*•~•~•~•~•~•~•~•*
Selαmαt membαcα
READERS💜
*•~•~•~•~•~•~•~•*
Di tengah malam Tasya terbangun dari tidurnya karena ia merasa lapar dan segera pergi ke lantai bawah untuk mengambil makanan di dapur.
Dikulkasnya hanya ada sedikit makanan ringan, Tasya mengambil semua makanan yang ada di dalamnya. Tasya tidak enak kalau membangunkan bi inah untuk memasak karna ini tengah malam pasti sudah terlelap tidur.
Saat ia akan pergi ke kamarnya dengan membawa makanan, tiba-tiba terdengar celotehan anak bayi di dalam kamar dekat tangga yang menuju lantai dua. Tasya segera menghampiri suara celotehan yang lucu dari bayi itu, ia masuk ke kamar bayi itu dan melihat bayi itu sedang asyik dengan celotehannya yang lucu. Memang bayi itu tidak tidur bersama bunda dan ayahnya, kamar orang tuanya bersebelahan dengannya.
"Oh Angga adikku, kau sedang apa sayang" Tasya menggendong adiknya setelah menyimpan makanan yang dibawanya di nakas di samping tempat tidur
"Tidur sayang ini sudah malam, hari ini kakak akan menemanimu tidur disini, hmm lucunya" Tasya mengayun-ayunkan Angga digendongannya. Angga tidak mungkin membalas omongan kakaknya itu karna Angga masih bayi berusia 6 bulan.
Setelah beberapa menit bayi itu tertidur dan Tasya meletakkan Angga di box kecil khusus tempat tidurnya. Sedangkan Tasya ia tidur di ranjang king size yang bersebelahan dengan box Angga adiknya, ia tidak ingat dengan makanan ringan yang di bawanya, rasa laparnya telah hilang saat menggendong adiknya. Tak lama setelah menidurkan adiknya, Tasya pun menyusul ke alam mimpinya.
*****
Di pagi hari keluarga Pratama sibuk dengan urusannya masing-masing kecuali anak perempuannya yaitu Tasya. Rey sibuk menyiapkan perlengkapan karena hari ini ia akan kembali pergi ke Bandung. Ayah sibuk mempersiapkan berkas untuk meeting yang mendadak dengan klien besar. Bunda sibuk mengurus si kecil Angga yang rewell menangis terus dan bi Inah sibuk menyiapkan makanan sarapan pagi untuk kami.
Sedangkan Tasya dia mengurung dirinya di kamar, meskipun bunda Reni telah memanggil-manggilnya di lantai bawah untuk membantu bi Inah menyiapkan sarapan tapi Tasya menghiraukannya. Ia masih marah kepada Rey karena hari ini Rey pergi ke Bandung lagi. Ia terus menangis di dalam kamarnya.
Setelah makanan sudah siap dan tertata rapi di meja makan. Bunda Reni menyuruh Rey untuk membujuk Tasya di suruh pergi ke bawah untuk sarapan pagi bareng. Ayah dan Bunda sudah duduk di kursi meja makan mereka sedang menunggu anaknya.
Tak lama Rey dan Tasya pun datang mereka langsung duduk di tempat biasa mereka makan.
Tasya mau tidak mau ia harus mengikhlaskan keberangkatannya Rey ke Bandung, ia mengantarkannya sampai pintu gerbang rumah.
"Abang cepet pulang ya hiks..." Tasya memeluk Rey dengan erat, Rey membalas pelukannya.
"Iya nanti liburan abang kesini lagi, jangan nangis jelek" Rey mengelus rambut Tasya lalu mengacak-acaknya.
"Bunda sih berlebihan manja in Billa, jadi kan gini umur udah 18 tahun masih aja cengengesan kayak anak kecil" Rey melepaskan pelukannya dan memeletkan lidah kearah Tasya dan dibalas olehnya, Bunda Reni hanya tertawa melihatnya.
"Ya sudah kamu hati-hati bawa motornya jangan ngebut-ngebut di jalannya, kalau udah sampai disana kabarin bunda" Rey mencium punggung tangan bunda Reni dan sebaliknya dengan Tasya ia menyalami Rey.
"Iya bunda Reniku sayang, Rey titip Billa ya bunda" Rey mencium pipi Rangga yang sedang digendong bunda.
"jagain dia bunda suruh belajar yang bener bukan malah pacaran mulu, kalau mau pacaran ya udah sekalian aja nikah nanti abang cariin calon suami kakek-kakek hahaha"
Tasya cemberut "Ih apaan sih kak masa sama kakek-kakek, udah sana pergi ah bikin bete aja" ketus Tasya.
"Oh jadi ngusir abang ya sudah ini juga mau pergi"
"Iya emangnya kenapa, sudah sana pergi sekalian aja jangan pulang lagi kesini tinggal aja disana selamanya"
"Bila nggak boleh gitu dong sayang itu kan kakak kamu, sudah Rey kamu berangkat sekarang biar nggak panas d jalan mumpung masih pagi"
"Iya..iya.. Rey berangkat sekarang pada ngusir Rey nih, dahh semuanya" Rey menaiki motor sportnya dan memakai helmnya.
"Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam"
Rey melambaikan tangan kearah mereka dan dibalas lambaian tangan mereka sebelum Rey melajukan motornya.
****
Rey menyampingkan motornya dan memberhentikannya, ia mengambil handphone di saku celananya karena handphonenya berbunyi ia langsung mengangkat telepon itu.
Rey: "Hallo Assalamualaikum"
Satria: "Waalaikumsalam, bro sorry gue ga bisa berangkat bareng lo, ada urusan yang harus gue selesain dulu disini"
Rey: "Ya lu ga bener banget sih, katanya mau neraktir gue makan nanti di jalan, ya sudah lah tidak apa"
Satria: "Tenang aja nanti gue juga nyusul bro kalau udah kelar nih urusan, masalah teraktiran tenang aja gue ga bakalan bohong"
Rey: "Yaudah cepetan tuh beresin urusan lo, gue tunggu teraktirannya di kota Bandung"
Satria: "Siap bro, Assalamualaikum"
Rey: "Waalaikumsalam"
Setelah itu Rey memasukan handphonenya kembali ke dalam saku celananya dan melanjutkan perjalanannya menuju kota Bandung yang sempat terhenti karena telpon dari temannya.
*****
Setelah selesai dengan mata kuliahnya. Seperti biasa dua gadis cantik itu langsung memburu makanan kesukaannya di kantin.
Atin memesan makanan dan minuman untuk mereka makan. Tasya mencari tempat duduk. Tak lama mereka pun sudah mendapatkan tempat kosong dan Atin membawa makanannya.
"Makasih" Tasya membawa makanan dan minumannya di tangan Atin. Atin mengangguk membalas ucapannya. Di sela-sela makan mereka slalu berbicara.
"Sya beneran abang lo pergi lagi?" Atin menatap kearah Tasya dengan tatapan penuh tanya.
"Cieee...kenapa tuh muka lo kayak yang sedih ditinggal pacarnya, apa kalian udah jadian ya?" goda Tasya.
"Ih apaan si sya, nggak mungkin lah gue pacaran sama abang lo, sikapnya aja dingin ke gue, terus kencan lo gimana sama pacar lo"
"Iya wajar kan masih asing lo dimata bang Rey, kalau udah kenal dekat asyikk kok orangnya terkadang suka nyebelin, ya gue juga belum bilang sama ayah takut nggak di izinin"
"Niatnya hari ini gue mau godain abang lo ehh abang sayangnya udah pergi lagi sedih deh, terus gimana dong kalau ayah lo nggak izinin"
"Ahh lo apa susah nya sih tinggal di telepon aja, iya gue juga bingung kan lo tahu sendiri sikap pacar gue gimana kalau nggak dituruti"
Tasya merencanakan sesuatu untuk kencan dengan pacarnya malam ini. Tetapi Atin mencegahnya agar ia tidak berbohong kepada orang tuanya. Mereka terus berbicara berusaha mencari cara agar tidak dengan kebohongan.
Setelah selesai dengan makan dan pembicaraannya, Atin pamit kepada Tasya ia tidak bisa pulang bareng dengannya karena teror itu muncul lagi di perusahaan papah nya, Tasya menyemangati Atin supaya ia bisa melewatinya dengan tenang agar tidak membahayakan dirinya sendiri ataupun keluarganya. Tasya pun sekarang sedang berada di pinggir jalan menunggu taxi lewat.
Tak lama menunggu taxi pun terlihat dan Tasya melambaikan tangannya pertanda agar mobil itu berhenti. Saat mobil berhenti lalu Tasya segera membukakan pintu mobil namun tiba-tiba ada pria yang masuk kedalam taxi yang telah dipesan Tasya, entah dari mana pria itu muncul. Anehnya pria itu langsung masuk ke dalam taxi. Saat pria itu akan menutup pintu mobil, tangan Tasya terulur menahan agar pintu mobil tidak di tutupnya.
"Maaf om anda ini siapa, saya tidak kenal anda, silahkan anda keluar dari mobil ini dan cari taxi lain" perintah halus Tasya.
"Maaf saya buru-buru, jalan pak" ucap pria itu dengan wajah datarnya.
"Tapi pak—" ucap sopir taxi.
"—Sudah jangan banyak bicara, nanti saya bayar dua kali lipat" Pria itu menutup pintu mobilnya dan membuat Tasya kaget dia kesal dia tidak terima jika taxi nya diambil orang begitu saja.
"Lohh nggak bisa jalan gitu aja dong pak, kan ini taxi yang saya pesan duluan bapak malah seenaknya mau pergi saja" ucap Tasya pada supir taxi.
"Maaf mbak saya buru-buru, kalau mau bareng masuk saja kursi depan sama disamping saya masih kosong"
"lo sekata-kata panggil gue mbak, emangnya gue mbak lo gitu dan lagi ogah gue bareng sama lo mendingan gue jalan kaki dari pada satu mobil sama om-om kayak lo" gerutu Tasya.
"Ya sudah kalau tidak mau, saya sedang buru-buru ada hal yang penting, jalan pak" ucap pria itu memaksa sopir taxi cepat menyalakan mobilnya dan segera pergi dari tempat ini. Tasya tidak terima dia terus mengetuk-ngetuk kaca mobil taxi itu, tapi nihil alhasil mobil itu pergi meninggalkannya.
"Hei lo dasar MALING!! Main pergi seenaknya, itu kan taxi yang gue pesen duluan, dasar MALING!! Awas aja lo kalau ketemu lagi sama gue, gue habisin lo, lo kira gue ga berani hah!!" Teriak Tasya dengan penuh amarah.
Sedangkan pria yang tadi merebut taxi Tasya, ia tersenyum melihatnya marah-marah di spion kaca mobil, tapi ia juga merasa bersalah karena telah menaiki taxi yang dipesan wanita itu, kalau bukan karna hal penting pria itu tidak akan melakukan ini.
*Di Rumah*
Tasya pulang dengan wajah cemberut dan rambutnya yang acak-acakan, bunda Reni nampak khawatir melihat anaknya yang baru pulang dengan keadaan yang tampak kusut masam.
"Kenapa Sayang mukanya kok kayak yang lagi kesel gitu, cerita sama bunda ada apa" Bunda Reni menghampiri Tasya dan mencium puncuk kepalanya.
"Iya nih bunda billa lagi kesel, tadi kan billa mau pulang naik taxi terus taxi itu malah diambil orang ya billa marah lah gak nerima itu kan mobil udah di pesan sama billa ihh pokoknya sebell deh bunda...iih dasar maling awas aja kalau ketemu billa jadiin kentang bulat-bulat biar bisa di masak jadi perkedel sama bi Inah" ucap Tasya panjang lebar dengan emosi, tapi bundanya malah tertawa saat mendengar anaknya cerita.
"Iihh bunda kok malah ketawa, sama aja deh kayak orang itu bikin kesel sama bete aja"
"hahaha iya iya maafin bunda soal nya kamu lucu sihh kalau lagi marah-marah gitu, terus orang itu gimana?"
"Ihh nggak lucu bunda...terus ya bunda orang itu laki-laki emang sih dia cakep tapi kayak om-om jelek, yang lebih parahnya lagi orang itu pergi tanpa rasa bersalah, benar-benar nyebelin kan dia, ihh dasar maling"
"Hahaha billa-billa anak orang di bilang om-om jelek ga boleh gitu ah, gimana kalau itu jodoh kamu?"
"Ih bunda malah nanya gitu, ya jelas-jelas lah billa ga mau, lagian sih suruh siapa om-om itu ngambil taxi billa jadi kan billa panggil dia om-om jelek salah si om nya sih"
"Iya-iya udah ah bawell banget, mandi sana bau tau"
"Ihhh bunda aku ini anakmu loh bun—"
"—iya iya tau udah sana, bunda mau nyiapin dulu makanan buat kamu"
"Ck. Dasar bunda ini ah... bye" Bunda Reni tertawa kecil melihat tingkah anaknya yang lagi bete.
Tasya segera pergi ke kamarnya untuk membersihkan diri lalu makan malam bersama keluarganya.
Setelah makan malam Tasya pergi ke kamarnya, ia tidak jadi kencan dengan pacarnya karena sudah jelas kedua orang tuanya tidak mengizinkannya.
Dipikiran Tasya hanyalah pacarnya, entah bagaimana ia harus menghadapi omelan pacarnya. Meski pacar Tasya galak tapi dia tetap mencintainya.
Tririing...
Trirring...
Suara Hp Tasya berbunyi pertanda telepon masuk, ia segera mengangkat telepon itu.
"Hallo Tin"
"Hmm sya, gue mau ngasih tahu lo, besok lo dateng ke kampus jangan telat katanya sihh Pak Agus diganti sama dosen baru perempuan"
"Alhamdulillah, ini beneran kan Tin, akhirnya dosen galak itu pergi yeay, syukurrlahh"
"Eitss tunggu lo jangan seneng dulu, meski itu dosen perempuan tapi katanya sihh dia lebih galak dari Pak Agus Sya, terus disiplin nya bener-bener harus"
"Ah masa sih, tapi biarin lah gue nggak terlalu tegang kalau dosen nya cewe mah"
Setelah membicarakan tentang dosennya yang baru, Tasya memberi tahu Atin bahwa ia tidak jadi kencan dengan pacarnya.
•~•~•~§~•~•~•
Miss you ❤
Jangan lupa vote & komen.
Readers kesayangan :)
Salam
Agnes Am