Chereads / Forgive Me, Snow / Chapter 22 - Bertemu Di Supermarket

Chapter 22 - Bertemu Di Supermarket

Indonesia, 19:23 -

Snow menatap Aldean dengan tatapan yang penuh permohonan dan berharap agar pria itu bisa melepaskan dia.

"An ... Aku mohon lepaskan aku. Sekarang sudah ingin memasuki waktu malam, aku ingin kembali ke rumahku," pinta Snow.

Aldean yang mendengarkan itu tersenyum sinis, lalu dia dengan santai mengangkat kedua pundaknya secara bersamaan sebagai jawaban.

Snow menghembuskan napas panjang saat melihat respon yang diberikan oleh Aldean untuknya.

Snow tidak tahu mengapa pria itu menahan dirinya seperti ini, padahal mereka tidak melakukan apa pun di ruangan dengan nuansa putih abu-abu ini.

"Bro! Menurut lo malam ini kita bakalan makan apa lagi? Mau makan junk food atau mau makan mie instan?!" tanya salah satu teman Aldean yang baru datang dan ikut bergabung bersama Aldean dan yang lainnya.

"Gue pengen banget makan mie instan. Gimana kalau malam ini kita makan mie instan aja? Apalagi Dean ada bawa anak pembantu ke basecamp kita," sahut salah seorang teman Aldean yang lainnya sambil menunjuk Snow dengan menggunakan dagunya.

Snow yang ditunjuk hanya terdiam sambil menatap para laki-laki itu dengan tatapan yang terlihat nanar.

"Jaga aku, Tuhan. Di ruangan ini hanya ada aku sendiri yang merupakan seorang perempuan, sedangkan yang lainnya laki-laki semua," doa Snow di dalam hatinya dan berharap agar tidak terjadi sesuatu yang buruk kepadanya.

"Emangnya, lo yakin kalau masakan dia itu enak? Jangan sampai lo berharap kalau masakan dia enak, tapi ujung-ujungnya lo jadi dekil dan berjerawatan kayak dia!" ledek salah seorang teman Aldean yang lainnya.

"Ck! Kalau bicara jangan jujur banget kayak gitu, Tom!" ucap Putra memperingati temannya itu dan langsung mendapatkan pujian berupa tawa keras dari teman-temannya yang lain.

"Setidaknya dia berguna untuk kita semua. Daripada dia cuma duduk santai di atas kursi itu dalam keadaan diikat, mending dia ke dapur aja buat masak makan malam untuk kita," sahut Ryan.

Snow melirik ke arah pria bermata sipit itu dengan tatapan yang begitu nanar seakan-akan meminta pertolongan agar dia dilepaskan dari tempat itu, tetapi Ryan malah bersikap acuh tak acuh kepadanya dan memilih untuk menatap layar ponselnya saja.

"Ya udah kalau emang itu mau kalian semua," kata Aldean final.

"Buka ikatan talinya, Tom!" perintah Aldean.

Tomi menganggukkan kepalanya dan mulai berjalan mendekati Snow, lalu membuka tali yang mengikat Snow bersama dengan kursi besi yang dia duduki.

Snow menarik napas dalam-dalam seakan-akan kalau dia tak pernah menghirup udara sedikitpun, mengingat kalau dia diikat dengan begitu keras oleh Aldean dan juga teman-temannya sehingga membuat pasokan udara nya tidak terlalu lancar.

Aldean melemparkan uang lembaran lima puluh ribu kepada Snow dan ditangkap dengan cepat oleh wanita itu.

"Lo beli mie nya di warung depan aja. Stok mie di sini udah habis," kata Aldean dengan santai dan matanya tidak menatap ke arah Snow sedikitpun.

Snow menganggukkan kepalanya dengan patuh dan memilih untuk mematuhi perintah Aldean dengan cepat agar dia bisa pulang dengan cepat juga.

Snow berjalan dengan buru-buru keluar dari basecamp tersebut, lalu menuju ke supermarket yang sudah ditunjukkan oleh Aldean tadinya untuk dirinya.

Snow takut kalau dia terlalu lama pulang dan akan dimarahi oleh ibu tirinya.

Snow sekarang tengah berjalan di pinggiran jalan sambil terus memohon agar tak ada seorangpun yang melihat dirinya, mengingat kalau hari ini dia tak pernah masuk mata pelajaran di sekolahnya.

Snow berjalan dengan cepat masuk ke supermarket yang sudah ada di depannya, lalu memilih beberapa varian rasa mie yang akan dia masak nanti untuk Aldean bersama teman-temannya yang lain di basecamp itu.

Saat Snow hendak mengambil mie dengan varian rasa soto, seseorang tiba-tiba menahan tangannya dengan cepat dan mencengkeram tangannya itu dengan sangat kuat.

Snow membalikkan badannya dengan cepat untuk melihat siapa orang yang tiba-tiba melakukan hal yang jahat seperti itu kepada dirinya.

"Kamu?" tanya Snow dengan sedikit ragu karena merasa familiar dengan wanita yang ada di hadapannya itu.

"Selain lo yang cuma jadi beban dan sampah masyarakat di sekolah, lo ternyata cewek tengil yang nggak tahu diri," kata wanita yang tadinya mencengkeram telapak tangan Snow dengan sedikit keras.

"Apa maksud ucapan kamu?" tanya Snow yang tidak terima dengan apa yang dikatakan oleh wanita berambut panjang itu.

"Lo nggak kenal sama gue karena gue nggak pakai baju sekolah? Gue teman sekelas lo, walaupun sebenarnya gue ogah buat ngakuin ini di depan lo. Tapi, lo emang jadi cewek yang munafik banget!" kata wanita itu menusuk dan Snow yang mendengarkannya hanya bisa mengelus dadanya.

"Lo emang punya muka burik dan jelek sampai lo di bully ke sana sini sama banyak orang. Tapi, harusnya lo cari simpati dan kenapa malah milih buat bolos sekolah dan nggak ikut buat ikut semua pelajaran yang masuk hari ini," katanya dengan sarkas dan hal itu membuat Snow terdiam.

"Gue bakalan laporin lo sama guru yang mengajar hari ini. Besok lo bakalan dihukum sama semua guru mata pelajaran yang masuk hari ini," ancam wanita itu sambil tersenyum menyeringai ke arah Snow.

"Jangan! A ... Rumi," pinta Snow dengan sedikit ragu karena takut kalau dia salah menyebutkan nama wanita itu.

Arumi tersenyum sinis saat mendengarkan permintaan dari Snow, lalu dia menyentil kening wanita itu dengan sedikit keras, membuat Snow sedikit meringis sambil menatapnya dengan tatapan yang sedih.

"Gue bakalan bantu lo buat nggak bilang sama guru-guru yang ngajar hari ini. Tapi ..."

Arumi menggantung ucapannya, lalu dengan santai dia menarik keranjang belanja yang dipegang oleh Snow dan juga mengambil mie rasa soto yang tadinya di pegang oleh Snow.

"Semua mie instan ini milik gue dan lo yang bayar!" lanjut Arumi dengan tenang sambil tersenyum dengan begitu lebar.

"Jangan ambil itu! Itu bukan punya aku, Rum. Itu punya A-"

"Gue nggak mau dengar basa-basi dari lo! Anggap aja kalau kita barter dengan cara kayak gini. Gue yang ngambil mie instan ini dan gue nggak bakalan nyebarin kebusukan lo itu. Barter ini menguntungkan banget sama lo, kan?" ujar Arumi dan dengan santai dia berjalan pergi meninggalkan Snow setelah mengucapkan kalimat itu.

Snow menatap kepergian Arumi dengan nanar, lalu menghela napas panjang.

"Gimana caranya aku mau beli mie instan yang lainnya kalau aku cuma punya sisa uang beberapa ribu doang ..." lirih Snow sambil menundukkan kepalanya dengan begitu lesu.

Snow mengambil sesuatu dari saku rok sekolahnya yang ternyata itu adalah beberapa lembar uang dua ribuan yang dia kumpulkan di setiap harinya.