Elf paruh baya itu kemudian langsung berbicara dengan sangat keras.
"Kalian semua adalah para elf yang telah bertahan untuk menjaga seratus pedang itu selama tujuh hari tujuh malam dari ribuan elf muda lainnya. Itu merupakan sebuah prestasi tersendiri. Karena semua elf muda yang mengikuti kontes sudah memegang pedang masing-masing. Waktunya memulai kontes pedang kerajaan karena semua elf yang menonton juga sudah berkumpul disini."
"Maka saya selaku Raja dari Para Elf akan membacakan aturan-aturannya. Pertama, dilarang menggunakan sihir. Kedua, tidak ada pembicaraan yang terjadi saat bertarung, itu boleh dilakukan ketika pertandingan selesai. Ketiga, tidak diperbolehkan memegang bagian tubuh orang lain. Keempat, hanya pedang yang digunakan untuk menyerang. Kelima, jika satu peserta menyerah maka peserta yang lain harus menghentikan langkahnya. Keenam, dilarang melakukan pembunuhan. Ketujuh, tidak diperbolehkan untuk menggunakan senjata selain pedang. Itu saja, Apakah ada pertanyaan?"
Kemudian bagian dalam arena yang telah ditempati oleh para elf muda yang tampan dan cantik mulai bergema oleh suara mereka. Mereka mulai menjawab secara serempak.
"Tidak ada, Wahai Rajaku"
"Kalau begitu, Mari kita mulai kontes pedang ini. Apakah kalian semua, generasi muda sudah siap?" Tanya seorang raja elf dengan gagah perkasa
"Sudah siap, Wahai Rajaku"
"Kalau begitu, saksikanlah sihir kayuku ini."
Terlihat raja mengendalikan kayu yang telah tumbuh dari arena dan kayu itu membentuk lima puluh arena bertarung yang lebih kecil berbentuk lingkaran. Kemudian diukir di setiap lingkaran sebuah angka yaitu satu sampai lima puluh.
"Masukkan energi sihir kalian ke pedang masing-masing dan kalian semua akan berpindah ke arena bertarung secara acak. Setelah itu pertandingan dimulai dan tidak akan ada yang mengawasi setiap lima puluh pertandingan. Itu untuk melatih kejujuran seorang elf. Tapi kalian semua akan diawasi oleh kami semua yang berada di tribun arena. Kalau begitu kontes pedang kerajaan dimulai!" Tegas sang raja elf sambil mengawasi generasi muda bangsanya.
Kemudian raja elf paruh baya itu bergumam.
"Apakah benar kalau Ramalan Kuno para leluhur itu benar-benar nyata? Kontes ini sudah berjalan selama ratusan tahun. Tapi tidak ada tanda-tanda munculnya ramalan itu. Tapi ide para leluhur juga sangat cerdik. Dengan kontes ini, aku bisa menemukan banyak elf jenius dari status yang rendah. Tapi kenapa pohon suci itu hilang tanpa jejak? Apakah ini sebuah kejatuhan atau kejayaan bagi negeri elf? Aku tidak tahu."
...
Sementara itu.
Norma dengan bingung memegang pedangnya setelah mendengarkan raja elf berbicara. Dari seratus orang yang megegang pedang hanya Norma yang tidak membalas pertanyaan sang raja karena dia masih bingung dengan dirinya sendiri.
Dia kemudian ikut bergumam juga.
"Apakah aku juga bisa menggunakan energi sihir? Aku hanya sebuah pohon. Coba sajalah."
Setelah dia memikirkan gagasan untuk mencoba menggunakan energi sihir. Yang benar saja, ketika dia mencoba merasakan energi sihir di tubuhnya. Yang dia rasakan bukanlah tubuh pohon tanpa energi sihir tapi yang dia rasakan adalah tubuh pohon yang sangat penuh dan memiliki banyak sekali energi sihir yang sangat murni. Itu semua adalah karena pohon suci bukan sebuah pohon biasa.
Pohon ini telah hidup selama ratusan ribu tahun. Usia ini tidak boleh diremehkan bahkan pohon ini telah menyaksikan ribuan generasi elf di negeri ini. Bahkan nama negeri ini diambil dari nama pohon suci ini. Nama negeri ini adalah Rondalian Kingdom. Tapi sayangnya Norma tidak tahu itu. Bahkan nama negeri ini Norma tidak tahu juga. Dia adalah pohon yang penuh ketidaktahuan.
"Jika menggunakan sihir itu seperti ini adalah hal yang mudah. Maka harusnya dari tadi aku sudah mencobanya."
Terjadi dalam sekejap ketika Norma telah selesai dengan mencoba untuk menggunakan energi sihir. Dia telah berpindah ke arena bertarung yang memiliki nomor empat dan yang berada di depannya adalah elf pria muda yang menggunakan pedang yang sama dengan miliknya.
Elf pria ini terlihat sangat percaya diri saat dia mengayunkan pedangnya ke atas dan ke bawah. Kemudian elf pria ini mencoba menebas ke samping kiri dan ke samping kanan. Rupanya dia memang terlihat sangat mahir dalam berpedang.
Tapi itu hanyalah sebuah omong kosong belaka di depan pohon yang telah menyaksikan ribuan tokoh raja yang menggunakan pedang dengan cara yang unik dan Norma bahkan melihat para raja memanah daun jatuh dari pohonnya dengan lihainya seperti seorang penembak jitu.
Bahkan teknik ribuan raja ini memiliki perbedaan yang sangat signifikan. Jika Norma menggunakan dan menggabungkan semua teknik ini dengan pengamatan pohonnya maka dia tidak terkalahkan dalam radius limapuluh meter.
Sementara itu, Norma hanya memegang pedangnya seperti biasa dan dia terlihat sangat bosan karena telah melihat seorang yang rupanya lebih percaya diri darinya. Karena Norma sendiri adalah seorang yang sangat narsis.
Dalam sekejap, Norma langsung menerjang ke arah elf pria itu tanpa ada halangan apupun. Sedangkan elf pria itu juga cepat tanggap dia langsung mencoba menyerang Norma yang menerjang dengan pedangnya.
Tapi Norma telah menyaksikan banyak teknik pedang yang telah diukir di batang pohonnya. Setelah melihat celah dalam serangan elf muda itu. Norma langsung membalikkan keadaan dalam sekejap. Yang semula orang yang diserang adalah Norma sekarang yang diserang adalah elf muda itu.
Akan tetapi elf muda ini memang sangat tangguh dalam berpedang dan dia langsung menangkis serangan Norma dengan teknik mempertahankan dan mencondongkan tubuhnya. Tapi, serangan Norma tidak hanya begitu saja. Norma mulai menusuk-nusuk ke arah elf itu seperti halnya seseorang yang telah menggunakan pedang selama ratusan tahun.
Kemudian elf itu terlihat terengah-engah karena serangan bertubi-tubi dari seorang pohon yang disebut Norma. Kemudian dia menancapkan pedangnya ke lantai kayu dan berteriak.
"Aku menyerah!"
"Aku tahu kalau di atas langit masih ada sebuah langit. Aku berterimakasih karena pertunjukan teknik pedang menusuk yang sangat hebat dari seseorang yang rupanya lebih muda dariku. Salam untukmu, Jenius. Semoga kau bisa mencapai final dan menjadi juara. Hanya kau yang pantas untuk menerima harta karun di gudang harta kerajaan." Ucap seorang elf muda dengan sangat kagum kepada Norma.
"Tidak begitu. Aku hanya seseorang yang beruntung." Balas Norma dengan sangat antusias.
"Kalau boleh tahu siapa nama dari seorang elf muda yang berbakat ini. Namaku adalah adalah Leowim Rondalian." Tanya seorang Leowim kepada Norma.
Sedangkan Norma bingung dalam menyebutkan namanya apakah dia harus menyebutkan nama pohonnya atau nama aslinya. Tapi ketika dia mendengar nama Rondalian dari pihak lawannya. Maka dia hanya bisa memilih untuk menyebutkan nama aslinya.
"Nama pria muda ini adalah Norma Leto. Aku juga sangat bersyukur bisa melihat teknik menangkis pedang dengan sangat gagah dan perkasa." Jawab Norma dengan tulus kepada lawannya.
"Apakah kau mengejekku? Karena pertandingan telah berakhir mari berkumpul di area luar sambil menunggu untuk di teleportasikan lagi. Tapi karena aku sudah kalah aku hanya bisa pulang ke rumahku setelah menyaksikan pertandingan final kontes ini. Semoga kau menang, jenius kecil. Ayo duduk di sana" Ucap seorang Leowim kepada Norma untuk mengajak duduk di area tunggu di sekitar pinggiran arena yang luas.
"Iya, Mari berkumpul dan berbincang-bincang. Kalau begitu pimpin jalannya. Saya tidak tahu arahnya." Kata Norma dengan agak malu.
Kemudian mereka berdua berjalan bersama sambil berbincang-bincang dan tertawa bersama. Rupanya mereka terlihat seperti sahabat yang telah berteman selama kurang lebih puluhan tahun.