Pagi Hari. . .
pagi yang terasa biasa karena terus mengulang hal yang sama seperti membereskan tempat tidur ketika aku sudah bangun dari tempat tidur dan juga berkebun karena orang tuaku adalah seorang petani, walaupun terdengar membosankan tapi aku merasa senang dengan semua hal itu karena aku senang ketika melihat orang tuaku tersenyum.
pukul 00.00 adalah malam di mana malam tersebut terjadi sebuah penyerangan oleh negara Silver ke negara Platinum yaitu negara dimana aku tinggal, tentara silver yang masuk ke setiap rumah dan membunuh setiap orang yang ada di rumah dengan kekuatan dari V Stone, yaitu sebuah batu yang berwarna merah menyala seperti api dan dapat meningkatkan kemampuan si pengguna dari batu tersebut, ketika tentara silver masuk kerumahku dengan berpakaian Serba hitam lengkap dengan rompi anti V Stone dan juga sebuah topeng kaca cembung yang berwarna silver, ketika aku sedang tidur aku mendengar sebuah teriakan dari lantai bawah dan suara langkah kaki yang mendekat ke pintu kamarku, aku tidak berani beranjak dari tempat tidurku karena suara teriakan yang terdengar di mana-mana, lalu terbukalah pintu kamarku "Karawachi ayo kita pergi!" adalah teriakan dari seorang ibu yang mendobrak pintu kamarku, ia lalu menggenggam tanganku dan menarikku untuk berjalan keluar dari pintu kamarku, ketika hendak menuju tangga ayah yang dari tadi menahan tentara silver supaya tidak naik ke lantai dua rumah telah tewas oleh mereka aku yang melihat hal tersebut tidak dapat berbuat apa-apa dan hanya gemetar karena ketakutan, ibu yang melihat diriku ketakutan lantas langsung menggendongku lalu berlari menuju kamar tidurku dan langsung melompat berbalik memecahkan kaca jendela kamar dengan punggungnya sendiri dari ketinggian 50 meter lalu akhirnya ia membentur tanah bersamaan dengan aku yang berada di pelukannya dan setelah itu ia berkata "lari nak" dengan nafas yang terengah-engah lalu tertara dari silver berteriak "hei kau tangkap dia" dari lantai 2 rumah kepada tentara silver lainnya karena takut akupun berlari menuju hutan sambil di kejar oleh tentara silver, berlari dengan kaki kecilku yang terasa berat dan seolah-olah terasa membawa sebuah batu besar, perlahan demi perlahan aku memasuki hutan kecil yang di terangi sinar bulan, ketika di hutan aku berhasil sedikit mengecoh mereka dengan bejalan zigzag melewati pepohonan lalu terdengar suara air laut yang menghantam bebatuan akupun ingat bahwa di ujung hutan ini adalah sebuah jurang sehingga ketika aku berada di ujung hutan maka aku akan terpojokan oleh tentara silver walaupun aku ingat di ujung hutan ini adalah jurang namun aku tetap berjalan lurus karena mereka ada di kanan-kiriku, akhirnya aku sampai di ujung hutan dan terpojokan oleh tentara silver.
ketika aku di ujung jurang dan tak bisa lagi kemana-mana salah satu dari tentara silver mendekat dan menggengam pergelangan lengan kiri ku dengan sekuat tenaga sehingga membuatku cukup merasakan kesakitan lalu mereka menarikku untuk ikut bersama mereka, aku yang tidak mau dibawa oleh mereka sedikit melakukan perlawanan dan mengigit lengan kanannya sehingga membuatnya kesakitan maka iapun mengangkatku dan melemparkanku hingga jatuh kejurang dan masuk kedalam air laut lalu di bawa oleh arus laut yang cukup kuat sehingga membawaku masuk ke dalam sebuah goa yang gelap, aku berusaha untuk meraih sesuatu supaya tidak tenggelam, melebarkan tanganku ke kiri dan ke kanan berharap ada sebuah benda yang mengambang, tak berselanglama ada sebuah kayu yang cukup besar sehingga dapat menopang tubuhku dari terjangan arus laut lalu akupun berpegangan dengan sedikit menaikan tubuh pada kayu tersebut dan akhirnya aku pingsan karena tak kuat menahan dinginnya air laut pada malam hari.
aku yang semalaman terbawa oleh arus laut hingga berada di sebuah pulau terpencil dan terdampar di pesisir pantai membuatku sedikit tersadar dari pingsanku karena hangatnya sinar matahari di pagi hari.
tak lama kemudian aku melihat sesosok pria berbaju hitam dengan membawa sebuah keranjang anyaman dari kayu yang berjalan menghampiriku dan membawaku ke sebuah rumah kecil bergaya minka setelah aku di bawa masuk dan di baringkan di sebuah ruangan kecil dengan lantai yang terbuat dari tatanami aku mulai kembali tak sadarkan diri.
"dug.. dug.. dug.. dug.."
sebuah suara langkah kaki yang mendekat masuk ke ruang tempat tidur karawachi lalu ia membuka pintu Shoji (pintu geser bergaya jepang) dan berkata "apakahkau sudah sadarkan diri nak?" karawachi tidak berkata apapun dia hanya melihat kake tua tersebut lalu kake tua tersebut memberinya makan dan menyuapi karawachi yang sedang bingung dengan keadaannya sekarang setelah kake tersebut menyuapi karawachi lalu kake tua tersebut sedikit bercerita tentang bagaimana dia bisa menemukan karawachi dan bagaimana karawachi bisa sampai ke rumahnya
"nak.." dengan suara sedikit serak
"kamu pasti masih bingung bagaimana kamu bisa berada di sinih"
lalu kake tersebut mengambil gelas yang berisikan air teh miliknya dan sedikit meminumnya
"pada saat kake sedang mencari bahan makanan di kebun lalu menyusuri pantai untuk mencari kepiting lalu setelah berjalan cukup jauh kake menemukanmu terbaring di balik bebatuan dengan sebuah kayu besar di sisimu dan dari situlah kake mulai membawamu ke rumah kake"
Karawachi yang mendengar cerita dari kake tersebut langsung teringat akan kejadian semalam dimana ia teringat akan kematian kedua orang tuanya dan ketika teringat hal tersebut sontak membuat raut wajah karawachi mengkerut karena marah lalu mengepalkan tangan dengan sekuat tenaga
"ah..." terdengar suara kake yang sudah berdiri hendak untuk keluar dari ruangan tersebut lalu ia membuka pintu Shoji dan berkata "nak mungkin kamu butuh waktu untuk sendiri, Ooo yah jika nanti siang kamu lapar nak datanglah ke ruangan utama rumah ini" lalu sang kake menutup pintu Shoji dan pergi keruangan utama rumah tersebut.
ketika kake tersebut membukakan pintu ruangan utama ada cucu dari kake tersebut
"kek anak yang tadi kake selamatkan gimana keadaanya? Tanya Hinata kepada kakeknya.
lalu kake menutup pintu dan berjalan 3 langkah dari pintu tersebut lalu duduk di dekat meja sambil menyilangkan kaki yang sudah tersedia air teh untuknya
"kake rasa keadaanya sudah agak membaik, ia telah menghabiskan makanan yang telah kamu buat"
"lalu apakah kake sudah menyiapkan pakaian untuknya?"
"kake rasa kake lupa tentang hal itu hehe, tolong kamu bawakan pakaian milik Hiroki untunya ukurannya mungkin akan agak besar dikit"
"hmmm" dengan muka yang sedikita masam "dasar kake kenapa selalu lupa, baiklah akan aku bawakan"
lalu hinatapun pergi mengambil pakaian untuk karawachi, setelah pakaiannya lengkap ditangan Hinata, hinatapun pergi keruangan karawachi untuk memberikan pakaian tersebut
"dug.. dug.. dug.."
Hinata yang telah sampai di depan pintu ruangan karawachi lalu membuka pintu ruangan tersebut dan setelah di buka betapa kagetnya Hinata ia tidak menemukan karawachi hanya terdapat tempat tidur yang telah di bereskan oleh karawachi.
lalu Hinata pun berlari menuju ruangan utama untuk memberi tahu kake soal karawachi
"dugdugdugdugdug.. dug.." lalu Hinata membuka pintu ruangan utama dengan keras, kake yang sedang menonton tv langsung mengalihkan pandangannya kepada Hinata
"hah.. hah.. hah.." suara napas karena panik "kek anak itu tidak ada di ruangannya"
"apakah kamu sudah mencari di semua tempat?"
"belum kek"
"ohh, baiklah ayo kita cari bersama - sama"
lalu kake dan Hinata mencari karawachi di sekitaran rumah namun tak berselang lama kake dan Hinata menemukan karawachi sedang berdiri menatap mok yan jong atau wooden dummy yaitu sebuah boneka kayu untuk latihan beladiri
lalu kake mendekat kepada karawachi dan berkata
"boneka kayu ini sudah berdiri sejak kake pertama kali tinggal di sini umurnya mungkin sama dengan rumah ini" ia berkata dari jarak sekitar 5meter dari teras rumah
dengan tatapan tajam kepada wooden dummy karawachi berkata
"kek apakah kake bisa beladiri?"
"tentu kake bisa"
"bisakah kake mengajariku, karena aku ingin menghentikan negara silver supaya tidak lagi membuat sebuah kesedihan di berbagai negara"
"Memang negara silver adalah negara yang terkenal kejam, licik, dan serakah tapi walaupun mereka seperti itu mereka sangatlah kuat apakah kau sanggup dan yakin dapat menghentikan langkahnya?" ucap kake dengan wajah yang serius
menghadapkan pandangan kepada sang kake dengan penuh keyakinan
"saya sangat sanggup dan yakin, karena saya memiliki sebuah tekad yang kuat dalam hati saya"
dengan wajah yang sedikit senang karena melihat wajah karawachi dengan penuh keyakinan kake tersebut menjawab
"baiklah nak, jangan hanya berkata saja maka buktikanlah, kake akan mengajarimu dengan sangat keras walaupun kau masih berusia 9 tahun, jadi segeralah ganti pakaianmu dan kita akan memulai latihan pertamamu mulai besok jam 5 pagi" dengan sangat tegas kake tersebut mengatakannya
karawachipun mulai masuk kerumah dan bersiap untuk hari esok