Acara berlangsung sampai sore hari, namun masih tampak beberapa tamu yang belum pulang. Semua dekorasi sudah mulai dibongkar.
Nadira memperhatikan sekelilingnya mencari sesuatu. Tak lama ia tersenyum melihat sesosok lelaki berjas sedang bercengkrama dengan papanya.
"Ra lo gak ganti baju dulu", tanya Rachel mengagetkan Nadira
"ya udah yuk,,gerah juga gue tetap pake gaun ini", ucap Nadira, lalu mereka berdua masuk ke dalam rumah menuju ke kamar Nadira untuk berganti pakaian
setelah beberapa lama di kamar, Nadira keluar dengan celana jeans hitamnya dipadukan dengan kaos lengan panjang dan sandal rumah.
Nadira turun duluan karna Rachel ingin istirahat sebentar. Saat Nadira keluar dari rumah tampak rumah sudah mulai sepi tinggal ada Rio dan kedua orang tuanya sedang ngobrol dengan papa dan mama Nadira.
Rio yang melihat Nadira baru keluar dari rumah dengan pakaian santainya, langsung menghampiri Nadira.
"udah ganti baju", tanya Rio yang sudah ada dihadapan Nadira
"udah, kamu gak pulang", tanya Nadira
"nanti, aku masih mau ngomong sama papa mama kamu", jelas Rio lalu menarik tangan Nadira menuju tempat orang tuanya dan orang tua Nadira
"ehh Rio ada Nadira juga", ucap mama Nadira, Nadira hanya tersenyum kikuk
"oh ya Nadira, papa lupa kasih tau kamu, Seminggu lagi adalah hari pertunangan kamu dan Rio, untuk kuliah kamu nanti papa akan izinkan langsung", jelas papa Nadira, Nadira hanya bisa tersenyum.
"om saya bawa Nadira nya bentar ya", pamit Rio lalu membawa Nadira ke mobilnya
"mau kemana", tanya Nadira bingung
"pokoknya ikut aja deh", jawab Rio. Mobil Rio melaju meninggal kan rumah Nadira dan berhenti di taman komplek perumahan Nadira
"mau ngapain", tanya Nadira
"ikut aja dulu", ucap Rio lalu turun dari mobil, Rio berlari ke arah samping untuk membukakan pintu mobil untuk Nadira. Nadira yang melihat Rio memperlakukan nya bagai seorang putri hanya bisa tersenyum.
"kita duduk disitu aja dulu yuk", ajak Rio lalu menarik tangan Nadira duduk di salah satu kursi di taman itu.
"mau ngapain sih", tanya Nadira tidak sabar. Lalu Rio mengeluarkan sebuah kotak berwarna merah, lalu dibuka dan ternyata isinya sebuah kalung emas dengan liontin permata berbentuk huruf N, inisial nama Nadira.
"untuk kamu", ucap Rio
"makasih", ucap Nadira lalu Rio memasangkan kalung tersebut di leher Nadira
"cantik", puji Rio, Nadira menunduk sambil tersenyum
"ya sudah, yuk pulang udah mau malem", ucap Rio
****
"aku pulang ya", ucap Rio pada Nadira, Nadira mengangguk
"besok pagi aku akan menjemputmu", ucap Rio lagi
"mau ngapain", tanya Nadira
"jalan sama kamu"
"ok, aku tunggu ya", ucap Nadira lalu Rio mengecup kening Nadira sebelum akhirnya Rio harus pulang.
****
"darimana lo Ra", tanya Rachel saat Nadira baru masuk ke kamarnya
"dari luar tadi", jawab Nadira singkat
"pacar lo udah pulang", tanya Rachel
"hah, pacar, siapa", tanya Nadira balik
"Hadeuh Nadira, trus Rio itu siapa lo", tanya Rachel
"Rio calon tunangan gue", jawab Nadira dengan cueknya, Rachel yang mendengarnya langsung berdiri dari duduknya
"hah,,maksud lo apaan, lo mau tunangan sama Rio", tanya Rachel antusias
"bisa jadi", jawab Nadira masih cuek
"gue nanya serius loh ya, beneran lo mau tunangan sama Rio", tanya Rachel lagi. Nadira hanya tersenyum tanpa mengeluarkan sepatah katapun.
"what?!!??baru juga baikan udah mau tunangan", gumam Rachel tak percaya
"udah ahh, turun yuk, yang lain pada ngumpul di bawah tu", ajak Nadira, Rachel menyetujui. Lalu mereka berdua turun untuk berkumpul bersama di ruang tengah.
"oh ya, papa lupa bilang, minggu depan Nadira akan tunangan", ucap Papa Nadira saat melihat Nadira dan Rachel baru datang
"loh, kok mendadak, sama siapa", tanya Agung
"sama Rio Danika Putra", jawab papa Nadira
"Rio CEO muda itu pemilik Putra group itu", tanya Agung lagi. Papa Nadira mengangguk.
"pah, Rachel izin kuliah ya, mau disini aja sama Nadira", rengek Rachel pada Agung
"iya, nanti papa izinin kalian berdua", ucap Agung ke Nadira dan Rachel.
"oiya kata Rio tadi besok dia mau ngajak kamu keluar", ujar papa Nadira sambil menatap Nadira
"iya pah, tadi Rio juga udah bilang sama Nadira"
"Ra, gue mau ngomong sama lo bentar", ucap Rachel
"di belakang aja", ajak Nadira sambil berdiri menuju halaman belakang rumahnya
"lo mau ngomong apa", tanya Nadira saat mereka berdua sudah duduk di halaman belakang rumahnya
"ini", Rachel memnyodorkan ponsel nya, Nadira terkejut tak percaya dengan apa yang dilihatnya.
Julian berpelukan dengan seorang wanita???Julian selingkuh??? Pikiran Nadira bergemuruh dengan segala prasangka.
"lo dapet ini darimana", tanya Nadira
"gak tau, gue gak kenal nomornya", suara Rachel bergetar menahan tangis. Nadira yang mengerti dengan keadaan sepupu nya langsung menarik Rachel dalam pelukannya.
"lo tenang dulu, coba lo chat Julian", saran Nadira lalu melepaskan pelukannya. Rachel menghapus air matanya dan mengatur nafasnya. Lalu men-Chat Julian.
****
Rachel "Julian"
Julian "selamat malam sayang, ada apa", Rachel mengirim foto yang ia dapat dari namor tak dikenal ke Julian
Rachel "bisa jelaskan tentang ini"
Julian "kamu dapet darimana foto ini"
Belum sempat Rachel membalas chat Julian, Julian sudah melakukan Video Call dengan Rachel. Rachel menerima panggilannya
"kamu dapet darimana foto itu", tanya Julian to the point
"aku cuman butuh penjelasan kamu gak perlu tau darimana aku dapet foto itu", jawab Rachel lalu tersenyum dan beranjak dari duduknya membiarkan Video callnya dan Julian.
"kayaknya lo harus jelasin secara langsung deh ke Rachel", saran Nadira
"gimana caranya", tanya Julian dari sebrang sana
"ya mikirlah, udah dulu ya, gue mau nyusul Rachel", pamit Nadira lalu memutuskan sambungan Video Call secara sepihak.
Sedangkan Rachel, ia masuk kembali ke dalam rumah dan langsung menuju kamar Nadira tanpa menghiraukan panggilan dari keluarganya
"Ra, Rachel kenapa", tanya Agung melihat Nadira yang mengejar Rachel
"gak papa kok om", jawab Nadira
"Chel, tungguin gue dong", ucap Nadira saat sampai di kamar
"yang nyuruh lo ngejar gue siapa", tanya Rachel acuh
"lo kenapa sih, Julian kan nanya lo dapet darimana jawab aja dari nomor gak dikenal apa susahnya sih", sungut Nadira kesal
"gue males ngomong", jawab Rachel. Singkat, padat, dan jelas. Membuat Nadira marah
"lo kenapa sih, gak bisa ngubah sifat lo yang terlalu teguh dengan pendirian lo sendiri. Kan bisa dengerin dulu jangan keras kepala", omel Nadira
"diem lo, gue mau tidur", ujar Rachel yang sudah berbaring di kasur tidak menghiraukan Nadira. Nadira hanya bisa menghela nafas lelah lalu ikut berbaring di samping Rachel.