Chereads / Helper Club / Chapter 27 - Mona

Chapter 27 - Mona

Beberapa Jam kemudian.

Akhirnya saat bel istirahat ke 2 berbunyi, segera saja semua murid yang massa bodo dengan semua pelajaran yang entah apa digunakan atau tidak dimassa depan nantinya itu berbondong-bondong keluar kelas untuk istirahat selama 20 menit.

Dan di saat itulah, di dalam kelas si Akbar, Mona sempat kepikiran apa yang akan dia lakukan mengenai masalah perasaanya terhadap si Jupri yang membuatnya galau belakangan ini.

"(Haaaaa, kira-kira apa aku bisa melakukannya atau tidak ya? Aku kan terkenal tomboy dikalangan cewek-cewek, bagaimana kalau Jupri malah tidak menganggapku sebagai wanita? Atau lebih buruk, dia malah takut denganku karena aku jago bela diri)" tanya Mona yang kepikiran hal-hal yang belum pasti itu.

"Mon, kamu kepikiran apa? Kok mukamu terlihat serius begitu?" tanya Dwi, teman sebangku Mona.

"Masalah percintaan…uhuk-uhuk," jawab Mona simple sambil batuk.

"Ah begitu, rupanya masalah cinta ya?"

?

"Eh? Maaf, sepertinya aku salah dengar, bisa kau ulangi lagi Mon?"

"Masalah cinta, puas?"

!

"OMG! Ka…kamu bisa jatuh cinta Mon? Ya..yakin kau tidak salah minum obat?" tanya Dwi yang sempat shock ketika tahu dia tidak salah dengar itu.

"Uhuk, Aku juga perempuan yang punya perasaan suka dan benci kampret! Kenapa kau mengira aku tidak mungkin bisa jatuh cinta begitu ha?" tanya Mona yang kesal karena diejek seperti itu itu.

"Ya mau bagaimana lagi Mona, biasanya cewek itu kan terlihat feminim dan lembut sifatnya, tapi untuk orang yang tomboy sepertimu.....kau tahu aku akan bicara apa kan?" kata Dwi yang tidak tega menjelaskan kata-katanya pada Mona.

Bagaimana Dwi tidak berpendapat seperti itu, karena temannya yang bernama Mona ini yang merupakan salah satu pelatih Pencak Silat di sekolahnya itu adalah wanita yang jauh dari kata wanita, dirinya itu lebih suka sesuatu yang bersifat lelakian seperti Sepak bola daripada berdandan, Motor Balap daripada shoping di mall bersama teman-teman, dan lebih suka melihat Film Action daripada lihat Film Romance seperti layaknya perempuan normal kebanyakan.

"Bukannya mengejek atau bagaimana, tapi daripada ada orang yang jatuh cinta padamu, aku lebih yakin orang-orang akan lebih ke "menghormati" mu deh, atau kemungkinan terburuknya, "takut" karena kamu lebih jantan begitu," kata Dwi menjelaskan.

"Mau bagaimana lagi…Uhuk-uhuk….Karena saat SD anak laki-laki dikelasku lebih banyak, sehingga mau tidak mau aku harus berteman dengan mereka Dwi, dan sayangnya kebiasaanku lebih suka berteman dengan laki-laki ketimbang perempuan jadi lebih besar saat SMP," kata Dwi yang teringat dengan sebab dia lebih bersifat lelaki yang ternyata sudah terjadi sejak dirinya masuk SD.

"Dan karena itulah tidak ada lelaki yang mau mendekatimu Mon, karena mereka pasti malu kalau pasangannya lebih "Jantan" daripada dirinya tahu."

"Penyakit batukku ini sudah cukup menyakitkan, jangan memperparah penyakitku dengan kenyataan pahit begitu dong," kata Mona yang merasa tersakiti itu.

"Maaf deh kalau kata-kataku nusuk, tapi percayalah Mona, sebelum kau menghilangkan sisi "laki" mu itu, tidak ada lelaki yang akan bicara denganmu sebelum kau ajak bicara lho, jadi mumpung masih belum terlambat dan kau masih remaja, ayo coba…"

"(Namanya tadi Lisa Ningsih, berarti nama kakaknya mungkin...) Hei, siapa disini yang namanya Mona Ningsih?"

?

"(He?! Ada yang mau bicara duluan dengan si Mona? Dan kenapa pakai nama lengkap begitu manggilnya?)" tanya Dwi yang belum sempat melanjutkan ucapannya.

"Ya aku Mona, ada perlu ap…"

??!!

Bukan hanya Dwi yang kaget sampai menjaga jarak dan Mona yang melotot, tetapi seisi kelas jadi heboh ketika ada seorang anak laki-laki yang memanggil si Mona, dan yang membuat mereka lebih kaget dan lebay adalah anak yang memanggil si Mona itu adalah si "Urband Legend" kelas mereka, yaitu si Akbar.

"(WHHAAAAATTTT??!! DI….DI..DIA BISA BICARA DENGAN ANAK LAIN?! A…AKU PIKIR DIA CUMA BICARA KALAU URUSAN PELAJARAN SAJA!!)" kata Dwi yang kaget setengah mati sampai mulutnya berbusa.

"Berita heboh!! "The Crepy Boy" sedang bicara dengan orang lain! Cepat sebarkan berita ini ke semua grup!!" kata teman kelas mereka yang heboh serentak sampai mem paparazi kejadian langka itu, dan tentu saja dengan berbisik dan tanpa flaslight.

"WOI, CEPAT KEMARIKAN TARUHANNYA!! YANG TARUHAN SI AKBAR GAK BAKAL NGOMONG SELAIN SAMA GURU SIAP-SIAP BANGKRUT WOI!!"

"Di…Dia ngajak bicara Mona si "Wonder Woman" untuk pertama kalinya, pe…pertanda apa ini?!"

"Ja…jangan-jangan dia ngajak berantem habis sekolah?! Ka..kalau iya bisa meledak sekolah ini."

Di saat semuanya menjadi terdiam karena terlalu tegang dengan apa yang mereka lihat itu, Mona yang sama sekali tidak tahu harus berkata apa itu sempat bingung dengan apa yang harus dia katakan pada Akbar.

"(HEI-HEI-HEI-HEI!! A….ADA APA INI?!.... UHUKK!! ....KE….UHUK-UHUK….KENAPA ANAK YANG SELALU DIAM SAAT DIAJAK BICARA OLEH TEMAN-TEMANNYA INI MENCARIKU?! A..APA AKU TELAH MELAKUKAN SUATU KESALAHAN?!)" tanya Mona yang bagian luarnya terlihat tenang tapi dalamnya kacau balau seperti sidang DPR mengenai kenaikan gaji atau sebangsanya.

"Wah, selain rambutmu yang lebih pendek dan ada tahi lalat kecil di bagian bawah matamu, kau benar-benar mirip sekali dengan adikmu si Lisa ya, bahkan suaramu juga lho," kata Akbar yang sempat kagum karena wajah dan suara si Mona itu benar-benar sama persis dengan si Lisa dan sekaligus bersikap massa bodoh dengan keributan teman-teman sekelasnya itu.

!!!

"HAAA?! KA…KAU TAHU ADIKKU?!" tanya Mona pada Akbar yang kaget itu.

"Apa kau punya kegiatan setelah ini?" kata Akbar yang malah balik bertanya.

"(SERIUSLAAHH!! NIH ANAK PUNYA MASALAH APA DENGANKU?! SEINGATKU AKU TIDAK PERNAH BUAT MASALAH DENGANMU DEH!! DAN BAGAIMANA JUGA DIA TAHU KALAU AKU PUNYA ADIK, AKU KIRA DIA ITU TIDAK PEDULI DENGAN TEMAN SEKELAHNYA LHO!!)"

"(Huuff, tenang Mon, jangan terlalu panik, selesaikan ini dengan tegas dan dewasa) Tidak ada, memangnya ada kau punya urusan apa ya? Karena setahuku aku tidak pernah punya urusan dan bahkan bicara denganmu deh, uhuk-uhuk" tanya Mona yang berusaha setenang dan setegas mungkin menghadapi Akbar yang bersikap dingin ini.

Melihat 2 anak itu saling menatap satu sama lain dengan pandangan tajam dan sikap yang terkesan dewasa, anak-anak seisi kelas mulai mengira-ngira apa yang sebenarnya sedang terjadi dengan 2 anak itu.

"(Woi-woi, mereka saling melotot oi, a…apa mereka beneran akan bertarung?)" tanya anak-anak dalam hati yang berdebar-debar dengan situasi ini.

"5 menit lagi, datanglah ke bangunan Helper Club, ada hal penting pribadi yang ingin aku bicarakan denganmu," kata Akbar pada Mona.

?

"(Sebentar, kenapa dia mengundangku ke markasnya itu? Dan hal penting pribadi?Memangnya soal apa itu?) Hei, kalau hal itu hal penting, kenapa tidak dibicarakan sekarang saja?" tanya Mona kemudian.

"Ada yang harus aku lakukan sekarang, aku akan menunggumu disana .... jadi dadah," kata Akbar sambil berjalan keluar kelas.

"Eh tunggu, memangnya itu soal ap …"

Tapi ucapan Mona sama sekali tidak digubris oleh Akbar yang terus saja berjalan tanpa menoleh kearahnya itu, dan disaat Akbar sudah pergi keluar kelas dan melangkah jauh, langsung saja seiisi kelas mengeromboli si Mona untuk menanyai apa yang sebenarnya sedang terjadi.

"WOI MONA?! A…APA YANG TELAH KAU LAKUKAN SAMPAI-SAMPAI DIA BERANI MEMANGGILMU BEGITU?!" tanya Dwi.

"Kalau kau tanya aku, aku…uhuk-uhuk….aku tanya siapa ha?" tanya Mona yang kepalanya makin pusing karena selain batuknya yang parah itu belum reda, dia juga terkena masalah yang bahkan dia tidak tahu asal-usulnya.

"Apa kalian akan berantem?!"

"Kalau iya dimana dan kapan?!"

"Tenang Mon! Kami akan mendukungmu!! Jadi tidak mungkin kau akan sampai kalah!"

Mendengar dukungan dari para lelaki yang ada di kelasnya seperti barusan itu, bukannya merasa senang, tapi Mona malah merasa kecewa karena dirinya tidak mau dianggap terlalu ke "laki-laki" an seperti itu.

"(Haaaaa, bisa tidak kalian tidak menuduhku dengan hal-hal yang berbau lelaki seperti itu? Aku ini juga ingin dianggap perempuan tahu, massa dari semua manusia di sekolah ini, hanya "anak" itu yang menganggapku sebagai wanita normal?)" kata Mona yang menghela nafas panjang karena kesal dengan semua ucapan teman-temannya itu.

-----

Beberapa menit kemudian.

Dan akhirnya waktu yang dinanti-nanti oleh Mona dan semua orang dikelasnya pun tiba, mereka pun berbondong-bondong pergi ke Helper Club yang dimana si Akbar sudah menunggunya didalam sana.

Tapi karena merasa aneh dirinya yang berjalan di depan teman-temannya dan teman-temannya yang ada dibelakangnya itu kebanyakan adalah lelaki dari kelasnya, Mona yang merasa dirinya mirip bos geng berandalan dari Suzuran, si "GENJIII!!!", itu segera berhenti berjalan dan berkata ...

"Uhuk-uhuk, bisa jelaskan kenapa kalian mengikutiku dari belakang seperti itu?" tanya Mona tanpa menoleh kearah teman-temannya.

"Y…ya tentu saja kami ingin menemanimu Mona, ka..kami penasaran dengan apa yang akan terjadi antara kau dan si Akbar itu tahu," kata Dwi yang satu-satunya perempuan di barisan depan para lelaki itu.

"Be..benar, dan juga kalau ternyata beneran kalian akan berantem, kami bisa membantumu lho."

BRAKKK!!

!!!

Semuanya pun terdiam ketika Mona menghentakan kakinya ditanah dengan keras, dan mereka menjadi takut ketika Mona menoleh kearah mereka dengan tatapan kejam dan berkata …

"Aku tidak peduli dia mengajak berantem atau sejenisnya, tapi karena dia bilang ini adalah masalah penting yang bersifat pribadi, sebaiknya kalian yang suka ikut campur masalah itu kembali kedalam kelas sana, atau kalian mau cari masalah denganku? HA?!" kata Nita dengan tatapan seramnya.

!!!

"Ah…ba..baiklah Mona, ka…kami mengerti, ka..kami akan kembali ke kelas sekarang, kalau sudah selesai cer…caritakan apa yang tejadi ya!" kata Dwi yang langsung mundur ketakutan itu.

"Jangan sampai mati Mon! Kalau ada apa-apa teriak saja!" kata salah satu teman sekelasnya yang memberikan solusi kemungkinan terburuk itu.

"(Sumpaah! Berhentilah mengira kalau anak laki-laki yang bicara denganku itu ngajak berantem sialan!! Aku sendiri bahkan tidak tahu apa-apa soal si Akbar ini oi!!...uhuk-uhuk)" kata Mona yang kesal bukan main dengan pemikiran teman-temannya itu.

"(Selain itu, kenapa juga dia membicarakan soal si Lisa? Dan bagaimana juga dia bisa tahu kalau Lisa itu adikku? A..apa jangan-jangan si Lisa punya masalah dengan anak aneh itu dan akhirnya malah melibatkanku? Uhuk-uhuk, kalau iya, gawat sekali ini)" kata Mona yang terlalu banyak pikiran negative itu.

Dan setelah berusaha untuk tenang kembali dari semua pemikiran negative yang terus bermunculan itu, segera saja Mona mulai berjalan kembali menuju bangunan Helper Club si Akbar yang dimana dirinya sedang ditunggu-tunggu olehnya, dan setelah sampai di depan pintu dan membukanya, Mona langsung saha disambut dengan sesuatu pemandangan yang ...

"Permisi, apa Akbar ada di …"

???

"Eh, ka…kakak!!"

"T…tunggu, a…aku bisa jelaskan."

!!!!!!!!

Melihat pemandangan hebat berupa Akbar yang menindih adiknya di lantai, langsung saja Mona berlari menuju kearah Akbar dengan kecepatan sonic, lalu melakukan tendangan samping kearahnya sambil berkata ….

"APAA YANG KAU LAKUKAN PADA ADIKKU HAAAAA??!!" kata Mona berteriak keras pada Akbar.

DUUUUAAKK!!

Walau sudah melindungi bagian depan tubuhnya dengan 2 tangan tertutup, Akbar tetap saja terpental kearah belakang setelah menerima tendangan cetar membahana dari Mona itu, dan setelah Akbar menjauh, segera Mona menarik adiknya untuk menjaga jarak.

"Ka…kamu tidak apa-apa Lis?...(Sial, tengorokanku makin sakit gara-gara berteriak tadi) apa yang dilakukan anak itu padamu?" tanya Mona kemudian pada adiknya yang masih memasang aba-aba bertarungnya walaupun tengorokannya terasa sakit.

"(Tendangan cewek biasa dengan pelatih bela diri memang beda 180 derajat ya, kira-kira seperti apa dia saat PM….eh kampret, sekarang bukan waktunya itu) Hei Mon, sudah aku bilang itu tidak seperti yang kau kira, aku bisa jelas ... "

"Oh masih berani bicara ya dasar cabul sialan…uhuk-uhuk….kuberi kau 2 pilihan, bertarung denganku dan mati atau keluar dari sekolah ini lalu kuajak bertarung lalu mati?"

?

"(Quiz tidak jelas Cak Lontong macam apa lagi ini? Intinya aku juga bakal mati kan?)" kata Akbar yang terheran-heran mendengar pilihan dari si Mona barusan.

"Kak, sudah aku bilang itu tadi salah faham kak!" kata Lisa yang mencegah kakaknya berbuat lebih jauh lagi karena tidak tahu apa-apa.

"Oh ya, kalau begitu memangnya apa yang sebenarnya terjadi sampai kalian bisa memasang pose yang…uhuk-uhuk...seksi seperti itu ha? Aku yakin kau cuma mau melindunginya dengan alasan yang tidak log …"

"Aku terpeleset karena ada air yang tumpah, lalu saat kak Akbar mau membantuku bangun, dia malah jatuh terpeleset juga kearahku karena aku menariknya terlalu kuat."

...

...

Setelah mendengar penjelasan yang amat-sangat-dan benar-benar logis dari Lisa barusan, Mona hanya terdiam saja karena tidak tahu harus berkata apa, dan di saat bersamaan pula, munculah sang biang masalah ke dalam ruangan itu.

"Yoosh kak Akbar, aku sudah dapat pelnya, jadi jangan marah lagi dong, akukan tidak sengaja menjatuhkan es…."

Nita hanya membatu ketika melihat situasi yang tidak biasa didalam ruangan yang baru dia tinggal 2 menit itu, yang dimana dia melihat Akbar sedang memasang pose petinju dan Mona yang memasang kuda-kuda pencak silatnya dengan Lisa yang membelangkinya.

"Aaahh, aku memang tidak tahu ada kejadian menarik apa yang baru saja terjadi saat aku keluar tadi, tapi …"

"Sepertinya aku tahu siapa yang berbuat salah deh," kata Nita yang juga ikut-ikutan memasang kuda-kuda pencak silatnya dan mengarahkan kain pelnya kearah Akbar.

"Oh yang benar sajalah!!! Kenapa kalian para perempuan selalu kompak menuduh laki-laki sebagai pelaku setiap ada masalahn yang tidak jelas asal-usulnya itu ha? Apa kalian punya indera tertentu sampai bisa sinkron begitu? Dan jika kau pembela kebenaran, kau salah mengarahkan kain pel itu dasar kampret!" kata Akbar yang kesal sekaligus heran dengan suatu fakta mengenai wanita.