Chereads / Forgive Me, Snow / Chapter 16 - Kesalahan Snow

Chapter 16 - Kesalahan Snow

Snow berjalan dengan cepat turun menuju ruang makan, dia ingin membuat sarapan pagi.

Hari ini adalah hari Sabtu, di mana semua pekerja di rumah diliburkan. Mulai dari pembantu, pembersih taman dan bahkan supir pribadi juga ikut diliburkan.

Jalan satu-satunya orang yang membuat sarapan pagi dan juga membersihkan semua isi maupun pekarangan rumah adalah Snow.

Andin? Mana mau dia bekerja seperti itu?

Kinara? Ah ... Mana mungkin Andin ingin mempekerjakan anaknya seperti itu, mengingat kalau Andin sangat tak ingin membuat Kinara kesusahan karena Andin selalu memanjakan Kinara mulai dari anak itu kecil.

"Hari ini aku masak apa, yah?" gumam Snow bertanya pada dirinya sendiri.

Snow mengambil wajan dan beberapa alat masak lainnya, tak lupa dia yang juga mengambil beberapa bahan makanan untuk dimasak.

"Apa aku buat nasi goreng aja, yah?" tanyanya lagi.

Snow tersenyum dengan lebar. Sepertinya, dia mendapat ide. Membuat nasi goreng dengan campuran saus terasi. Sangat enak menurutnya.

"Kamu lagi masak apa, Snow?" tanya seseorang tiba-tiba.

Snow kaget dan dengan cepat mengalihkan pandangannya ke sumber suara.

"Ah ... Aku lagi mau masak nasi goreng, Ra," jawab Snow sambil tersenyum kepada Kiara.

Kiara menganggukkan kepalanya sebagai jawaban, lalu berjalan perlahan mendekati Snow.

"Kamu enggak usah ke sini, Ra. Nanti kamu kena minyak panas lagi. Mama Andin bisa khawatir lagi sama kamu loh," kata Snow memperingati, dia ingat kembali kejadian beberapa hari yang lalu.

Snow waktu itu dimarahi habis-habisan oleh Andin karena Kiara yang terkena minyak panas, padahal itu bukan salah Snow karena Kiara sendiri yang ingin menggoreng dan minyak panas itu tak sengaja menyentuh kulit mulusnya.

"Ah ... Ya udah deh kalau emang kamu enggak mau dibantu," kata Kiara sedih membuat Snow merasa bersalah saja.

"Uhm ... Kamu siap-siap aja, Ra. Kan, hari ini kamu mau ke sekolah, kan? Ini hari pertama kamu di sekolah, kan?" kata Snow.

Kiara menganggukkan kepalanya.

"Kamu siap-siap gih, daripada nanti kamu malah terlambat," kata Snow.

"Uhm ... Ya udah deh kalau gitu. Aku ke atas dulu, yah," kata Kiara dan Snow menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

Kiara langsung berjalan naik usai mendapatkan izin dari Snow, sedangkan Snow menatap kepergian Kiara dengan nanar sambil menghela napas panjang.

"Ra ... Kamu tahu enggak, sih?Kamu itu anak kesayangannya Mama Andin, anak kebanggaan Mama Andin dan kamu juga anak kesayangan nenek yang ada di Malaysia. Tapi, aku siapa?" tanya Snow sedih.

"Aku juga anak Mama Andin. Yah ... Walaupun hanya sebatas anak tiri saja. Tapi, aku juga mau dapat perlakuan baik sama seperti kamu dari Mama Andin, Ra," lanjutnya penuh rasa sedih.

Snow menundukkan kepalanya dengan dalam laku kemudian mengepalkan kedua tangannya dengan begitu kuat di bawah sana.

"Aku iri sama Kiara. Tapi, aku harus berbuat seperti apa?" Snow mengangkat pandangannya dan menatap langit-langit dapur itu dengan nanar.

"Tapi, mau bagaimana lagi? Aku sudah ditakdirkan bernasib seperti ini sama Tuhan. Yang entahlah, kapan aku bahagia dan kapan aku mendapatkan kebahagiaanku. Yang intinya, yang aku tahu sekarang, aku sedang dalam keadaan tidak bahagia dan ingin bahagia. Walaupun cuma sedikit saja," katanya lagi dengan nada suara yang terdengar bergetar, dia ingin menangis saja rasanya.

***

Pagi di jam enam ini, Snow, Andin dan Kiara sudah duduk di kursi makan mereka masing-masing.

Kiara menikmati sarapan paginya, begitupun dengan Andin dan Snow yang menikmati sarapan pagi mereka dengan begitu tenang.

Tapi, seketika suasana di ruang makan itu langsung berubah ricuh saat Andin dengan geram melemparkan sendoknya kepada Snow.

"Mama!" seru Kiara kaget karena mamanya yang tiba-tiba melempar Snow dengan menggunakan sendok begitu saja.

"Sebenarnya kamu mau bunuh saya atau gimana, sih?!" Andin bertanya dengan nada suara emosinya kepada Snow.

"Ma ... Maksud Mama apa?" tanya Snow dengan sedikit gugup karena jujur saja kalau tidak ada sedikitpun maksudnya untuk melakukan hal seperti itu kepada Andin.

Andin memutar kedua bola matanya dengan begitu malas, lalu kemudian melipat kedua tangannya di depan dada sambil menatap anak tirinya itu dengan tatapan yang begitu tajam.

"Bukannya kamu sudah tahu kalau saya itu enggak terlalu suka sama terasi, kan?! Ngapain kamu tambahkan perasa terasi sama nasi gorengnya?!" tanya Andin dengan emosi dan begitu geram.

Snow membulatkan matanya dengan lebar karena mengapa tiba-tiba dia lupa tentang fakta kalau ibu tirinya itu tidak suka dengan yang namanya terasi.

"Ma ... Maafkan Snow, Mama. Snow enggak ada maksud untuk simpan terasi di nasi goreng Mama. Snow lupa kalau Mama itu enggak suka sama terasi," kata Snow.

"Alah ... Kamu jangan terlalu banyak alasan sama saya! Saya tahu kalau kamu punya niat untuk mencelakai dan ingin membunuh saya, kan?!" tanya Andin emosi dan tidak terima sambil menatap anak tirinya itu dengan tatapan yang begitu tajam.

Snow menggelengkan kepalanya dengan cepat sebagai jawaban.

"Kamu emang anak yang enggak tahu diuntung dan kamu emang anak yang enggak tahu apa-apa," kata Andin dengan sarkas dan kalimatnya itu benar-benar menyayat hati Snow.

"Mama ... Mama jangan berkata seperti itu kepada Snow. Kiara sangat yakin kalau pastinya dia enggak sengaja simpan terasi di makanan Mama," kata Kiara membela Snow.

"Kamu jangan bela anak sialan ini, Kiara. Mama nggak pernah mengajar kamu untuk membantah apa kata Mama dan tidak mendengarkan apa yang Mama ucapkan. Jangan sampai Mama memukul kamu hanya karena kamu membela anak sialan ini daripada Mama," kata Andin memperingati Kiara dan Kiara yang mendengarkan itu langsung terdiam dan melanjutkan makannya.

"Maaf, Ma. Snow bakalan ganti makanan Mama dengan nasi goreng yang tidak memiliki ekstrak rasa terasi," kata Snow.

"Alah ... Kamu jangan banyak alasan sekali, yah!" kata Andin emosi.

"Saya tahu kalau emang kamu benci banget sama saya, kan?!" tuduh Andin.

Snow menggelengkan kepalanya dengan cepat sebagai jawaban, sedangkan Andin hanya menatapnya dengan tatapan yang datar dan tidak berekspresi sedikitpun.

"Ck ... Punya anak di sini enggak berguna banget," kata Andin lalu berdiri dari duduknya meninggalkan Kiara dan juga Snow di ruang makan itu berdua.

"Mama-"

"Kamu makan yang cepat, Ra. Mama bakalan anterin kamu ke sekolah dan biarin anak sialan itu jalan kaki ke sekolah. Mama terlalu ogah untuk satu mobil dengan dia," last Andin tenang dan kalimatnya itu membuat Snow seakan tersayat hatinya.

Snow menundukkan kepalanya sambil menghela nafas dengan begitu berat, sedangkan Kiara menatap kakak tirinya itu dengan tatapan yang sangat sulit untuk diartikan.

"Hah ..." Snow menghela nafas dengan panjang sambil menundukkan kepalanya dengan begitu dalam.