Terdengar ada suara langkah kaki mendekati seorang gadis yang tertidur di mejanya.
Gadis tersebut berumur sekitar 17 tahun. Memiliki kulit yang putih,dan wajah yang memang terlihat tidak terlalu cantik tapi ia memiliki wajah yang sangat imut dan memiliki pesonanya sendiri.
Ia sekarang bersekolah di SMA Negeri dikotanya dan merupakan sekolah yang terkenal di kota Jakarta tersebut.Tahun ini adalah akhir untuknya bersekolah disitu, sebab ia sudah kelas XII yang dalam persiapan untuk mengikuti ujian akhir sekolah pada tahun depan nanti. Ia tertidur nyenyak di mejanya,sampai tidak menyadari ada seseorang yang berjalan menuju kearahnya dan berteriak sehingga ia tersentak bangun dari tidur yang nyenyak itu. Dan orang tersebut adalah guru yang mengajar matematika sekaligus wali kelasnya yang bernama Bu Meta.
"Rina!!..kau tidur lagi dikelas!,apa kau tahu ini adalah jam mata pelajaran sedang berlangsung."kata Bu Meta dengan marahnya.
"Hah...maaf Bu" Rina terlihat tengah mengucek matanya,dan berusaha untuk mengembalikan kesadarannya. "Ibu tak habis pikir,kau akhir-akhir ini sering tertidur dikelas,apa kau pikir ini adalah tempatmu untuk seenaknya. Kau tahu! ini adalah tempat belajar bukan untuk tidur!! Kau dengar itu,Rina!!..."
"Maaf Bu,saya janji tidak akan tertidur lagi dikelas.." telah mengembalikan kesadarannya. "Kau terus saja mengatakan hal itu...dan itu saja.Jika kau ada masalah katakanlah pada Ibu,siapa tahu Ibu bisa meringankan bebanmu. Ingat Ibu ini adalah wali kelasmu jadi pastinya punya tanggung jawab atas murid yang menjadi tanggung jawabku. Dan kau tidak terkecuali Rina."karena mengingat latar belakang dari gadis tersebut membuat emosinya sedikit mereda dan merasa iba.
"Baik Bu,sekali lagi maafkan saya"suaranya terlihat tenang.
"Oke baiklah,karena kau telah tidur sudah lebih dari 3 kali dikelas dan itu bukan saja di mata pelajaran Ibu. Jadi kau harus dihukum!"
"Dan meskipun kau siswa yang berprestasi dan dibanggakan disekolah ini,hukuman tidak akan terkecuali untukmu, apa kau tahu itu Rina!"
"Baik Bu"suaranya masih terlihat tenang.
Tiba-tiba lonceng istirahatpun berbunyi.
"Oke...semuanya istirahat dan ingat! Ibu masih ada jam pelajaran untuk kalian serta tugas yang belum kalian selesaikan tadi...nanti dilanjutkan sesudah jam istirahat dan kamu Rina ikut Ibu ke ruangguru."
"Siap Bu..."semua siswa yang ada dikelas itu sontak menjawab dengan serentak. Dan Rina hanya mengangguk dan mengikuti Bu Meta dari belakang. Dan belum jauh dari pintu keluar,Rina mendengar teman-temannya membicarakannya.
"Lihat tuh si Rina!.. dia nggak tahu apa kalau ini sekolah?bukan untuk tempat tidurnya. Eh malah tidur dikelas!"
"Hmmm...betul tuh,apa karena dia lebih pintar dari kita jadi dia sudah nggak mau belajar dikelas,sama seperti kita?"
"Sombong sekali!"
"Hei.. teman-teman,kalian tahu tidak. Aku pernah melihat Rina sekali,yang waktu itu tengah mengejar neneknya yang gila dijalan raya,kebetulan jalannya lagi macet. Yang lebih parah lagi itu....neneknya sedang membuat keributan dijalan"
"Dan yang pernah aku dengar juga kalau itu bukan nenek kandungnya."
"Haaa?....memangnya benar?tapi kasihan juga yah sih Rina,sudah anak yatim-piatu masih lagi harus mengurus neneknya yang gila itu."
"Hei..tapi tunggu dulu,biarpun begitu tetangganya Rina itu orang kaya raya dan baik banget sama sih Rina."
"Wah...beruntung dong kalau begitu,tapi aku heran. Kenapa coba?,sih Rina itu selalu nggak bisa diajak berteman kan kita bukan orang yang jahat." mereka pun terdiam dalam keheranan dan suasana menjadi sedikit hening diantara mereka.
Lalu tiba-tiba datanglah seseorang yang dari tadi mendengar pembicaraan mereka dengan senyum diwajahnya. Ia adalah seorang gadis yang memiliki fitur wajah yang cantik dan juga kulit yang putih halus. Senyum yang dari tadi terbingkai diwajahnya itu adalah merupakan senyum kebencian akan seorang yang dibicarakan yaitu Rina.
"Hahahaha...kalian ini" ia tertawa dengan pelan tapi masih bisa terdengar oleh mereka dan memecah keheningan tersebut.
"Eh...Fanisa"seseorang terkejut dengan kehadirannya dan sedikit terpesona oleh kecantikan yang dimiliki oleh Fanisa.
"Kalian itu seharusnya tidak membicarakan sesuatu yang buruk dihadapan orang yang masih bisa mendengar ceritamu tentang dia."Iapun melirik sedikit ke Rina,yang masih terdiam ditempat dia berdiri dengan kepala yang tertunduk.
Fanisa tidak dapat melihat ekspresi wajah Rina karena terhalang oleh rambut panjangnya akibat dari kepala yang tertunduk.Tapi ia tahu, Rina pasti sedang sedih atapun sedang menahan emosinya.Dan dalam hatinya ia merasa puas. Dan memang benar Rina saat itu tengah mengepalkan tangannya,dan ia tahu Fanisa sedang berusaha memancing emosinya untuk keluar.
Ia juga tahu bahwa Fanisa sangat membencinya.
"Benarkah?..."merekapun terkejut dan langsung berbalik kedepan dan ternyata benar Rina masih berada didalam kelas. Mereka kira Rina sudah pergi tapi ternyata tidak. Jadi mereka sedikit khawatir.
"Eh.....eh...maaf Rina,kami tidak bermaksud." Tapi Rina tidak peduli dengan apa yang dikatakan seorang tersebut dan langsung ingin keluar dari kelas tapi tiba-tiba ada seseorang yang membuatnya berhenti untuk melangkah keluar.
"Seharusnya kalian tahu,bahwa memang kehidupan orang tersebut itu adalah kehidupan yang benar-benar sial dan tidak tahu malu!!" dengan suara mengejek yang sengaja ditinggikan.Dan dengan sombongnya ia menatap Rina.
Itu adalah Merta,teman dekatnya Fanisa. Mereka berdua selalu ingin bersandiwara untuk membuat sesuatu yang akan menjatuhkan harga diri Rina. Mereka berdua telah membenci Rina semenjak masuk ke SMA tersebut. Hal itu dimulai karena ada suatu peristiwa yang terjadi diantara mereka.