*•~•~•~•~•~•~•~•*
Selαmαt membαcα
READERS💜
*•~•~•~•~•~•~•~•*
Muslim yang satu adalah bersaudara dengan muslim yang lain. Maka ia tidak boleh mengkhianati, mendustakan dan membiarkannya.
•
•
Setelah selesai dengan mata kuliah. Tasya dan Atin segera ke kantin untuk makan.
Mereka berdua mencari tempat yang kosong untuk duduk, dikantin sangat ramai karena hari mulai sore. Disana kebanyakan orang-orang mengambil kelas sore.
Akhirnya mereka mendapatkan tempat duduk meski mereka harus semeja dengan si Soni cowo paling bawel di kelasnya.
Atin memesan makanan dan Tasya ia menghampiri Soni yang sedang duduk bersama satu teman cowoknya.
"Hey Son gue sama Atin boleh gabungkan sama kalian, ya udah makasih ya tempatnya" ucap Tasya sambil duduk disebelah Soni dan tersenyum kearah mereka.
"Ah lo belum juga gue izinin udah main duduk aja, mana Atinnya?" balas Soni sambil mengaduk-aduk makanannya.
"Tuh lagi pesen makanan, bro kenalin dong temen lo ke gue lumayan juga tuh" ucap Tasya memukul pelan pundak soni dan tertawa kecil.
"Kenalan aja sendiri orangnya juga ada di depan lo apa susahnya sih" ucap Soni sinis.
"lo kenapa sih gitu amat sama gue cemburu ya gue pengen kenalan sama temen lo" ucap Tasya sambil tertawa kecil Soni hanya cemberut. Dan Atin pun datang membawa makanan dan minuman mereka berdua.
"Hey kenalin gue Tasya dan itu temen gue Atin" Tasya mengulurkan tangan kearahnya diikuti dengan Atin.
"Riski" ucapnya membalas uluran tangan Tasya dan Atin bergantian.
"Keren namanya kek orangnya hehe" Tasya tertawa melihat ke arah Soni yang dari tadi cemberut.
"Awas Ris dia itu ratu gombal di kampus kita, suka nge-baperin orang-orang tapi ga mau tanggung jawab" Soni menunjuk ke arah Tasya. Riski hanya tersenyum kearah Tasya.
"Duh gue nggak tahan nih senyum nya itu loh Tin yang bikin gue klepek-klepek, dan kamu Ris jangan dengerin omongan Soni dia itu cemburu sama kita berdua" Tasya tertawa puas.
"Hello siapa yang cemburu sama lo, benerkan omongan gue baru juga gue bilang udah mulai deh gombalnya" Soni tertawa kecil dan mengedipkan satu matanya ke arah Tasya.Mereka tertawa mendengar omongan Soni sudah biasa mereka mendengar celotehan Soni yang gak jelas itu, mungkin orang yang belum kenal sama dia akan mengganggap aneh dan gila.
"Sya gue boleh minta nomer handphone lo" Riski menyodorkan handphonenya kepada Tasya. Tasya mengangguk dan mengambilnya mengetikan nomer ke handphonenya Riski, lalu mengembalikan handphone kepada Riski.
"Makasih Sya" ucap Riski tersenyum, Tasya pun membalas senyum manisnya itu.
Setelah itu Soni dan Riski pamit pulang karena telah selesai makannya. Di meja itu sekarang tinggal ada Tasya dan Atin yang sedang makan.
Setelah beres makan Atin melirik Tasya dengan tatapan yang tajam. Tasya sudah mengira bahwa tatapannya itu Atin sedang kesal kepadanya.
"Apa lihat-lihat gue cantik ya, makasih" Tasya tersenyum ke arah Atin.
"Ah ga usah pura-pura, lo sengaja kan ngegombalin Riski biar terhindar dari gue" ucap Atin kesal.
"Haha gue ketahuan dehh mampuss, iya maafin gue, gue tahu salah tapi lo seneng kan bisa dianterin sama bang Rey" ucap Tasya menahan tawanya.
"Apaan sih sya, gue malu tahu gue kira tadi yang angkat telepon lo nyatanya abang lo, mau di taro di mana muka gue sya" geram Atin menahan emosi.
"Lo kenapa sih sampai semarah gitu sama gue, apa jangan-jangan kalian berdua teleponan mesra ya" Tasya tidak bisa menahan tawanya lagi dan ia tertawa meledak.
Atin terus cemberut dia menceritakan saat ia menelepon Tasya tapi di angkat sama bang Rey. Tasya hanya tertawa mendengarkan cerita nya itu.
Setelah selesai berbicara Atin dan Tasya pulang menggunakan taksi. Awalnya Tasya menyuruh bang Rey untuk menjemputnya menggunakan mobil tapi itu di tolak mentah-mentah oleh Atin. Dia masih malu jika bertemu dengan Rey dan hasilnya Tasya mengalah dan menuruti perintah sahabatnya itu.
Di Rumah
Setelah Tasya membersihkan tubuhnya, ia pergi ke bawah untuk makan malam bersama keluarganya.
Setelah selesai makan, Tasya pergi ke kamar Rey.
Ckleekk
"Abang...Billa masuk yah"ucap tasya sambil memutar kenop pintu.
"Jangan ganggu lagi sibuk" ucapnya datar.
"Nggak kok cuma pingin nemenin doang" Tasya masuk menghampiri Rey di meja kerjanya dan duduk disebelah Rey setelah mengambil kursi.
"Bang Rey kata ayah abang bakalan tinggal lagi disini nggak lagi pergi ke Bandung" lanjut Tasya.
"Sok tahu ah, besok lusa abang pergi lagi"ucap Rey fokus pada layar laptop.
"Ihh kok gitu sih bang, Billa kan jadi nggak ada temen, padahal kan cabang perusahaan Ayah di Jakarta banyak dan lagi di pimpin orang lain bukan keluarga ngapain pilih cabang perusahaan yang di Bandung kan ayah juga udah nyuruh adiknya untuk mimpin perusahaan"
"Yah itu mah derita lo lah, emang di Jakarta banyak yang bagus universitasnya, tapi abang pingin di Bandung disana lebih nyaman jalanan pun nggak semacet kayak disini"
"Terus aja semuanya tinggalin Billa, bang Adit ke Amerika terus abang ke Bandung, abang nggak sayang ya sama Billa. Abang masih inget mantan abang ya, jadi abang mau ngejauh dari kota ini. Mau sampai kapan abang mikirin dia dan tinggal di Bandung"
Rey hanya menghendikan bahu membalas pertanyaan dari Tasya. Ia tidak ingin mengingat masa lalunya lagi saat tinggal di Jakarta.
"Ih abang jawab dong kan Billa lagi nanya sama abang"
"Abang nggak mikirin dia lagi bil itu masa lalu, dan abang pasti akan main ke kota ini kalau lagi libur dan nggak sibuk"
"Ya udah deh terserah abang, Billa mau ke kamar dulu"lirih Tasya meninggalkan Rey lalu pergi ke kamarnya untuk tidur.
Setelah Tasya pergi kekamarnya, Rey menerima panggilan telepon di handphonenya.
"Assalamualaikum Rey" terdengar suara yang sangat khas disebrang sana.
"Waalaikumsalam, ada apa Sat tumben nelpon jam segini" balas Rey kepada si penelpon yang diketahui bernama Satria.
"Iya nih bro gue butuh bantuan lo sekarang, lo ga sibuk kan"
"Ada beberapa berkas yang belum gue selesain, nanti kalau udah beres gue bantu emang lo perlu bantuan apa bro ga bisa besok apa"
"Makasih ya bro lo bener-bener sahabat gue yang paling ganteng, nanti gue ceritain semuanya dan lagi masalah ini ga bisa ditunda gue butuh solusi dari lo, kita ketemuan di kafe tempat biasa nongkrong"
"Haha elo kan emang udah dari lahir gue ganteng, ya udah tutup telponnya kalau engga kapan kelarnya nih pekerjaan gue"
"Iya-iya deh gue tutup nih Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam"
*~*~*~*~*
Hai gaes makasih ya yang udah mampir ke ceritaku, dan jangan lupa vote and coment sebanyak-banyak 😄 tunggu episode selanjutnya ya 😇.
Salam
Agnes Am