Lalu, setelah mendengarkan penjelasan dari Akbar yang detail mengenai masalah apa yang akan dibicarakan sampai-sampai dirinya harus pergi keruangan Helper Club itu, Mona pun berkata…
"Pertama, aku minta maaf dulu karena tadi bertingkah spontan tanpa berpikir, karena itu reflek seorang kakak yang melindungi adiknya," kata Mona yang meminta maaf pada Akbar mengenai kejadian tadi.
"(Hohoho, reflek dia bilang, jadi melakukan sesuatu yang hampir membuat orang babak belur itu termasuk reflek ya?) Ya-ya aku mengerti," jawab Akbar simple.
"Tapi mengejutkan juga ya melihatmu yang banyak bicara dan tingkah disini…uhuk-uhuk…, padahal kalau di kelas kau tidak pernah bicara sama sekali selain dengan yang berhubungan dengan pelajaran lho," kata Mona yang sempat kepikiran soal sesuatu.
!
"HAA!! JADI MITOS ITU BENAR KAK AKBAR??!!" kata Nita dan Lisa yang kaget dengan kebenaran itu.
"Berisiklah, jangan menggagu privasi orang lain yang punya pemikiran berbeda, di sini dan di situ beda tahu," kata Akbar menjelaskan.
"(Apa bedanya di sini cuma ada perempuan dan di sana ada cowok, atau karena di sini ada kasur di sana tidak?)" tanya Nita yang menebak-nebak.
"Lalu yang ke 2, Nita, kau bilang kau cuma satu-satunya anggota club yang dibuat si Akbar ini ya?" tanya Mona kemudian pada Nita.
"Eh, iya kak, memangnya kenapa?"
"Hei kau, kalau kau berbuat yang aneh-aneh pada adik kelasku ini, akan kuhajar kau sampai mampus, mengerti?"
"(Hei cewek "BAD BOY", permintaan maafmu tadi jadi tidak berguna tahu) Ya-ya, lagian aku tidak punya nafsu dengan adik kelas," jawab Akbar simple lagi sambil menahan rasa kesalnya.
"(Pftt, kalau kak Mona melihat apa saja yang kami lakukan diruangan ini selama 1 bulan, mungkin kak Akbar tidak akan bisa kembali pulang hari ini deh)" kata Nita yang membayangkan sesuatu itu.
"Lalu yang ke 3, Lisa, sudah berapa kali aku bilang, jangan urus masalah….uhuk…pribadiku lagi kan? Aku suka dengan siapa itu adalah hakku, jadi kau tidak boleh seenaknya memutuskan seperti ini tahu, bahkan sampai melibatkan orang luar begini," kata Mona yang melampiaskan kekesalannya pada adiknya itu.
"Habis kakak keras kepala sih! Padahal sudah aku peringatkan kalau kak Jupri itu tidak baik untuk kakak tahu!" kata Lisa yang masih saja keras kepala.
"Apa kau punya bukti nyatanya selain foto si Jupri yang foto berduaan dengan wanita-wanita yang berbeda yang sudah kau tunjukan padaku dulu?"
"Ah, ka..kalau itu aku belum …"
"Sepertinya sudah tidak ada lagi yang harus aku bicarakan disini, kalau begitu aku pamit pergi kembali ke kelas dulu."
"Tunggu kakak!! Dengarkan kami bicara dulu!!"
"(Waah, si ikan mau kabur, tarik pancingannya dulu ah) Hei, kira-kira kenapa kau suka dengan si Jupri ini sih Mon? Sampai-sampai kau tidak mau mengubris ucapan adikmu pula."
Semuanya langsung saja menoleh ke arah Akbar yang menanyakan pertanyaan itu sambil tersenyum yang menandakan dia telah merencanakan sesuatu itu, dan saat mendengar pertanyaan yang terdengar menantang dari Akbar barusan, dengan tegas Mona berkata.
"Uhuk-uhuk, memangnya kenapa aku harus memberitahukan hal ini padamu ha? Apa ada manfaatnya bagi sekolah ini kalau aku memberitahumu?" tanya Mona kemudian.
"Karena kau kelihatan lebih percaya dengan si Jupri daripada adikmu sih, bukannya itu artinya dia lebih baik daripada adikmu sendiri? Kalau memang begitu kira-kira apa kelebihannya yang membuatmu lebih memilih dia?" tanya Akbar lagi dengan cara bicara yang lebih formal.
Nita dan Lisa langsung saja menatap tajam kearah Mona, karena jujur saja hal itu juga membuat mereka penasaran, dan karena merasa kalau pembicaraan ini akan makin tidak jelas jika tidak diselesaikan secepatnya, Mona pun mulai berterus terang.
"(Haaaaa, batuk dan masalah perasaaan adalah serangan mental yang berat) Dia tampan ,jago olahraga, dan baik yang dimana itu adalah kriteria laki-laki idaman semua wanita, jadi wajar saja aku suka dengan diakan? Apa kau sudah puas?" tanya Mona dengan nada yang terdengar massa bodoh yang menyampaikan jawabannya sesimple mungkin.
"Oh, jadi menurutmu tampan dan jago olahraga adalah kriteria anak baik menurutmu ya?" tanya Akbar pada Mona.
"Ayolah, sudah kubilang kalau semua wanita pasti akan suka dengan cowok seperti di..".
"Kalau begitu anak sombong, suka selingkuh, suka mencuri, banyak bohong, bodoh, dan sejenisnya yang tampan dan jago olahraga...….itu anak baik?"
!!!!
3 anak itu sempat kaget ketika mendengar ucapan Akbar barusan, karena mereka tidak menyangka Akbar akan mengucapkan sebuah Argumen yang "WAAAAH!!!" seperti itu, sehingga hal itu mulai membuat Mona menjadi heran sendiri.
"Eh tung….uhuk-uhuk…tunggu dulu, sepertinya kau salah paham deh, aku bilang anak yang baik, tampan, dan jago olahraga, bukan orang jahat atau sejenisnya tahu! Dan apa-apaan ucapanmu barusan? Memangnya kau tahu darimana kalau dia itu sombong, suka selingkuh, dan lainnya ha?"
"Itu tadi cuma perumpamaan saja, karena memangnya kau sudah tahu kalau si Jupri ini orang yang jahat atau baik secara "HARFIAH"?" tanya Akbar lagi.
Mona benar-benar terdiam ketika mendengar pertanyaan Akbar yang satu ini, karena pada dasarnya dia suka dengan si Jupri hanya karena dia melihat sisi luarnya saja yang sangat dekat dengan banyak orang itu, dia tidak pernah sekali pun berpikir mengenai sisi tersembunyi dari si Jupri itu.
"A..aku tidak tahu kalau dia jahat atau baik sih, karena …"
"Oh, jadi aku bisa mengatakan kau suka karena penampilan luarnya saja ya?"
"Eeh, so..soal itu...I..iya sih."
...
...
"(Waaaaaah, dia mengucapkannya saudara-saudara sekalian)" kata Akbar, Nita, dan Lisa yang tercengah mendengar pengakuan tanpa ragu dari si Mona barusan.
"AH!! TA..TAPI ADA BANYAK ORANG-ORANG DISEKITARNYA, JADI ITU ARTINYA DIA ANAK YANG BAIK KARENA MEMPUNYAI BANYAK TEMAN SEPERTI ITUKAN?" kata Mona membela diri.
"(Serius? Ada cewek sepolos ini didunia?) Hei, bagaimana kalau ternyata teman-temannya itu jahat, apa artinya dia anak yang baik?"
"Eh, i….itu ..."
"Ok-ok, kalau begitu kuganti pertanyaannya untuk mempermudah dirimu, selain baik buruknya, tahu apa kau soal Jupri yang kau cintai ini ha? Bisa kau beritahu kami informasi pribadi soal dia?" kata Akbar yang berusaha memojokan Mona.
Lisa dan Nita hanya memasang wajah terkagum-kagum melihat Akbar membantai habis wanita yang mereka berdua hormati karena ke tomboiannya, mereka bahka tidak pernah mengira kalau semua ucapan si Mona akan terus-terusan dipotong oleh si Akbar yang tak ragu-ragu terus menerjang itu.
"Gi..gila, a..aku tidak menyangka ada orang yang berani memotong ucapan kakakku seperti itu selain ibuku, a..apa dia pakai pelet atau sejenisnya?" bisik Lisa kepada Nita.
"Hmmm entahlah, kalau pun iya, sudah pasti aku tidak akan masuk kesini lagi" jawab Nita simple.
"Ah, soal hal itu, ka..kalau itu sih, di..dia suka olahra …"
"Hobi adalah hal umum yang bisa diketahui oleh siapa saja, maksudku adalah hal yang lebih privasi seperti bagaimana sifatnya? Kapan ulang tahunnnya? Apa makanan kesukaannya? Tipe perempuan kesukannya itu seperti apa? Video apa yang suka dia lihat? Situs porno apa yang sering dia buka?" kata Akbar bicara dengan kecepatan 100 Km/Jam yang tidak memberikan Mona kesempatan bicara.
"Aku belum tahu sampai sejauh itu tahu!, aku cuma suka dia seperti gadis lain kebanyakan yang...…eh tunggu, APA-APAAN UCAPANMU YANG TERAKHIR TADI WOI!!" kata Mona yang sempat sadar ada yang tidak beres dengan ucapan terakhir Akbar tadi.
Mendengar jawaban Mona barusan, tahulah Akbar kalau si Mona itu benar-benar tidak tahu sama sekali soal orang yang dia sukai itu, dia hanya sekedar suka dengan penampilan luarnya, sehingga Akbar pun dengan senangnya mengejek si Mona lagi.
"Heeee, kau ingin mendapatkan sesuatu sebelum mencari informasi mengenai sesuatu itu? Ahahahahah, booooodoh!! Bodoh kaudrat banget malahan!! Kau itu bagaikan lihat bokep dikelas dan kelupaan memakai Headset Mon, kau akan menyesal dan malu setengah mati diakhir tahu!"
"APA-APAAN PERUMPAMAANMU YANG TIDAK SENONOH ITU DASAR CABUL SESAT SIALAN?!! DAN MEMANGNYA MASALAH KALAU AKU MENCINTAINYA DENGAN MODAL PERASAAN SAJA?"
…
…
"Pfftt, Ahahahaha, dasar perawan! Bisa-bisanya kau meremehkan masalah serius seperti ini, apa kau pikir ini drama Korea murahan apa? Bukan! Ini drama kehidupan yang bernama "REALITA" oi, perasaan saja tidak cukup buat orang jatuh cinta padamu di dalam drama hidup yang kejam ini, apalagi kau juga sekedar suka bagian luar si Jupri ini saja, jika kau tahu bagian dalamnya tidak seperti yang kau duga, aku jamin 200% kau akan mendapatkan moment paling WTF di dalam hidupmu tahu, ahahaha!" kata Akbar yang tidak tahan menahan tawanya lagi saat mendengar alasan Mona mencintai Jupri itu.
"(Wah, tajam banget ucapannya, sepertinya aku tak boleh cari gara-gara denganya deh)" kata Lisa dan Nita yang sempat merinding mendengar ucapan Akbar barusan.
"Dan dari ucapanmu barusan juga, sebenarnya kau tidak terlalu suka dengan si Jurpi kan? Kau cuma ikut-ikutan anak perempuan di sekelilingmu agar tidak dicap "Kurang Update" atau "Jomblo" karena tidak laku-lakukan?Ohohohohoho, mencintai seseorang hanya agar tidak dihina, bukannya untuk mencari kebahagiaan sejati, bodoh sekali dia yang mulia, ohohoho," kata Akbar yang mengeluarkan jurus terlarang, "FAKTA MENYAKITKAN+SINDIRA MAUT", sambil memparodikan adegan terkenal di "Benteng Takeshi".
...
...
!!!!
Muka Mona menjadi merah bukan karena ruangannya menjadi lebih panas atau pun penyakitnya makin parah, tapi karena semua ucapan yang dikatakan Akbar dengan santainya itu memang benar-benar menusuk hatinya, saking benarnya yang dia ucapkan sampai-sampai si Mona tidak bisa membalasnya selain dengan ejekan-ejekan lainnya.