Karena dia tidak pernah terlibat obrolan dengan siapapun. Paling cuma Andra saja yang mengerti banyak tentang Alea, dan yang berani bersikap konyol padanya.

"Baiklah! Aku akan ikut denganmu!" jawab Alea tanpa berbelit-belit.

"Serius? Ah, aku senang sekali mendengarnya Alea. Makasih, ya?" ucap Andra sangat senang dan girang.

"Memang, kapan aku pernah bohong padamu?" Jawab Alea sambil menikmati ice cream pemberian Andra.

"Iya, aku tahu itu. Kau tidak pernah berbohong dan selalu jadi yang terbaik." Tanda diduga, dengan gemas Andra mencium pipi Alea lalu berlari sambil berteriak, "Aku akan memulai bekerja agar bisa selesai lebih awal. Kutunggu kau Alea!"

Gadis itu tersenyum geli sambil geleng-geleng kepala dan bergumam lirih, "Andra dasar! Beraninya kau menciumku? Padahal, aku bangga wajah ini tidak pernah dicium oleh siapapun."

*****

Usai bekerja, Alea menepati janjinya. Ia pergi bersama Andra setelah mengabari Axel kalau dirinya tidak bisa pergi bersamanya.

Sepanjang perjalanan Andra menunjukkan kebahagiaannya dengan bernyanyi lagu-lagu romantis pada Alea.

"Suaramu lumayan," ucap gadis itu dengan tatapan mata lurus ke depan.

"Oh, iya kah? Aku sejak kecil sudah suka bernyanyi," jawab Andra percaya diri.

"Lumayan apa kau, tahu?" Kali ini, Alea menoleh ke arah Andra.

"Lumayan enak, kan?"

"Aku tidak mengatakannya begitu."

"Lalu?"

"Lumayan, bisa hilangin ngantuk."

"Hahaha, kau terlalu gengsi untuk mengakuinya, Alea. Oke kita sudah tiba. Ayo masuk!"

Alea dan Andra berjalan beriringan melihat barang-barang unik.

Ketika Andra dan Alea berhenti di pedagang perhiasan dengan bahan dasar Giok, tiba-tiba saja Alea menjauh.

"Alea! Coba lihat kalung ini! Sepertinya kau sangat cocok dengan ini," ucap Andra dengan girang sambil menunjukkan kalung silver dengan leontin batu giok yang sangat cantik, simpel dan elegan.

Tapi, Alea hanya diam ternyata, dalam pasar expo kembali Alea melihat hal yang benar-benar tidak di inginkan, seorang gadis cantik berkulit putih, bermata lebar yang lama ia kagumi tengah bergelandut mesra kepada sosok pria yang lebih cocok menjadi bapaknya ketimbang kekasih, atau suaminya.

Andra berusaha melihat ke arah mata Alea memandang, lalu memeluk pinggang Alea, "Kamu ingin seperti mereka? Lakukan saja padaku!" ucapnya sambil cengengesan lalu mendekatkan wajahnya di depan wajah Alea.

"Ndra, apa-apaan sih," Alea berusaha tertawa meski hatinya sangat terbakar. "sepertinya aku tidak bisa lama-lama, aku pulang dulu saja, Ndra," ucapnya berlalu begitu saja. Ia sangat kesal saat itu. Tapi, tidak mau menunjukkannya pada teman prianya agar tidak memancing rasa penasarannya. Apapun itu, tidak akan baik jika orang lain tahu.

"Yah, manusia kuburan kaya kamu, mana tahan di tempat ramai seperti ini. Baiklah. Kuantar kamu pulang pokoknya!" ucap Andra dengan otoliter.

"Kamu tidak perlu repot-repot. Sepertinya masih ingin di sini," jawab Alea sungkan.

"Tentu saja tidak. Aku harus bertemu dengan calon mertuaku, dong. Untuk minta izin dan doa restu sebelum mnikahi anaknya." Andra memandang Alea, tersenyum jail dan memainkan kedua alisnya ke atas dan ke bawah.

"Ngaco kamu, ya?" Alea pun terbahak dan tak menolak tawaran Andra.

"Kenapa sih buru-buru pulang?" tanya Andra sambil mengemudikan kendaraannya.

"Mendadak aku ingat ada tugas yang harus dikumpulkan besok pagi," jawab Alea bohong.

"Kamu yakin? Ah, pria bule itu suka menindasmu," jawab Andra kesal.

"Kau terlalu berlebihan. Itu wajar, kan aku asistennya."

"Kau membelanya? Yah, aku punya saingan dong," ucap Andra sambil memelas.

"Saingan?" Alea menatap serius ke arah Andra karena ia benar-benar tidak mengerti apa yang dikatakan Andra. Sebab, dia fokusnya pada dua orang yang dia lihat di pasar expo tadi.

"Ya, aku dan Max sama-sama suka kamu. Sama-sama ingin jadi pacarmu."

"Hahaha! Tidak, tidak. Kau adalah sahabatku, dan pak Max adalah atasanku."

"Terserah, tapi aku yakin, pria yang pertama menciummu selain papamu adalah aku, kan?"

Alea tidak menjawab. Ia memalingkan wajahnya ke arah jendela melihat jalanan ibu kota yang masih nampak sepi.